2. Jempol Nenek untuk Seokmin

5.6K 698 77
                                    

Beberapa kali Seokmin berusaha mendesak Jisoo, akhirnya gadis itu mengirimkan lokasi di mana ia sedang berada. Jarak yang cukup jauh. Ditambah lagi sekarang sudah larut malam, jadi begitu sulit untuk menemukan bus. Akhirnya Seokmin memutuskan untuk menggunakan taksi.

Menunjukkan lokasi yang dikirimkan Jisoo kepada supir taksi tersebut, Seokmin duduk di bangku penumpang dengan harap-harap cemas. Ini pertama kalinya ia mendengar Jisoo menangis. Biasanya separah apapun Seokmin mengerjai Jisoo, sampai ia meledak-ledak, tidak pernah sekalipun mengeluarkan air mata.

Ditambah lagi sekarang Jisoo sedang membawa anak kecil, rasa bersalah pemuda mancung ini semakin meninggi saja. Mengalahkan tinggi badannya Mingyu.

Begitu taksi yang ditumpanginya berhenti di suatu tempat yang entah di mana, Seokmin langsung turun dan mengedarkan pandangannya. Dari kejauhan, dia melihat seseorang duduk di ayunan. Sedikit menyeramkan, memang. Mengingat ini sudah larut malam, siapa yang menyangka bahwa yang duduk di sana bukannya Jisoo malah nenek gayung? Tapi untungnya, Seokmin yakin orang itu adalah Jisoo karena ia masih ingat betul dengan pakaian yang gadis itu kenakan selama bekerja hari ini. Jisoo belum mengganti pakaiannya sama sekali.

"Jisoo?" panggilnya.

Gadis itu langsung menghentikan ayunannya. Mendongak dengan pandangan yang sudah tidak bisa dijelaskan. Matanya bengkak dan hidung berair.

Jisoo meringis. "Seokmin..."

Jisoo menceritakan semuanya. Ia baru saja diusir dari kontrakan karena sudah menunggak tagihan sewa selama 3 bulan. Ditambah lagi saat baru pulang bekerja tadi, pemilik kontrakan melihat Jisoo tengah menggendong seorang bayi. Sehingga pemilik kontrakkan itu mengatakan bahwa Jisoo bukanlah gadis baik-baik yang bisa saja mencemarkan nama baik kontrakkannya.

Tadinya, Jisoo sempat meminta saran ke Seokmin apa ia sebaiknya menitipkan bayi itu di panti saja. Tapi Seokmin bersikeras melarangnya. karena, menurut surat yang ada di dalam keranjang, meminta agar yang si penemu bayi lah yang merawat.

Entah kenapa, Seokmin mempunyai firasat baik dengan kehadiran bayi itu. Semacam takdir, mungkin.

Setelah beberapa lama mendengarkan sesi curhat Jisoo, Seokmin baru sadar kalau ini pertama kalinya ia dan Jisoo bisa saling mengobrol tanpa terselip acara mencaci maki. Dan berkat hal ini pula, Seokmin semakin yakin kalau bayi itu akan membawa dampak positif antara mereka berdua.

"Kenapa tidak menghubungi Jeonghan?" tanya Seokmin.

Biasanya, kalau ada masalah, tentu Jisoo akan langsung meminta bantuan pada Jeonghan. Sahabatnya dari bangku sekolah menengah atas. Wajar jika Sekarang Seokmin keheranan, karena ini pertama kalinya Jisoo memilih dia untuk meminta tolong.

"Aku tidak mungkin mendatangi Jeonghan dan membawa anak ini, Seok! Hanya kamu yang tahu asal usul anak ini! Aku tidak mau disangka gadis tidak baik-baik lagi!"

Seokmin mengangguk paham. Jisoo benar, karena mereka menemukan bayi itu berdua, harusnya ia juga ambil bagian untuk bertanggung jawab. Karena sejak tadi Seokmin juga merasa bersalah sudah membiarkan Jisoo sendirian membawa pulang bayi laki-laki itu. Tapi, egonya untuk berdamai dengan Jisoo masih terlalu tinggi.

"Kamu mau tinggal di apartemenku?"

Tentu saja Jisoo begitu terkejut. Membalas pandangan Seokmin, Jisoo mengangkat sebelah alisnya untuk mempertanyakan tawaran mendadak tadi.

"Tentu saja tidak gratis!" tambah Seokmin. "Setiap hari kamu harus memasak. Membersih rumah dan mengurus bayi itu sendirian, aku tidak mau ikut campur! Dengan begitu aku akan memberikan tumpangan di apartemenku secara gratis. Bagaimana?" melihat Jisoo yang masih terdiam, Seokmin melanjutkan kalimatnya. "Kau tidak perlu khawatir. Aku tidak bernafsu dengan tubuh rata milikmu."

Not Our Baby (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang