Note :
Sebelum nya maaf banget kalau selama cerita VI N DE aku gak pernah menyapa para pembaca yang membaca cerita ini. Jujur aku canggung banget buat nyapa. Takut dianggap sok asik((: ... Hehe, btw aku mau ngucapin terimakasih banyak buat yang mau baca cerita VI N DE. Cerita pertama aku di wattpad(:
Aku selalu berharap kalian bisa menikmatinya walaupun yang baca gak banyak. Itu udah lebih dari cukup buat aku bahagia kok dan semangat untuk meneruskan cerita ini hingga ke chapter akhir.
So, happy reading.. ❤
***
***
Baru saja Vande meninggalkan rumahnya, kini bergantian dengan Virgo yang sudah berdiri di teras rumah Virly. Virgo masih terdiam dan terus menatap lekat Virly yang berada di hadapannya.Virly menghela nafas kasar dengan putaran bola mata menandakan ke jenuhan. "Kalau gak mau ngomong, mending pulang". Ucap Virly dengan nada datar.
Virgo berdeham. Mulai membasahi bibirnya sebelum mengeluarkan suaranya. " Maaf".
Virly memijat kening, hari ini sangat muak dengan kalimat maaf yang terus-menerus di dengarnya.
"Lu tau kan kita kenal lebih dulu? ". Tanya Virgo.
Virly mengiyakan, masih terlintas jelas saat dimana dirinya pertama kali mengenal Virgo yang merupakan anak dari teman arisan mamahnya. Saat itu mereka bertemu karena keduanya sama-sama ikut ke acara arisan dan mau tak mau membuat mereka melarikan diri bersama dari kerumunan para ibu-ibu yang asik dengan dunianya sendiri.
"Mungkin Vande udah jelasin semuanya. Iya, semua ulah gua. Gua yang buat hubungan kalian berdua hancur cuma karna ke egoiskan gak jelas gua. Gua minta maaf". Virgo hampir saja ingin meraih tangan Virly tapi Virly sudah menghindar lebih dulu.
"Lu mending pulang, gua cape". Virly tidak berbohong. Virly benar-benar cape hari ini. Pikiran dan batinnya terus-terus di buat jungkir balik seperti ini.
"Oke". Virgo pun pergi meninggalkan rumah Virly.
"Mikirin apaan? ". Tanya Franda membuyarkan lamunan Virly sejak tadi.
Virly menoleh kearah Franda, mengerjakan mata beberapa kali dengan keadaannya sedikit linglung.
"Engga mikirin apa-apa kok".
Franda memicing mata menatap curiga Virly. Beberapa dekat setelah saling bertatapan, Franda pun menghela nafas. " Dah sana pergi, Vande udah nungguin di depan kelas. Heran, semenjak baikan Vande sikapnya lebih manis daripada pas pertama kali kalian pacaran dulu ".
Virly menanggapinya dengan mengibaskan tangan di depan wajah Franda. Awalnya, Franda tak percaya bahwa Vande akan mengajak berdamai Virly. Dengan meledak-ledak, Franda menceramahi nya di hari itu juga. Tapi langsung terbungkam karna tingkah Vande yang menjadi ajaib menurut Franda.
"Sirik ya?". Virly langsung berlari setelah mengatakan kalimat itu sebelum tempat pensil yang sudah di genggaman Franda benar-benar terlepas dan menimpuk dirinya.
" Kenapa? ". Tanya Virly kepada Vande saat sudah di luar kelas.
"Kaki lu masih berfungsi gak? ". Tanya ambigu Vande.
Virly mengernyit penuh keheranan dengan ucapan Vande. " Masih lah, buktinya gua berdiri di hadapan lu".
"Berarti bisa jalan dong? ".
" Bisa". Jawab mantap Virly.
"Oke, jam 7 malem gua jemput". Vande mengelus puncak kepala Virly dan langsung melenggang pergi tanpa memperdulikan Virly yang diam tak membalas ucapannya.
"Eh". Virly mengercap matanya sambil terus mencerna baik-baik kalimat Vande di otaknya. Dan langsung membelakak mata saat otaknya seketika mengerti maksud dari kata Vande tadi.
" Vande gua gak mau. Vande". Jerit Virly tak Terima saat Vande sudah berbelok di lorong.
Malam pun tiba, jam 7 tepat Vande benar-benar menjemputnya. Kini mereka sudah berada di cafetaria yang malam ini lumayan ramai pengunjung.
Vande yang tadi pergi untuk memesan kini sudah berada di kursi tepat di depannya. Virly mengerut kening saat Vande terus saja menatapnya.
"Kenapa lu liat-liat? ". Tanya Virly.
Vande tersenyum miring. " Lu gak salting gua tatap kaya tadi? ".
Virly menopang dagunya, menatap malas Vande. "Mual yang ada".
"Lu hamil?".
"Sembarangan mulut lu". Virly memukul bahu Vande.
Tak lama pesanan pun sampai, mereka berdua makan dengan tenang. Hingga tiba-tiba Vande berdeham yang membuat Virly mengalihkan pandangan ke Vande sepenuhnya.
"Kenapa? Keselek? ". Tanya Virly dengan tangannya yang ingin meraih minuman untuk Vande.
Vande menahan tangan Virly, menggenggamnya lembut dengan mata menatap Virly begitu dalam. Dan cafe menjadi terasa menjadi begitu sunyi.
"Virly" . Panggil Vande dengan suara beratnya. Jantung Virly berdetak cepat seiring tatapan Vande makin dalam menatapnya.
"Hmm".
Vande membasahi bibirnya, meremas pelan tangan Virly. "Mau mulai dari awal lagi?".
Kali ini Vande berhasil membuatnya sulit bernafas.
"Kita mulai dari awal, kita perbaiki semua yang kemarin menyebabkan sakit hati. Gua gak ngajak pacaran lagi kok. Tapi gua lamar, mau? ".
Virly mengangkat sebelah bibirnya. "Gak usah ngarang lu". Maki Virly sebal yang membuat Vande terkekeh di sela-sela rasa gugupnya. Bisa-bisa nya bercanda di saat jantung Virly sedang melompat-lompat tak bertempo.
"Okeoke". Vande berdeham lagi. "Mau kan mulai dari awal? ".
Pikiran Virly buyar, menatap Vande yang seolah meyakinkan dirinya bahwa Vande serius akan kata-kata tadi. Virly memejamkan matanya sambil melafalkan doa agar diberikan petunjuk.
Kelopak mata Virly terbuka dan langsung di sambut mata Vande yang masih setia menatapnya. Virly mengercap matanya beberapa kali sebelum membalas tatapan Vande yang semakin dalam.
"Oke". Jawabnya dengan pasti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vi N De | ✔
Novela JuvenilMungkin benar kata pepatah "sakit hati itu kita yang buat sendiri" . Dan aku benci mengakuinya bahwa itu benar adanya. Ah mungkin, lebih tepatnya sakit perasaan. Karna hati itu salah satu organ tubuh, sedangkan perasaan itu suatu hal yang dirasa di...