Weekend

98 25 0
                                    

"Vande".

"Vande".

"Vande". Rabel menghembuskan nafas gusar. Melihat Vande yang tak kunjung mendengar panggilannya, padahal Vande tepat di sampingnya.

Rabel memukul wajah Vande dengan bantal sofa.

"Apaan sih lu". Ucap Vande sambil melepaskan airphone tanpa nirkabel, membuat Rabel mengelus dada.

"Gua panggilin dari tadi gak denger".

"Kenapa?"

Rabel memeluk bantal sofa yang tadi di buat memukul wajah Vande dengan wajah masam. "Gua masih berfungsi gak?".

"Gak tau, males".

"Loh kok lu jawab gitu". Rabel meninggikan suaranya.

"Berisik anjing".

"Ya elu, di tanya jawabnya ngajakin ribut".

Vande mengeclose handphonenya, menaruh di meja kaca. "Gua bilang gak tau, berarti gak tau. Tolol banget sih lu".

Rabel memukul lagi wajah Vande dengan bantal sofa. "Songong banget sih lu sama gua, gua aduin Bunda tau rasa lu".

"Bacot ah". Vande langsung pergi dari ruang tamu dengan membawa handphone dan kunci mobil di atas meja kaca.

"Mau kemana lu? Gua belum selesai ngomong". Teriak Rabel tapi tak di jawab oleh Vande.

***

Sesampainya di basecamp, Vande langsung di sambut oleh Fasya saat keluar dari mobil.

"Tumben lu ke basecamp, biasa ikut ema lu arisan komplek". Ledek Fasya.

Rutinitas Vande saat weekend adalah : menemani Bunda belanja di supermarket, menyicipi kue buatan Bunda yang setiap weekend selalu berganti jenis, dan menemani Bunda pergi arisan komplek yang berisi ibu-ibu dengan berbagai jenis celetukan mautnya untuk merayu Vande agar menjadi menantunya kelak. Untung saja hari ini Ayahnya sedang di Indonesia, jadi yang menggantikan posisi Vande weekend ini adalah Ayahnya.

"Bokap balik jadi gua di lepas".

Vande menatap Fasya yang menaiki motor merah kesayangannya yang di beri nama montok.

"Mau kemana lu?". Tanya Vande.

"Mau beli makan buat anak babi". Jawab Fasya sambil memasang helm fullface.

"Ada anak babi di dalam? Ngapain lu bawa?".

"Bukan babi hewan, wujudnya udah manusia". Fasya menderungkan motornya. "Dah lah gua mau pergi". Fasya pun pergi dengan kecepatan sedang.

Vande membuka pintu, satu kata untuk mewakili kala pertamanya membuka pintu adalah "kandang babi". Basecamp benar-benar kotor dengan berbagai bungkus makanan, kulit kacang, dan abu rokok yang berceceran di lantai.

Vande mengeram saat melihat kedua temannya sedang saling menindih tanda peperangan. Vande mematikan televisi yang tadi menyala dengan siaran bola.

"Ternyata yang Fasya omongin anak babi itu, lu berdua?" Vande menggeleng kepala dengan tatapan datar.

"Beresin basecamp sampai bersih. Gua gak mau tau! Mau lu jilat pake mulut lu berdua biar basecamp ini kinclong sekali pun gua gak peduli. Sampai gua balik lagi kesini dari rooftop, ini tempat gak bersih juga. Gua patahin kebanggan lu berdua". Setelah itu Vande pergi menaiki tangga menuju rooftop.

Vi N De | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang