SEMBILAN BELAS - A MEMOIR (3RD)

68 6 0
                                    

Ishita terbangun dengan derai air mata membasahi pipinya, ia bisa merasakan apa yang terjadi 10 tahun yang lalu seperti baru saja terjadi hari itu, Ishita ingat 10 tahun yang lalu, ia ingat bagaimana setelah itu ia pulang mengurung dirinya dan mendapati kabar bahwa kedua orang tuanya mengalami kecelekaan pesawat, malam itu ia habiskan dengan menangis sehaian menyesali nasibnya, harusnya ia pergi saja dengan kedua orang tuanya tanpa harus merasakan trauma itu. Hingga pada hari penghormatan terakhir untuk kedua orang tuanya Ishita bertemu dengan Kousuke untuk pertama kalinya.

Ia membawanya pada Dokter Sakura dan membantunya untuk mengunci semua memori terkutuk tentang Edward, membuatnya lebih tangguH dari sebelumnya.

Tidak hanya memori terkutuk itu yang kembali, tapi Ishita juga ingat detik-detik ia jatuh semua ,memori yang ia buat bersama Kousuke, ia akhirnya jatuh cinta pada pengawal satu-satunya.

Saat ia membuat kesalahan bodoh dengan jatuh cinta kemudian mengetahui bahwa ia masih ada hubungan darah dengan Kousuke lagi-lagi menyakiti hatinya.

"Dokter"

"Saya tahu, anda meminta saya untuk mengingat detil-detil pada hari penembakan itu bukan?"

Ishita menganggukkan kepalanya dengan mantap, ia perlu tahu apa yang trjadi atau paling tidak menemukan petunjuk siapa yang menginkan nyawanya hilang!

Dokter Sakura membantunya mengingat detil-detil kecil saat ia tertembak diacara pertunangannya, sekali lagi Dokter Sakura membuatnya mengalami hal yang paling menyakitkan pada dirinya.

Ingatannya terputar jauh saat ia menanyakan Kousuke tentang dokumen yang diserahkan olehnya, ia harus tahu apa yang terjadi, bagaikan sebuah video yang me-rewind adegan yang membuat hatinya sakit, samar-sama ia mendengar perintah dokter Sakura untuknya.

"Ishita jangan biarkan kenangan itu menguasaimu, abaikan!Perhatikan detil sekitar mu, perhatikan pantulan kaca dihadapanmu, perhatikan detil yang terlewat olehmu" Ishita dapat mendengar instruksi dokter Sakura saat menyelami memorinya sekali lagi.

Ishita melihat Edward dari balik pantulan kaca, ia melihat Edward menelpon seseorang , dari pantulan kaca ia bisa membaca bibirnya yang berkata "BERSIAP PADA POSISIMU" dan sedetik kemudian Ishita merasakan kesakitan yang sama, saat ia terkena luka tembakan.

Ishita kembali ditarik oleh sura dokter Sakura, ia menarik napas panjang kemudian perlahan-lahan kembali kepada alam sadarnya.

Kali ini ia tahu siapa yang menjadi otak disemua 'kerusuhan' di hidupnya! EDWARD!Apa sih yang dia inginkan? Siapa sebenarnya dia?

Dokter Sakura membiarkan Ishita termenung sendirian, dirinya tidak pernah merasa sekompleks ini,kenangan yang selalu ia lihat adalah tentang Kousuke, perasaanya terlalu kuat untuk Kou namun kemudian ia sadar darah yang mengalir di tubuhnya adalah setengah darah yang sama yang dipunyai Kou!

"Ishita-san, setelah ini kamu harus bisa menghadapinya dengan baik, aku tahu kamu adalah orang hebat yang memperhitungkan setiap langkahmu, setelah ini saya pikir kamu haru menghadapinya satu-satu,kamu bukkanlah lagi anak remaja berusia 18 tahun yang rapuh, tapi sekarang kamu adalah wanita dewasa yang kuat, kamu harus percaya pada dirimu sendiri, percaya pada kata hatimu" Dokter Sakura menggenggam tangan Ishita dengan erat kemudian meletakkannya di didada Ishita.

Wakaba dengan setia menunggunya diruang praktek milik sang dokter, ia melihat nonanya dengan pandangan kosong ketika keluar, bahkan saat menyapanya ia terlihat tidak fokus, ini pertama kalinya melihat nonanya seperti itu namun ia lebih baik diam sebelum terjadi sesuatu.

"Wakaba, bawa aku ke Tokyo, aku akan menginap di Roppongi"

"Baik Nona"

Wakaba mendapat kabar kalau bos nya juga akan sampai hari ini, tapi ia belum mendapat kepastian, karena sang nona tidak biasanya datang ke Jepang sendirian maka ia berasusmsi telah terjadi sesuatu antara sang Nona dan Kousuke.

"Kamu bisa kembali ketempatmu Wakaba, aku akan menginap hari ini, besok pagi jemput aku seperti biasa aku akan menyelesaikan pekerjaan di kantor"

"Baik Nona" Wakaba menjawab dengan patuh.

Penjaga pintu apartemen menyambutnya "Selamat sore nona Judistia, saya dengar anda sakit beberapa bulan lalu, anda baik-baik saja sekarang?"

Ishita tersenyum tipis kemudian menjawab pendek "Saya baik-baik saja, terima Kasih"

"Selamat beristirahat nona" "Oh iya nona" saat akan melanjutkan omongannya ternyata sang Nona sudah masuk kedalam lift tanpa sempat mendengar apa yang ingin disampaikan oleh si penjaga pintu.

The BodyGuardWhere stories live. Discover now