"Kau ini laki-laki, kenapa mau dibelikan Jisoo boneka, hng?" oceh Seokmin.
Untuk sementara Jisoo menyiapkan makan malam, Seokmin lah yang bertugas untuk menemani Hayun bermain di ruang tengah. Anak itu memeluk boneka beruang coklatnya dengan sangat erat, duduk menghadap Seokmin yang masih saja keheranan.
Sekarang, Hayun sudah menginjak umur 6 bulan. Sama seperti bocah lain seusianya, kini Hayun mulai bisa duduk (meski masih sering jatuh terjengkal karena duduk yang belum seimbang) dan sedikit tumbuh gigi di bagian depan. Rambutnya mulai lebat dengan warna hitam pekat, menambah kesan bahwa ia benar-benar akan tumbuh menjadi laki-laki yang tampan nantinya.
"Sebaiknya kau panggil aku hyung, ya!" perintah Seokmin. "Kita akan terlihat seperti kakak adik yang sangat diidolakan berkat ketampan yang luar biasa ini."
Hayun memang tidak mengerti sama sekali dengan ocehan percaya diri Seokmin yang sudah terlalu menjulang tinggi, mengalahkan tingginya gunung Fuji. Tapi, bocah itu tertawa riang menyambut setiap perkataan Seokmin.
"Kau memanggil Jisoo apa? Mama? Atau ... Nenek gayung?"
"Aku mendengar itu, Lee Seokmin!" teriak Jisoo dari dapur.
"Kau dengar itu, Hayun? Nenek gayung sedang marah!"
"YA!"
---
Fasilitas di dapurnya cukup lengkap. Namun, Seokmin tetap merasa ada yang kurang. Di meja makannya, penuh dengan makanan yang menggugah selera. Namun, Seokmin tidak mungkin bisa menghabiskan semua makanan itu sendirian.
"Jisoo-ya! Cepat kau makan juga!" Seokmin berteriak.
Menyebalkan juga kalau harus makan sendirian. Ia sudah sangat terbiasa dengan kehadiran gadis itu di apartemennya. Dan, makan bersama bukanlah hal aneh lagi. Memang setiap hari ia dan Jisoo makan di meja makan yang sama. Saling mengobrol hal-hal ringan, membuat suasana dapur tidak lagi sepi.
Yang mereka bicarakan biasanya hanya mencakup masalah pekerjaan. Lebih sering masalah Hayun, juga. Bagaimana tumbuh kembang anak itu, hingga menceritakan sedikit kemanjuannya dalam berbicara, duduk, mulai merangkak dan yang paling Jisoo antusiaskan adalah suara tawa Hayun yang semakin nyaring.
"Nanti saja, Seok! Aku harus menidurkan Hayun terlebih dulu!"
Teriakan Jisoo berasal dari dalam kamar. Nampak jelas kalau ia masih begitu sibuk dengan aktivitasnya bersama bocah gembul itu.
Kembali melirik makanan yang berlimpah di atas meja. Seokmin mengangkat sebelah alisnya, mulai berpikir. Sedikit menciptakan lengkungan di sudut bibir itu, dengan cekatan Seokmin meraih piring kosong dan meletakkan sedikit nasi di atasnya dengan sayur dan ikan yang tersedia. Menuangkan segelas air putih, membawa piring penuh makanan dan segelas air itu masuk ke dalam kamar Jisoo dan Hayun.
Dilihatnya gadis itu duduk di tepi ranjang. Memberikan Hayun sebotol susu. Bersama kaki yang masih asik bergerak ke sana-kemari, nampaknya bocah laki-laki itu belum juga menunjukkan tanda-tanda bahwa ia segera tertidur.
Seokmin turut duduk di samping Jisoo. "Cepat kau makan." ujarnya dengan tangan menyodorkan sepiring makanan dan segelas air putih yang dibawa tadi.
"Kan aku sudah bilang, nanti." keluh Jisoo.
Tidak kehabisan akal, Seokmin meletakkan gelas air putih di atas meja samping ranjang. Mulai menyendokkan sedikit makanan pada Jisoo. "Buka mulutmu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Our Baby (✓)
Fanfiction[Seoksoo GS Fanfiction] Mendengar nama Lee Seokmin dan Hong Jisoo, pasti seluruh karyawan di kantor Hanin Finance, secara otomatis mengatakan anjing dan kucing. Ya. Hal tersebut dikarenakan tingkah laku keduanya yang tak pernah damai. Setiap hari se...