Chapter 4

2.9K 265 13
                                    

Typo bertebaran
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Jangan lupa klik bintang
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
Happy reading
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
###

Malamnya.....

"Ali, kamu dapat surat" kata ibunya saat melihat Ali baru saja pulang

"Dari siapa ma?"

"Disini tertulis kingstone.... Atau apa gitu. Nih, kamu baca sendiri aja. Mama ngga bisa baca tulisan itu" ucapnya sambil menyerahkan surat pada Ali

"Ada apa Ali?" tanya ibunya khawatir saat melihat wajah putranya pucat

"Eh? Aku ngga apa-apa ko ma" jawabnnya sambil tersenyum agar ibunya tidak khawatir

"Aku izin keluar sebentar ya, ma" lanjutnya

"Tapi, kamu baru aja pulang"

"Aku ngga akan lama ko, mama makan dulu aja. Jangan nunggu aku" lantas Ali langsung bergegas keluar rumah ibunya hanya menghela napas sambil berharap putranya akan baik-baik saja

***

Ali masuk ke gedung musik starfast academy, lantas langsung membaca isi surat yang di pegangnya. Meskipun dia sedang membaca tetapi pikirannya memikirkan hal lain. Tanpa sadar, dia sudah berhenti di ruangan piano —yang sangat tua—

Ali memasukan surat itu kedalam kantong jaketnya dan menghampiri piano tua itu

Sebenarnya dia tidak begitu bisa memainkan piano tapi dia mengerti letak susunan nada tutsnya

Seandainya dia ada disini. Ali teringat masa lalunya

flashback on

Usia 12 tahun adalah masa paling buruk dan paling kelam seumur hidupnya, tetapi juga merupakan masa paling bahagia kenapa? Karna dia bertemu dengan 'dia' si cinta pertamanya

Saat itu, Ali nekat kabur ketika dia dan keluarganya berlibur ke inggris

Ali sudah tidak tahan dengan tekanan ibu tirinya, dia baru mengetahui kalau selama ini yang di anggapnya ibu kandung adalah ibu tirinya

Itu menjelaskan mengapa perlakuan ibunya terhadap Ali dan kembarannya berbeda dengan saudara-saudaranya. Kenyataan ini diketahuinya saat kembarannya meninggal

Ali memutuskan untuk meninggalkan semuanya, dia terus berjalan tanpa memedulikan rasa penat, lapar, dan lelah, dia terus melangkahkan kakinya yang tanpa arah. Dia berharap untuk cepat mati

Kelelahan dan kelaparan membuat Ali duduk di sebuah dinding, dia mulai melihat sekeliling pandangannya mulai kabur

Di sebrang jalan dia melihat restoran kecil, namun dia tidak punya uang sepeser pun. Dia kabur tanpa membawa apapun pikirannya kalut waktu itu

Ali memejamkan matanya untuk mengurangi pening yang menyerang kepalanya

Sayup-sayup telinganya mendengar dentingan piano, tubuhnya bergetar,

Alunan piaono itu seakan menariknya untuk berdiri dan mencari arah suara. Dia melangkah pelan

Ternyata piano itu terdengar dari sebuah toko musik, dia membuka pintu pelan-pelan. Matanya menangkap sosok anak perempuan yang sedang memainkan piano

Mahal na mahal kita (republish)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang