Ishita terbangun di pagi hari dengan sebuah telpon masuk di ponsel pintarnya, nomor yang tidak dikenal +81, panggilan ini bukan dari Indonesia, itu kode nomor Jepang.
"Hallo?"
Terdengar suara orang berbahasa Jepang, sepertinya mesin yang memintanya untuk menunggu karena seseorang dari tempatnya sedang berusaha menghubungi Ishita.
"Moshi-moshi, Judistia san"
Terdengar suara seorang wanita dari seberang sana, sepertinya ia kenal suara itu
"Haik so desu"
Wanita itu terdengar senang mendengar suara Ishita, ia adalah Sakura sensei ia seorang psikiater yang menangani kasus Ishita saat ia kehilangan kedua orang tua-nya, ingatannya hanya terpatah-patah tetang kenapa ia butuh seorang Psikiater karena saat itu ia merasa baik-baik saja.
Ishita nampak serius mendengarkan sensei berbicara, hingga ia memutuskan untuk bangun dan pindah ke balkon untuk mendengarkan penjelasan Sakura sensei.
"Okay, sensei, I will contact you soon"
"Sayonara"
Ishita mengakhiri pembicaraanya, tepat saat ia akan beranjak dari tempat duduknya, Bayu memeluknya dari belakang dan mengecup lehernya dengan mesra.
"Aku pikir, kamu kabur karena menyesal apa yang telah terjadi semalam"
"Huh?Kenapa kamu berpikir seperti itu"
"Karena saat aku membuka mataku dan kamu tak ada disampingku, aku pikir kamu kabur"
"Memangnya aku anak SMA?" Ishita mendongakkan kepalanya keatas dan mencium pipi pria yang sedang memeluknya dari belakang saat ini.
"Who knows" sembari membalas ciumannya tepat dibibir mungil Ishita.
"I'll going to Tokyo tonight" Ishita membuka pembicaraan saat ia dan Bayu makan siang disebuah restaurant di pinggir pantai
"Untuk apa?"
"Ada beberapa hal yang harus aku kerjakan"
Bayu memandangnya penuh selidik, ia tahu ini pasti ada hubungannya dengan telpon pagi ini, ia memang tidak terlalu bisa Bahasa Jepang, tapi ia sedikit mengerti sepertinya orang yang menghubungi Ishita perlu bertemu langsung dengannya
"Aku temani ya?" kali ini Bayu merasa ia tidak ingin berpisah jauh-jauh dengan Ishita
Ishita menggeleng cepat, ia tidak ingin masalahnya terlalu banyak diketahui oleh Bayu "Aku sudah mengubungi Kousuke, dia bilang akan menyusulku segera setelah perkerjaanya selesai di Jakarta"
"Kousuke?" Bayu nampak tak suka ketika nama itu disebut, ia merasa saingan terberatnya adalah Kousuke bukan pria lain, tapi pria itu satu-satunya orang yang dipercayai Ishita, bahkan jika soal kepercayaan dirinya masih ada dibawah si Kousuke itu.
====================================================================
"Nona, yakin mau pergi sendirian?Kenapa nona tidak pakai pesawat Judistia saja, terlalu banyak orang jika nona menggunakan pesawat komersial, dan lagi nona hanya sendirian, saya khawatir akan ada orang yang mencoba mencelakai nona"
Kousuke menyatakan keberatannya, ia menghampiri nonanya untuk bertolak ke Tokyo malam itu.
"Kamu sudah suruh Wakaba untuk menjemputku kan besok pagi"
"Sudah nona, Pak Joko memintaku untuk menghadiri rapat 2 hari lagi, dan aku akan menyusulmu setelah itu"
Kou merasa gusar dengan sikapnya dan nona, ia tahu nonanya menjaga jarak kemudian Kousuke sedang mati-matian menahan perasaan cemburu karena Bayu Akbarian itu tidak berhenti menggenggam tangan nona yang sangat ia cintai, dan membuatnya lebih kesal adalah sang nona nampak tidak keberatan dengan perlakuannya.
"I'll be fine Kou, I'll be fine" balas nonanya melihat kegusaran dimatanya.
Ishita menginjakkan kakinya disebuah klinik yang sudah lama tidak ia kunjungi, seingatnya, dulu ia hampir tiap minggu datang ketempat ini, tapi sejak traumanya membaik perlahan-lahan ia mengurangi frekuensinya.
Saat ia masuk ia sudah disambut seorang resepsionis yang langsung mepersilahkanku untuk menuju ruang sang dokter karena ia sudah menungguku.
"Sakura sensei!"
"Aaaaa Ishita-san"
Sang dokter menyambutnya , Ishita menyapukan pandangan kesekelilingnya ia melihat banyak penghargaan dan sertifikasi yang sang doker.
Dokter itu mempempersilahkan untuk Ishita duduk, ia membawakan Ishita secangkir the panas,Ishita menghirup aromanya dalam-dalam – Camomile, ia tahu yang aku suka – batin Ishita.
Dokter itu kembali tersenyum, kali ini merubah raut wajahnya menjadi lebih serius dan membuka obrolan mereka hari itu.
"Ishita-san, saya tahu anda akan merasa bertanya-tanya kenapa anda saya panggil untuk kemari, saya bisa pastikan hal terakhir yang anda ingat tentang saya adalah sesi terapi kita setelah orangtua anda meninggal, dan saya tahu anda baru saja mengalami kecelekaan yang cukup parah"
Sang dokter kemudian meletakkan cangkir yang di pangkunya keatas meja.
"Pertanyaan saya saat ini, apakah nona mengingikan kembali ingatan nona?"
Pupil mata Ishita melebar, ia faham sekali apa yang sang dokter katakan dengan baik, ada sesuatu yang lebih dibandingkan hanya sesi terapi trauma bersama dokter ini.
"Tapi nona perlu mengetahui sesuatu, jika nona membuka kembali ingatan itu, semua ingatan yang terjadi, termasuk saat saya mengunci ingatan nona 10 tahun lalu akan ikut kembali"
"Ingatan 10 tahun lalu?" Ishita tampak terdia dan mencoba mengingat, kemudian ia melanjutkan kalimatnya dengan suara berat dan terdengar enggan.
"Maksud dokter setelah kecelakaan Ayah dan Mama?"
Dokter Sakura memandang Ishita dengan tajam, kemudian ia mengiya-kan pertanyaan Ishita.
"Sebelum saya memutuskan , boleh saya tahu apa yang dokter lakukan untuk saya?"
Dokter Sakura kemudian bangkit dari tempat duduknya kemudian menyerahkan Ishita sebuah file, ia bisa membaca namanya tertera di atas file tersebut, dengan tulisan 'CONFIDENTIAL' besar-besar melintang di pinggir file tersebut.
Ishita memutuskan membuka file tersebut, ia kemudian membaca tulisan didalamnya, sembari sesekali mengerenyitkan dahinya.
Ia kemudian menutup file tersebut, memandang dokter didepannya, ia tidak percaya apa yang di baca, ternyata selama hidupnya ia mengalami banyak trauma yang tidak bisa ia ingat dengan baik.
Ishita meletakkan kembali file itu diatas meja, ia nampak berpikir sejenak, ia menggigit bibir bawahnya dengan mder bepikir keras, ia menarik napas panjang .
"Dokter, saya pikir saya sudah siap mengembalikan ingatan saya"
Dokter Sakura tersenyum, kemudian mempersilahakan Ishita berbaring diatas sofa bed, dan menyuruhnya untuk relaksasi, kemudian menghitung mundur dari 10, dan dalam setiap hitungannya Ishita merasakan ia melalui labirin yang panjang, di mana semua ingatan berlarian melewatinya.
YOU ARE READING
The BodyGuard
Action*Warning 21++ please be wise!!! adult content explicit and implicit ** BE AWARE ====================================================== "If I could choose a man for my first time to laid, He must be you" Angin kencang menerpa rambut nona muda itu, da...