DUA PULUH LIMA - BAYU

76 3 0
                                    

Aku menatap wanita yang saat ini tertidur di pelukanku, kurang lebih dua jam yang lalu ia membuatku nyaris tinggal nama, ia benar-benar tahu cara menyiksa atau bahkan menghilangkan nyawa seseorang. Aku meraba rahangku, bekas pukulannya masih terasa panas dan terlihat beberapa luka sayat dipipiku membuat sopirku langsung panik melihatku, dia pikir aku diserang penjahat, yah well diserang sih iya, oleh wanita yang membuat duniaku nyaris berjungkir balik.

"Selamat atas akuisisi yang baru saja kamu raih Bay"

Sebuah suara menyapaku dari balik tubuhku, dan saat aku berbalik untuk mellihatnya wajah yang saat familiar itu menyapaku.

"Ah Pak Adhyaksa, apa kabarnya? Pencapaian itu belum ada apa-apanya dibandingkan Judistia yang menguasai hampir 60% jalan bawah tanah bukan?" ia menyalamiku dan mengajakku duduk.

Bukan pertama kalinnya aku bertemu dengannya, Ibu sering membawaku bertemu dengan keluarga Judistia ini waktu aku kecil, ia memberi tahuku bahwa aku adalah salah satu bagian dari Judistia dan Ibu sudah bersumpah setiap untuk melindungi teman karibnya itu, istri dari Adhyaksa.

"Kamu sudah besar sekarang, saya rasa kamu berhak tahu bahwa Judistia bukan hanya sekedar nama besar dan kegiatan 'bawah tanahnya' tapi juga tentang kekuasaan yang dimiliki Judistia"

"Judistia merupakan salah satu penyokong 'keamanan' Negara ini"

Kalimat itu membuatku menaikkan alis dan menatap pria didepanku.

"Mungkin kamu tidak akan percaya, tapi Negara ini tidak hanya berdiri dengan bantuan pahlawan-pahlawan yang memperjuangkan kemerdekaan tapi bagaimana caranya agar Negara lain tetap mengakui keberadaan dan kekuatannya, dan itulah salah satu tugas Judistia secara turun temurun"

"Jika kekuatan Judistia sedemikian besar mengapa harus melewati jalan bawah tanah?"

Adhyaksa tertawa mendengar pertanyaanku

"Karena jalur yang paling berbahaya merupakan jalur terkuat untuk membangun pondasi kekuatan negara ini anak muda"

"Ketakutan adalah kekuasaan yang terkuat, karena itu Judistia selalu memiliki orang di setiap sector pertahanan negeri ini, dan mungkin ibumu sudah memberi tahu mu tentang pondasi negeri ini di bangun karena ia salah satu orang yang berada didalamnya" Adhyaksa sekali lagi tersenyum penuh arti menatapku.

Ia menyerahkan sebuah drive "Ini adalah petunjuk yang kam harus ketahui baik-baik, bukalah file ini akan sangat membantumu menguasai sector yang kamu inginkan"

Aku tak percaya apa yang baru saja Adhyaksa serahkan padaku "Kenapa anda memberikannya padaku?"

"Saya selalu yakin pada anak muda sepertimu" Adhyaksa kembali menepuk pundakku dengan santai.

Aku masih ingat saat Adhyaksa menyerahkan file yang ternyata berisi tentang 'orang penting' yang menggerogoti Negara ini sehingga ia bisa masuk dengan mudah, karena Adhyaksa menyimpan kartu 'As' sang penguasa.

Sejak Adhyaksa memberikan file itu padaku, Akbarian tumbuh dengan pesat. Sebenarnya aku selalu bertanya-tanya imbalan apa yang ia inginkan dariku? Hingga pada suatu pertemuan ia memintaku untuk menjadi mentor untuk Ishita.

"Saya mentor untuk Ishita? Mungkin terlalu berlebihan pak, lagipula saya harus banyak belajar untuk diri saya sendiri"

Aku menolak tawaran halus Adhyaksa untuk putrinya, ia masih seorang anak SMA dan aku tidak ingin dipusingkan dengan membimbing seorang anak SMA ,anak semata wayang sepertinya pasti sangat amat dimanja ,aku masih membatin pada diriku sendiri.

The BodyGuardWhere stories live. Discover now