"Hayun sudah tidur?"
Jisoo mengangguk kuat. Mengambil cat kuku yang ada di atas nakas, lalu memberikannya pada Seokmin. Turut mendudukkan diri di atas ranjang, menyilangkan kakinya. Berhadapan dengan pemuda Lee itu.
"Kenapa warna kuning terus?" Protes Seokmin, begitu melihat warna cat kuku yang Jisoo berikan.
Mengerucutkan bibirnya, Jisoo merengut. "Memangnya kenapa? Kau tidak suka? Padahal aku sangat suka dengan warna kuning."
Terkekeh kecil, "hanya saja ... Kukumu nampak seperti baru saja terkena kotoran Hayun."
"Ya!"
Spontan Jisoo mengambil bantal yang berada tepat di sampingnya. Menutup wajah Seokmin yang konyol itu dengan geram.
Namun, tentu saja kekuatan Jisoo tidak seberapa dengan kekuatan yang Seokmin miliki. Menggenggam kuat tangan Jisoo yang masih menutup wajah Seokmin dengan bantal, tanpa ragu ia menarik tubuh gadis kesayangannya itu hingga jatuh menimpa tubuh besarnya. Mengunci kuat pergerakan Jisoo dengan kedua kaki panjangnya.
"Seokmin, lepaskan!" Protes Jisoo.
Menyingkirkan bantal yang sempat menutupi wajahnya, Seokmin tertawa puas melihat wajah Jisoo yang memerah. Ia melepaskan ikatan rambut gadis itu, membiarkan helai demi helai rambut Jisoo yang cukup panjang menabrak wajahnya.
Dengan posisi Jisoo yang berada di atasnya seperti sekarang, Seokmin merasa puas. Wajah Jisoo tak pernah lupa menampilkan semburan merah, hingga ke telinga. Sungguh menggemaskan!
Jisoo bergerak tidak nyaman. "Seok, lepaskan. Cat kuku milikku jatuh ke mana tadi?"
Mata kucing Jisoo mulai merotasi. Mencari keberadaan benda kecil kesayangannya.
Bukannya melepaskan kunci yang ia lakukan menggunakan kaki, Seokmin malah mempererat pagutannya. Mencium bibir Jisoo sekilas, menyingkirkan rambut Jisoo ke belakang telinga.
"Hong Jisoo," panggil Seokmin, dengan suara sedikit merendah. "Satu Minggu lagi pernikahan kita akan dilaksanakan, apa kau punya pesan-pesan terakhir?"
"Pesan-pesan terakhir? Kau mendo'akan aku agar cepat mati?"
Seokmin mengeluarkan suara tawanya yang menggelegar. Memenuhi seisi kamar mereka. Sedikit mengangkat kepalanya, untuk mengigit hidung Jisoo dengan gemas.
Melepaskan kuncinya, "turunlah, kau sangat berat."
Jisoo mendengus. "Kau yang menarikku!"
Seokmin sendiri yang meminta Jisoo untuk turun dari tubuhnya. Namun, laki-laki itu kembali merapatkan kunci. Membuat Jisoo tersentak, hingga menjatuhkan tubuhnya begitu saja tanpa aba-aba. Menggulingkan tubuhnya, hingga kini Seokmin lah yang berada di atas Jisoo. Menahan tubuh besarnya dengan kedua siku.
"Seokminnnn!"
Lagi-lagi yang diteriaki hanya tertawa puas, mendengar cercaan Jisoo yang terus mengomel tanpa henti.
Membuka satu kancing paling atas pada kemeja yang Jisoo kenakan, "ayo kita bermain. Hayun benar-benar sudah tidur, kan?"
Menahan tangan Seokmin yang mulai beralih pada kancing kedua, Jisoo menggeleng. "satu Minggu lagi, Seok. Aku janji setelah pernikahan kita, aku akan melayanimu kapan pun kau minta."
"Bagaimana kalau cium saja?" Seokmin mencoba untuk bernegosiasi.
Ya, meski pun mereka tidur di atas ranjang yang sama, mereka belum pernah melakukan hubungan sama sekali. Hanya sebatas ciuman panas, dan berhenti di tengah jalan.
Seokmin tidak mau memaksa Jisoo sama sekali, meski pun mungkin, ia sudah puluhan kali merengek untuk meminta jatah.
Acara ciuman mereka terus berlanjut, membiarkan cat kuku kesayangan Jisoo pecah karena terhempas ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Not Our Baby (✓)
أدب الهواة[Seoksoo GS Fanfiction] Mendengar nama Lee Seokmin dan Hong Jisoo, pasti seluruh karyawan di kantor Hanin Finance, secara otomatis mengatakan anjing dan kucing. Ya. Hal tersebut dikarenakan tingkah laku keduanya yang tak pernah damai. Setiap hari se...