Move

37 11 0
                                    

***

"choosing between is not my way".

***

Setelah dinner malam itu, hubungan keduanya makin membaik. Vande yang semakin hari semakin perhatian kepada Virly hingga Virly sendiri kewalahan karena sikap Vande. Dimana ada Virly disitu ada Vande.

Seperti sekarang, Vande berjalan beriringan dengan Virly dan Franda di lapangan. Hari ini SMA Laskar tengah mengadakan perayaan ulang tahun yang ke 30. Di lapangan sudah berjajar rapih bebagai stand bazar setiap perwakilan kelas.

Virly dan Franda berhenti di stand minuman, stand bazar milik kelasnya. Virly kebelakang stand, baru saja ingin mengambil box yang berisi es batu langsung terkejut saat tetapi justru ada tangan yang ikut meraih box tersebut.

"Vande". Tegur nya saat Vande mengangkat box tersebut dan memindahkannya ke depan.

Virly menghela nafas, Virly kira Vande akan pisah darinya saat sudah sampai di lapangan. "Pergi sana Van". Usirnya.

Vande menoleh. Menatap dengan muka tanpa berdosa. "Ayo".

"Ngapain ayo? ".

Vande melangkah mendekat ke arahnya. "Ya ayo pergi bareng".

"Vande, gua nyuruh lu pergi bukan kita pergi". Virly mendorong Vande untuk meninggalkan stand kelasnya.

"Iyaiya, kabarin kalau udah selesai".

Virly berkacak pinggang menatap garang Vande saat mendengar jawaban Vande. "Mau kemana emang? ".

"Mau tidur di gudang". Vande langsung berlari pergi sebelum mendengarkan semprotan kemarahan Virly yang sudah siap terlontar.

***

"Panas banget ya Vir hari ini". Keluh Franda sambil melepaskan jaket biru dan menaruhnya di punggung kursi.

Virly yang sedang menikmati ademnya kipas di tangannya mengangguk. Menatap sekeliling yang makin ramai. Setelah lebih satu jam Virly dan Franda menjaga stand, kini mereka sudah bergantian dengan teman sekelasnya yang lain.

"Mau makan gak lu Vir? Ke stand anak bahasa yuk". Ajak Franda.

Virly mengangguk. Keduanya pun langsung bangkit dari duduk untuk pergi ke stand kelas bahasa. Baru saja beberapa langkah tiba-tiba rambut Virly di tarik dari belakang oleh seseorang.

Virly menoleh, dan langsung menatap garang sang pelaku yang malah memberikan senyuman tanpa rasa bersalah sedikitpun.

"Sakit Vande. Gak ada akhlak lu".

Vande mencibir, Vande menempelkan botol minuman dingin ke pipi Virly yang membuat Virly meringis.

"Vande".

"Apa Ily ku". Jawab Vande sambil membuka botol dan memberikannya kepada Virly.

Virly memutar bola mata malas, merampas kasar botol tersebut dan menenggaknya. " Makasih".

Franda yang merasa terabaikan langsung menyenggol lengan Virly. "Jadi gak sih". Tanya geram Franda yang sebal melihat kemesraan Virly dan Vande di tempat ramai.

"Jadi, ayo". Virly langsung menarik Franda.

Virly membalikkan badan sesaat, menatap Vande yang baru saja ingin melangkah. "Awas lu ngikutin". Ancam Virly.

***

"Hati-hati ya". Ucap Virly saat mereka sudah sampai di rumah Virly. Vande mengangguk, menyalakan mesin motornya dan melesat pergi.

Virly memasuki rumah dengan perasaan lelah. Tahun ini sekolah lain juga ikut meramaikan bazar, makanya jam 5 sore bazar sekolah baru benar-benar selesai.

"Assalamu'alaikum". Ucap Virly saat melihat kedua orang tuanya tengah duduk di sofa.

"Walaikumsalam, sini nak". Jawab mamahnya.

Virly duduk di tengah-tengah kedua orang tuanya. Mengambil biskuit yang berada di meja dan memakannya.

"Gimana? Lancar bazarnya? ". Tanya Sang ayah sambil membaca berita online di ipad nya.

Virly mengangguk. Menatap bergantian kedua orang tuanya. "Ada apa nih ngumpul berdua di sore hari?".

Gea - sang mamah menyerongkan badannya ke Virly. Melirik suaminya yang masih asyik dengan iPad di tangan. "Mas bilang sekarang gak nih? ".

"Bilang aja".

Virly mengerut kening, melirik kedua orang tuanya penuh rasa penasaran di dalam dirinya. "Ada apa sih mah, yah?".

Mamahnya menepuk paha Virly. "Gini loh, habis kamu lulus kita bakalan pindah ke Australia. Ayah kamu sekarang kantornya pindah cabang ke sana".

"Kok mendadak sih". Keluh Virly tak terima.

"Ayah juga di kasih taunya kemarin nak sama pihak kantor, makanya sekarang baru bilang". Jawab sang ayah yang masih fokus dengan iPadnya.

"Disana juga kita bakalan tetanggaan sama Fattah. Inget kan cwo yang waktu itu pernah mamah kenalin sebelum kamu pacaran sama Vande".

Virly mengangguk.

"Nah, kan kamu udah gak pacaran sama Vande lagi. Jadi mamah sama ayah mau jodohin kamu sama dia". Jawab mamahnya dengan antusias.

Dan Virly merasa detak jantungnya berhenti detik ini juga.

***

Satu chapter menuju akhir cerita, makasih banyak yang udah setia baca VI N DE. Semoga kalian selalu bahagia.

Tapi sebelumnya mohon maaf jika ekspektasi kalian selama baca VI N DE tak sama apa yang aku buat dari awal cerita ini di buat. Apapun itu, terimakasih sebanyak-banyaknya yang udah mampir di library aku. Saranghaeyo ❤

Karna aku cuma pernah kasih satu kali foto visual Vande, kali ini aku mau kasih lagi buat kalian. Ya, itung-itung supaya kalian semakin mengenal sosok Vande((:

Ravande Revivo

Ravande Revivo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Vi N De | ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang