3. Berlaksa Rindu

1.6K 101 23
                                    

Fajar tampak mengambang di langit wetan (timur). Suara ayam jantan begitu melengking membangunkan seluruh manusia dari alam mimpi yang semu. Seorang pemuda tengah berdiri di sebuah bukit tak jauh dari Sendang Tirta. Di bawah bukit itu, sawah menghampar luas. Mata air mengalir dari bebatuan di bawah bukit dan dijadikan saluran irigasi. Airnya begitu jernih dan menyegarkan. Banyak pula yang menjadikannya sebagai sumber air minum. Pemuda tadi terus menatap fajar yang semakin hilang. Lalu timbulnya surya menyemarakkan hari serta menambah semangat petani.

Pemuda itu menuruni bukit hanya dengan beberapa lompatan saja. Tentu ilmu meringankan tubuh yang dimiliknya sudah sangat tinggi. Pasti pemuda bercaping ini bukan pemuda sembarangan. Selama satu dasawarsa ia tinggal di lereng Lawu. Di sebuah padepokan bernama Jagadita. Bahkan ia juga diangkat oleh Ki Wursita sebagai penggantinya. Hal inilah yang membuatnya gundah. Awalnya ia diantarkan ke padepokan itu supaya bisa menjaga diri. Tetapi ketika ayahnya menjemput memintanya pulang, Ki Wursita mencegah. Pria tua itu tertarik dengan perangainya yang bijak dan pemaaf. Akhirnya pemuda itu tumbuh menjadi sosok yang tangguh dan gagah. Bukan hanya soal ilmu kanuragan, tapi juga ilmu kebatinan.

"Umbara! Jangan melamun! Burung-burung sedang menikmati padimu!" Pria berusia tiga puluh empat warsa membuyarkan lamunannya barusan.

Pemuda yang dikenal sebagai Umbara itu menghalau para burung yang hendak memakan biji padi di sawah milik ayahnya. Hari ini pemuda itu menggantikan Ki Saga yang kelelahan akibat pertunjukan wayang kulit yang digelar hingga semalam suntuk. Sawah seluas tiga petak itu terlihat paling subur di antara sawah lainnya. Setelah selesai menyiangi padi dari rumput dan sebisa mungkin menghalau burung, Umbara beranjak pergi. Ia ingin mempertimbangkan lagi permintaan Ki Wursita beberapa waktu yang lalu.

Umbara mendekati Sungai Brantas. Letaknya agak jauh dari persawahan. Barangkali ia bisa bertemu sang pujaan hati yang sedang mandi atau mencuci. Tapi nampaknya Umbara terlambat. Para gadis-gadis mulai meninggalkan sungai. Jadi pemuda itu akan mengunjungi di rumahnya saja. Ketika Umbara berjalan menjauhi sungai, tiba-tiba terdengar suara gadis berteriak marah. Ia mencari tahu dan nampaklah seorang gadis di tangan tiga pemuda. Umbara kenal siapa gadis itu. Sang waranggana tadi malam! Puspa Resmi! Umbara berkata tetapi sangat halus seperti berbisik. Ia memang berbisik tapi bukan pada diri sendiri. Saat ini Umbara tengah membisiki Puspa Resmi dengan suara batin.

"Jangan merasa takut, Puspa. Jangan ikut bersitegang. Lepaskan diri dengan melonggarkan tubuhmu, seperti belut."

Setelah mendengar bisikan itu, Puspa ingat Jurus Welut Putih yang pernah dipelajari dari ayahnya yang hampir mencapai tingkat akhir. Saat ini Puspa memang tengah gugup mengingat kedua teman Kerta Anom ini adalah jebolan dari sebuah padepokan. Namun ia segera menepisnya. Ketakutan hanya akan membuat musuh semakin kuat. Gadis itu pun melawan dengan Jurus Welut Putih dan berhasil melarikan diri.

Kini Umbara berdiri tenang di depan tiga pemuda yang berniat buruk pada Puspa Resmi.

"Jika ingin berbuat tak senonoh pada Puspa, langkahi dulu mayatku!" kata Umbara dingin.

Sebenarnya hatinya terbakar melihat ketiga pemuda ini hendak menodai sang kekasih. Tapi ia masih dapat menyembunyikannya seakan tak terjadi apa-apa dalam batinnya. Semua berkat aji Wiraga Seta. Aji yang memerlukan ketenangan batin tetapi sangat berbahaya.

"Memangnya kau siapa Umbara? Jangan karena kau baru turun gunung kami akan takut padamu!" bentak Parman.

Umbara hanya diam. Sementara Parman maju sambil menenteng klewang. Mata senjata itu berkilauan tertimpa matahari. Pasti sangat tajam. Sekejap mata klewang itu berkelebat ke arah kepala Umbara. Pemuda itu menunduk lalu tangannya bergerak menjangkau lengan Parman dan menelikungnya ke belakang hingga klewang di tangannya terlepas. Lalu Umbara menendang paha kanannya. Parman tersungkur ke tanah.

Renjana BerdarahTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang