11. Aegyo

3.8K 573 68
                                    

Jisoo mengintip Seokmin yang tengah serius mengerjakan tugas pada komputer kerjanya. Mulai melangkah, secara perlahan ia mengendap-endap untuk mendatangi Seokmin. Tentu saja tetap ketahuan. Meskipun menjinjitkan kaki, Jisoo meninggalkan pintu ruangan itu terbuka dan tertutup dengan sendirinya hingga menimbulkan suara yang cukup nyaring.

Jisoo melenguh pasrah karena rencananya untuk memberikan kejutan pada Seokmin telah gagal.

"Ada apa?" tanya Seokmin, tanpa melihat ke arah Jisoo sama sekali.

Ruangan itu memang milik bersama. Selain Seokmin, ruangan itu juga ditempati oleh Seungcheol, Jun, Minghao dan Jeonghan. Namun untuk sekarang, hanya Seokmin yang ada di sana.

Rupanya tugas yang ada di hadapan Seokmin jauh lebih penting, sehingga si bangir tak melirik ke arah Jisoo sedikit pun. Karena memang, tugas itu harus diserahkan sebelum jam istirahat tiba.

Memasang senyuman terbaik yang ia miliki, Jisoo mempercepat langkah kecilnya. Ia lalu menghempaskan bokong pada kursi kosong yang ada persis di samping Seokmin. Sedikit mencondongkan badan, membisikan sesuatu.

"Seok, Hayun sedang tidur."

Suara itu dibuat serendah mungkin. Bahkan Seokmin hampir menyangka bahwa Jisoo tengah mendesah di telinganya.

Kening Seokmin mengerut, menjauhkan posisi. "Apa yang kau lakukan?"

"Aish! Hayun sudah tidur, Seok."

Suara itu sedikit lebih nyaring. Namun tidak untuk mengubah posisi badannya yang masih dicondongkan pada Seokmin. Sekali lagi, ia melemparkan senyuman dengan mata penuh binar.

Bukankah ini terdengar seperti sebuah godaan? Cara Jisoo mendekati Seokmin lebih mirip seperti seorang istri yang tengah menggoda suaminya.

Berdehem sebentar, Seokmin berusaha menetralkan jalan otaknya yang mulai kusut. Kembali mencoba untuk fokus pada pekerjaannya.

"Jadi?"

"Aku dapat tugas untuk menemui klien hari ini. Kau mau, kan, menjaga Hayun sampai aku kembali?"

Ketikan jari Seokmin terhenti. Membalas pandangan Jisoo yang masih saja terlihat sangat aneh baginya, lalu menghela nafas panjang. Menyenderkan bahu pada kursi, mengarah tepat di mana gadis itu duduk.

"Kenapa tidak kau bawa saja?"

"Yang benar saja, Lee Seokmin! Hayun sedang tidur. Belum lagi kalau dia tiba-tiba rewel saat aku bertemu klien, bagaimana?"

"Baiklah. Tapi ada syaratnya."

Kedua alis Jisoo hampir menyatu dibuatnya. Entah kenapa, firasat Jisoo berkata buruk. "Syarat?"

Mengangguk pasti, "ucapkan dengan lantang, 'Lee Seokmin sang suami idaman adalah pria paling tampan dan baik hati sedunia'."

"Apa-apaan itu?" Jisoo protes.

"Kalau begitu, bawa Hayun bersamamu." lalu kembali pada komputernya.

"Baiklah-baiklah," Jisoo menyerah. Menarik nafas panjang, "Lee Seokmin sang suami idaman adalah pria paling tampan dan baik hati sedunia!" tidak lupa juga gadis itu menyelipkan aegyo terbaik di sana.

"Astaga, manis sekali. Siapa sih gadis ini?" ledek Seokmin dengan tangan mengelus lembut dagu Jisoo. Persis seperti seorang majikan yang tengah mengelus kucingnya.

Menampik tangan Seokmin, "jangan bercanda, Seok! Aku hampir terlambat."

Tertawa lepas, "baiklah, tapi jangan terlalu lama. Aku juga harus mengikuti rapat selepas makan siang nanti."

Not Our Baby (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang