Jisoo bergegas mendatangi di mana Seokmin dan Hayun berada. Bayangan Jisoo benar. Pasti Seokmin sangat frustrasi menghadapi Hayun yang sedang buang air besar. Gadis itu tertawa puas melihat Seokmin tengah mengikat hidung mancungnya menggunakan dasi dari kejauhan. Sambil sesekali meracau kalau Hayun terlalu banyak makan bubur bayi rasa pisang sehingga kotorannya sangat bau.
Melihat gadis itu tertawa, Seokmin segera melayangkan protes. Bukannya membantu Seokmin dan malah tertawa di sana bukanlah hal yang menyenangkan. Seokmin sudah tidak tahan lagi dengan pemandangan di hadapannya. Bahkan ia hampir muntah.
"Keluarlah. Biar aku yang bereskan." ujar Jisoo.
Dengan cekatan gadis itu mengambil popok ganti, tisu basah serta perlengkapan lainnya. Membuat Seokmin terdiam tepat di belakang Jisoo. Memperhatikan setiap gerakan tangan gadis itu.
"Kenapa masih di situ?" tanya Jisoo begitu menyadari bahwa Seokmin masih berada di sana.
Ya, Seokmin akhirnya memang keluar. Tapi hanya untuk mencuci tangannya. Lalu ia kembali ke ruangan itu dan mendapati Jisoo yang sudah selesai dengan acara mengganti popok Hayun.
"Kau jaga Hayun sebentar, ya. Aku hendak mencuci tangan."
Seokmin hanya mengangguk perlahan. Mendatangi Hayun yang sudah mulai tenang.
"Hayun-ah," tegur Seokmin dengan sedikit berbisik. "Kenapa kau mau otongmu dipegang Jisoo begitu, hng? Kau tahu? Jisoo itu bukan ibumu. Dan, siapa yang menyangka kalau sebenarnya dia seorang pedopil?"
Melihat ke arah pintu yang terbuka lebar untuk memastikan bahwa Jisoo benar-benar belum kembali, Seokmin meneruskan kalimatnya. "Aku peringatkan, ya, Hayun. Kau jangan mau dipegang sembarangan seperti itu! Oh, astaga! Aku tidak bisa membayangkan jika aku ada di posisimu!" Seokmin bergidik ngeri dibuatnya.
---
Seokmin melahap makan malamnya dengan tenang. Sesekali mengecek ponsel, lalu kembali pada semangkuk ramyeon yang sudah Jisoo buatkan.
Berbeda dengan Jisoo yang duduk tepat di hadapannya. Gadis itu nampak hendak menceritakan sesuatu pada Seokmin. Namun juga enggan. Ia belum yakin apakah bercerita pada Seokmin adalah solusi yang tepat atau tidak.
Berdehem kecil, akhirnya Jisoo memutuskan untuk membuka suara.
"Seokmin?"
"Hng?" jawab Seokmin sekenanya. Masih begitu fokus pada ponsel di tangan kirinya.
"Kau tahu? Di kantor tadi ... Mingyu-"
Seokmin menghentikan aktivitasnya. Menyalurkan seluruh perhatian pada Jisoo, lalu mengangkat sedikit alisnya untuk menggasak agar gadis itu cepat bercerita. Tidak biasanya Jisoo mau bercerita mengenai Mingyu seperti ini.
"Mingyu menyatakan perasaannya padaku."
Seokmin terdiam.
"Dia menawarkan sebuah apartemen untuk aku tinggali."
Seokmin belum membuka mulutnya sama sekali.
"Dia juga memintaku untuk menitipkan Hayun di panti."
"Tidak!" sontak Seokmin berteriak keras. "Ya! Apa dia sudah gila?"
"Seok, aku-"
"Tidak, Hong Jisoo! Apa kau setega itu membuang Hayun ke panti?"
"Seok, aku tidak membuangnya. Aku hany-"
"Tidak membuang kau bilang? Terserah kau jika ingin bersama Mingyu. Tapi tidak untuk membiarkan Hayun di panti! Apa kau lupa kalau aku juga penanggung jawab Hayun? Aku tidak akan pernah setuju!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Our Baby (✓)
Fanfic[Seoksoo GS Fanfiction] Mendengar nama Lee Seokmin dan Hong Jisoo, pasti seluruh karyawan di kantor Hanin Finance, secara otomatis mengatakan anjing dan kucing. Ya. Hal tersebut dikarenakan tingkah laku keduanya yang tak pernah damai. Setiap hari se...