22. Mama

4.9K 653 249
                                    

"Mama!"

Sontak Seokmin terbangun dari tidurnya. Tubuhnya menegak, melihat Hayun yang terus merengek menyebut 'mama'. Namun, Seokmin tidak melihat ada satu orang pun di sana.

Menarik tubuh bocah itu untuk masuk ke dalam pelukan Seokmin, bukannya menenangkan, malah membuat Hayun mengerang kuat. Bocah laki-laki itu menangis, minta dilepaskan. Meneriakkan kata 'mama' tanpa henti.

Kini keduanya kembali mengayuh sepeda. Meneruskan kegiatan untuk mengelilingi taman bunga yang begitu luas. Namun, lagi dan lagi, Seokmin harus kembali menghentikan kayuhan sepedanya berkat teriakan Hayun yang sangat nyaring.

"Hayun-ah, kau kenapa? Tolong jangan membuat papa sedih." Seokmin mengerang pelan. Mengusap wajahnya dengan kasar, terus memperhatikan sekitar. "Jisoo tidak mungkin di sini, Hayun-ah!"

Suara Seokmin menjadi sedikit meninggi. Membentak Hayun, agar berhenti teriak.

"Mama!" Hayun malah tak kalah nyaring berteriak.

"Kau membuat papa sedih, Hayun-ah! Tolong hentikan!"

Sepertinya, akhir pekan Seokmin dan Hayun kali ini akan berakhir gagal.

Seokmin meringis dibuatnya, juga berpikir bahwa mungkin saja Jisoo berada di sini dan dilihat oleh Hayun. Namun, ia menggeleng kuat setelahnya. Menganggap bahwa racauan Hayun sedari tadi hanyalah sebuah gambaran bahwa ia merindukan Jisoo.

Jisoo merasa bersalah sudah sempat menampakkan dirinya dan tertangkap basah oleh Hayun.

Ya, saat Seokmin mulai tertidur, Jisoo mendatangi keduanya. Menjongkokkan diri tepat di samping Seokmin, memperhatikan wajah pria tampan itu secara dekat. Terlihat beberapa kerutan di keningnya. Pasti, hari-hari Seokmin terlewati dengan cukup berat.

Tapi, tanpa Jisoo duga Hayun malah terbangun. Melihat Jisoo yang langsung lari dan bersembunyi, anak itu terus berteriak hingga akhirnya menangis. Memanggil Jisoo.

"Mama!"

Hayun belum juga menghentikan tangisannya.

Menunda kayuhan sepedanya lagi, Seokmin mengelus puncak kepala Hayun. Merasa bersalah juga karena sempat memarahi Hayun.

"Kau kenapa, sayang? Tidak ada mama di sini."

"Mama!"

Seokmin kembali meringis dibuatnya. Tidak menyangka kalau Hayun bisa serindu ini pada Jisoo.

"Papa," Hayun terus berteriak. "Mama!"

Menciumi puncak kepala anak itu, Seokmin berujar. "Hey, hentikan, sayang. Hanya ada papa di sini."

"Mama!"

Seokmin mendesah pelan. Lagi-lagi mengedarkan matanya ke segala arah, berusaha mencari objek yang mungkin telah mengganggu Hayun sedari tadi.

Mata itu berhenti mengedar pada salah satu sisi. Mendapati seseorang dengan gaun sebatas lututnya yang berwarna pastel, memandang Seokmin dan Hayun dari kejauhan.

Jisoo tidak mungkin pergi begitu saja, membiarkan Hayun terus menangis memanggil dirinya. Sudah cukup Jisoo merasa bersalah atas kesalahan sebelumnya. Ingin memperbaiki semua sebisa mungkin, berharap Seokmin mau memberikannya kesempatan.

Not Our Baby (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang