She is mine!

85 17 0
                                    

Hampir seminggu Vande tak masuk sekolah untuk memulihkan kondisinya pasca kecelakaan, hari ini adalah hari pertamanya masuk. Bertepatan di hari senin. Entah sial atau memang Vande yang masih terbawa suasana pemulihannya selama seminggu, membuatnya tertidur di kelas karna rasa ngantuk yang menyerangnya.

"Vande keluar kamu dari kelas". Jeritan suara Bu Betti mengheningkan kelas XII Ips 4. Vande yang baru saja tersadar dari alam mimpinya langsung bangkit dan berjalan gontai keluar kelas tanpa memperdulikan sekitar, keempat sahabatnya hanya bisa menghela nafas melihat kelakuannya.

Tujuan nya kali ini adalah kamar mandi. Ia ingin membasuh wajahnya agar terlihat segar. Setelah membasuh wajahnya, Vande turun ke lantai 1 tempat kantin sekolah berada. Perutnya saat ini kroncongan akibat sebelum berangkat sekolah, ia tak memakan apapun.

"Oke nanti gua tunggu diparkiran sekolah ya". Seketika langkah Vande terhenti mendadak dan menoleh kearah sumber suara. Tepatnya di jembatan penghubung gedung Ipa/Ips dengan Bahasa. Vande mengurungkan niatnya untuk menuruni tangga, merapatkan dirinya ke dinding untuk memastikan apa yang terjadi disana. Sekali lagi, hanya memastikan. Vande tersentak kaget dan membelak matanya saat salah satu orang disana membalikkan badan, Virly. Seketika rahangnya mengeras, wajahnya memerah menahan marah.

Vande langsung lari menuju lantai 4 tempat Aula berada saat Virly berjalan pergi meninggalkan lawan bicaranya di jembatan itu. Saat dirasa situasi sudah aman, Vande berjalan dengan santai menuju lokasi tadi.

"woy". Seru Vande yang membuat cwo yang baru saja ingin masuk ke gedung Bahasa menoleh.

"manggil gua?" Tunjuk Cooper pada diri sendiri.

Vande mendengus, melangkah menuju Cooper dan berhenti tepat di depannya. Vande memasukkan kedua tangannya di saku celana sambil menatap nyalang lawan bicaranya.

"ngapain lu sama Virly?".

"menurut lu gua sama dia ngapain?". Tanyanya balik.

"She is mine".

Cooper membekap mulutnya sendiri dengan ekspresi pura-pura terkejut. "wow, milik lu?". Cooper tertawa sambil bertepuk tangan meremehkan.

"bukannya lu sama Virly udah putus?".

"tau darimana lu?". Jawab Vande dengan nada nyolot.

"siapa yang gak kenal lu. Vande Revivo, cwo yang tega mempermalukan satu cwe yang sampai jadi trending topik seantro sekolah".

"soal itu bukan urusan lu".

Cooper mendengus sebal. "untung Lu bukan cwo yang kaya di novel-novel yang badboy dan diperebutkan oleh seluruh cwe di sekolah, walau nyata lu juga di gilai sama para cwe-cwe di sekolah tapi ya--gak semua sih karna di sekolah ini banyak yang ganteng. Bahkan lebih ganteng dari lu. Satu lagi. Bersyukur banget gua sama para cwe-cwe sini yang gak fanatik".

"gua bilang bukan urusan lu, ya berarti bukan urusan lu anjing". Nafas Vande memburu. "gua tanya sekali lagi, lu ngapain sama Virly?". kali ini Vande sudah tak bisa mengontrol raut wajah tak sukanya di depan Cooper yang membuat Cooper hampir saja terbahak karna wajah cemburu buta Vande.

Cooper menepuk bahu Vande dan langsung di tepis. Cooper tersenyum. "gua gak ada apa-apa sama Virly. ya walaupun gua suka sih, tapi gua rasa Virly masih punya guguk transparan. Jadi susah".

"lu ngatain gua guguk?". Bentak Vande.

Cooper menganggat kedua tangan seperti menyerah. "etss, gua gak bilang kalau guguk yang gua maksud itu elu ya. Tapi yaudah kalau lu mau mengakui itu". Cooper terkekeh dan langsung melenggang pergi setelah mengucapkan kalimat itu.

Vande mengepal buku-buku tangannya sambil terus menatap punggung Cooper yang semakin menjauh, ada amarah yang tertahan saat Cooper berkata tadi dan langsung pergi begitu saja. Vande mendengus. sialan kenapa harus begini, batinnya. Vande menendang angin untuk meredamkan gemercik kekesalannya kepada Cooper.

"ngapain lu disini Van?". Suara Aksa mengagetkan Vande, Vande menoleh mendapati keempat sahabatnya yang tengah menatap Vande dengan tatapan bertanya.

Vande pergi dari jembatan tersebut tanpa menjawab pertanyaan Aksa.

"Nyebelin banget sih, udah bela-belain ikut bolos malah dikacangin". Gerutu tak terima Finley.

"paling ke gudang, ayo ikutin". Titah Fasya.

Finley bergidik. "gak mau, gua bukan babu Vande".

Deybo mendengus sambil menonyor kepala Finley. "kita bertiga sih sahabatnya Vande, kalau lu mah terserah mau jadi apanya Vande. masih bagus lu jadi babu".

Finley mengangkat kedua lengan seragam nya. "wah ngajak berantem beneran lu ya anjing".

Aksa menarik kerah belakang seragam Finley. "gak usah ge gayaan, lu mau ikut apa engga bodo amat". Aksa langsung melenggang pergi disusul Fasya dan Deybo.

Sebelum menghilang di balik belokan, Deybo mengacungkan jari tengah dari belakang untuk Finley.

"Bangsat lu Deybo".

Vi N De | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang