18. Sweet Part

4K 561 161
                                    

"Soo-ie?"

"Ya! Aku masih ganti pakaian, jangan masuk!"

"Aish! Tubuhmu itu rata, tidak mungkin aku tertarik."

"Masa bodo!"

Seokmin terkekeh kecil mendengarnya.

Setelah acara saling memaafkan selesai dan tangisan Jisoo mereda, mereka sepakat untuk memakai kupon diskonan yang didapatkan tadi siang.

Tapi, apa ini? Di luar malah hujan deras.

"Tidak usah ganti pakaian, Soo. Di luar sedang hujan. Kita makan di apartemen saja."

Tidak lama, Jisoo keluar dengan pakaian yang belum terganti sepenuhnya. Kemeja berwarna krem yang ia kenakan baru terpasang 2 buah kancing di bagian atas. Menampilkan perutnya yang rata. Jangan lupakan pula celana super pendek yang memperlihatkan kaki mulus dengan sedikit bekas luka di bagian lutut. Seokmin hanya bisa geleng-geleng kepala melihatnya.

Wajah Jisoo ditekuk. Mengeluhkan hujan yang turun dadakan seperti tahu bulat.

Seokmin mengacak puncak kepala Jisoo. Membuat rambut gadis itu semakin berantakan. "Kau masak seperti biasanya saja. Lagi pula Hayun sudah tidur, kan? Biar aku yang menyiapkan kamar."

Kening Jisoo mengerut. "Kamar? Untuk apa?"

"Kita."

"EH?!"

"Jangan berpikiran yang aneh-aneh." Seokmin terkekeh. "Banyak hal yang harus kita bicarakan setelah makan malam. Di kamarku."

"Tapi, Seok ... Aku sedang malas memasak." keluhnya. Menghela napas, bibir Jisoo mengerucut lucu. "Baiklah, aku memasak. Tapi yang sederhana saja, ya?"

Perlu setengah jam lamanya Jisoo bergelut di dapur. Menyiapkan makan malam sederhana, untuk dirinya dan Seokmin. Seperti rencana sebelumnya, selesai makan malam mereka langsung meluncur masuk ke dalam kamar. Tidak disangka, kamar yang biasanya berantakan (dalam sehari Jisoo harus 2 kali membersihkannya, yaitu pagi dan malam hari), kini sudah tertata rapi. Lampu yang menyala hanya sebuah lampu tidur yang berada di atas nakas. Aroma pengharum ruangan menyerbu hidung dalam sekejab.

"Apa yang harus kita bicarakan?" tanya Jisoo.

Tanpa harus mendengar kata mempersilakan dari Seokmin, Jisoo segera menghempaskan tubuh kecilnya di atas ranjang. Memeluk guling yang ada, lalu membalas pandangan Seokmin yang menatapnya keheranan.

"Jangan bertingkah seenaknya di kamar orang."

Jisoo tertawa lalu memukul Seokmin dengan guling tadi. Melepaskannya, merebut bantal yang Seokmin pegang sebagai pengganti. Ia mengubah posisi menjadi tengkurap.

"Sebenarnya kau itu pandai berbersih dan memasak. Hanya saja terlalu malas. Benar, kan?"

"Jika ada kau, untuk apa aku melakukannya? Itu tugasmu."

"Cih, dasar! Langsung saja! Kau ingin membicarakan apa?"

Mengangguk, "apa aku sudah bersikap berlebihan padamu? Maksudku, apa aku terkesan seperti mengekangmu di sini?"

"Tidak. Memangnya kenapa?"

"Aku hanya khawatir kalau sikapku membuatmu tidak nyaman. Kau sudah beberapa kali melayangkan ancaman akan meninggalkanku. Kau tahu? Itu menyakitkan."

"Jadi, benar kepergianku adalah ancaman untukmu?" gadis itu nampak senang mendengar ucapan Seokmin. "Sebenarnya aku takut kalau kehadiran aku dan Hayun hanya menambah beban untukmu. Kau sering memarahiku. Jadi kupikir kau benar-benar benci padaku. Tidak suka dengan keberadaanku di apartemenmu."

Not Our Baby (✓)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang