Dua - SAAT RASA ITU MUNCUL

451 62 58
                                    

Hari ini come back to school
Semangat ya buay yg masih sekolah jangan cuma pengen uang jajan sama lihat adek adek kelas yg unyu😂😂

Yg udah ga sekolah mah nyantai aja... Kayak gue😂😂😂😇

Happy reading guys😍

***

Setiap orang pastinya akan menyadari karakternya masing-masing. Seberapa baik, seberapa buruk, seberapa munafik, dan seberapa menyebalkannya dirinya. Meskipun terkadang setiap orang itu tidak pernah pandai untuk menilai dirinya masing-masing. Akan tetapi, untuk menyadari karakter itu diri sendiri pun bisa merasakannya walaupun tidak bisa menilainya.

Sama halnya dengan Hana. Ia sendiri merasa bahwa dirinya tertutup, cuek, dan terkesan sangat menyebalkan bagi teman-teman satu kelasnya. Hal itulah yang membuat dirinya tak jarang menjadi bahan lelucon teman-temannya yang merasa tidak suka dengan dirinya.

Seperti halnya hari ini, Hana sedang kebingungan mencari sepatunya yang disembunyikan entah dimana oleh teman-temannya yang merasa kesal dengan sikapnya tadi saat sedang persentasi sejarah di depan kelas. Ya. Hana memang sangat menyebalkan saat di kelas. Terkadang ia pun sangat ingin marah-marah kepada teman-temannya yang selalu saja bersikap seperti ini kepadanya. Menjahilinya dengan cara-cara yang kurang ajar. Tapi, sudahlah. Api tidak akan padam jika kits menyiramnya dengan bensin. Justru kita harus diam tanpa melakukan perlawanan seberapa marahnya kita dan biarkan api kemarahan mereka padam dengan sendirinya.

Hana berjalan dengan hanya mengenakan kaos kaki putih dibawah lutut. Ia baru saja menemukan sepatu sebelah kirinya. Itu pun tadi ia temukan di tong sampah di depan kelas dua belas. Hana mencari di semak-semak sambil menjinjing sepatu kirinya. Sudah hampir setengah jam ia melakukan aktivitas konyol ini dan sampai sekarang yang ia belum menemukan sebelah lagi sepatunya.

Ia melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam tanda berakhirnya istirahat sebentar lagi akan berbunyi. Itu artinya Hana harus mempercepat pencariannya.

Karena di halaman samping sekolah ia tidak menemukan sepatunya. Pencarian pun ia lanjutkan ke halaman belakang sekolah. Area yang lumayan sepi. Mungkin hanya ada beberapa orang saja yang menggunakan halaman belakang sekolah untuk sekadar nongkrong atau bersembunyi dari guru jika sedang tidak berminat untuk mengikuti pelajaran. Wajah saja area sepi seperti ini disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak seharusnya. Termasuk merokok.

Hana melongo melihat seorang siswa laki-laki yang sedang mengepulkan asap rokok membentuk bulatan-bulatan ke udara. Pria yang berdiri beberapa meter darinya. Pria yang sedang menyandarkan punggungnya pada pohon besar. Sebisa mungkin Hana tidak mengeluarkan suara apapun supaya tidak mengusik siswa itu. Namun terlambat, siswa laki-laki itu sudah lebih dulu melihat Hana.

Hana menghela napas. Mengabaikan tatapan matanya, Hana membalik badannya hendak mencari sepatunya di tempat lain. Ia mendengar suara langkah kaki mendekatinya namun hal itu tidak membuat Hana memperlambat langkahnya. Siswa laki-laki itu mempercepat langkah kakinya sampai akhirnya bisa memotong langkah Hana.

Hana mendongak menatap wajah laki-laki itu. Detik berikutnya pandangannya tertuju pada sepatu yang siswa ini sodorkan padanya.

"Ini punya lo 'kan?" tanyanya. Hana tidak menjawab.

Siswa laki-laki ini menghembuskan napasnya. Lalu mengambil sebelah sepatu yang ada di tangan Hana. Mengukur dan menyamakannya dengan sepatu yang ada ditangannya.

"Bener 'kan ini punya lo." ujarnya sambil menyerahkan sepasang sepatu yang barusan ia cocokkan itu pada Hana.

Hana mengambilnya. "Makasih." singkatnya. Kemudian tanpa mengatakan apapun lagi Hana berjalan melewati siswa laki-laki itu.

Unfairness (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang