Sudah 30 menit yang lalu semenjak Farel, sang ketua kelas mengumumkan bahwa Bu Kiki tidak masuk untuk mengajar dan lebih gembiranya lagi bahwa sanya sang guru ekonomi tersebut tidak menitipkan tugas apapun ke kelasnya, jadi Virly dan Franda memutuskan untuk pergi ke perpustakaan.
Jika Franda sudah terlelap di meja pojok perpustakaan, saat ini Virly tengah mengitari rak-rak buku setelah satu novel karya Rintiksendu telah ia tamatkan dalam waktu beberapa menit saja. Karna sebelumnya sudah dia baca dirumah. Untung nya, pelajaran bu Kiki berlangsung selama tiga jam pelajaran. Sehingga Virly bisa dengan bebas membaca segala buku di perpustakaan.
Kali ini Virly memutuskan untuk pergi menuju jajaran rak yang bertuliskan "konspirasi dan filosofi" bertengger manis di atas atap rak buku.
Sebenarnya Virly sempat heran, mengapa di perpustakaan yang luasnya seperti aula yang diperkirakan dapat menampung 1000 murid ini menyediakan buku berjenis ini. Bukan kah anak jaman sekarang lebih memilih menghabiskan waktu berjam-jam dengan layar ponsel ketimbang berkutak dengan buku-buku tebal yang berbau tanah ini?
Virly kan juga anak jaman sekarang yang dimaksud.
Virly sedikit berjingjit untuk mengambil salah satu buku yang tebal dari buku yang ada di dalam rak ini.
"Ya Tuhan" keluhnya saat berhasil mengambil buku yang sangat berat tersebut.
"Lu suka baca konspirasi?". Suara seseorang membuat buku tebal itu terjatuh mengenai kaki Virly saking terkejutnya.
"Oh sorry gua ngagetin". Cooper membantu Virly mengangkat buku tersebut dan menukar peran menjadi Cooper yang memegang di tangannya.
"Sakit?"
Virly memundurkan sedikit tubuhnya dan menoleh kearah Cooper, masih dengan suara ringisan menatap Cooper dengan raut menahan sakit.
"Sakitlah, buku tebal loh itu. Gak papa kok tapi". Virly tersenyum simpul.
"Maaf ya kalau gua ngagetin, abisnya gua penasaran siapa cwe yang suka baca buku kaya gini". Ucapnya sambil mengangkat buku sekilas.
Virly berjalan menuju meja perpustakaan yang paling pojok, tempat Franda yang masih sangat nyenyak tertidur. "Gua penasaran aja".
"Bawain ya tolong". Lanjutnya.
"Gapapa kali, anggap aja ucapan maaf gua karna udah buat kaki lu ketimpa buku".
Virly duduk dan di susul Cooper duduk di hadapan Virly sambil menyodorkan buku tersebut ke Virly.
"Sejak kapan lu suka konspirasi?".
Cooper, cwo berkulit hitam manis yang memiliki lesung pipit di kedua pipinya. Salah satu anak 12 Bahasa yang cukup populer dengan berbagai prestasinya di bidang karya sastra yang sudah mengharumkan nama sekolah. Cooper dan Virly saling mengenal karena mereka sama-sama pecinta baca. Cooper memang tak pernah terlihat, karna kelas Bahasa di pisahkan gedungnya dengan kelas Ipa/Ips. Gedung yang persis di samping Gedung Ipa/Ips yang dapat di sebrangi dengan jembatan penghubung yang terletak di lantai 3.
"Sebenernya penasaran aja sih, soalnya beberapa hari ini gua gak sengaja liat web tentang konspirasi shapeshifter".
"Kepoan lu ya". Cooper terkekeh.
Virly tersenyum, mulai membuka buku yang berjudul The Biggest secret karya David Icke.
"Kayanya butuh waktu seminggu buat baca ini".
KAMU SEDANG MEMBACA
Vi N De | ✔
Fiksi RemajaMungkin benar kata pepatah "sakit hati itu kita yang buat sendiri" . Dan aku benci mengakuinya bahwa itu benar adanya. Ah mungkin, lebih tepatnya sakit perasaan. Karna hati itu salah satu organ tubuh, sedangkan perasaan itu suatu hal yang dirasa di...