TIGA PULUH DUA - "Sudah Bulat"

178 14 0
                                    

Hai, selama malam
Sebelum baca vote dulu ya biar berkah
Jangan lupa komentarnya juga
Bantu share ke temen-temennya kalau suka cerita ini

Makasih

Selamat membaca!!

***

Fay berangkat lebih pagi dari biasanya hari ini. Tepat pukul 6 begitu ia keluar rumah tadi. Membuat abangnya, mama, serta papanya menatap penuh rasa heran dirinya yang berangkat pagi sekali. Padahal biasanya jam tujuh kurang lima belas baru ia keluar rumah.

Masa bodo dengan rasa heran keluarganya. Fay ingin menghindar Kai yang tadi subuh mengatakan akan menjemputnya. Itu pasti bohong. Kai selalu seperti itu kan? Bilang mau menjemput, tapi akhirnya selalu Alvin lagi yang datang kan.

Bukannya Fay ingin menjadikan Kai sebagai ojek gratisan, mengantar-jemputnya sekolah. Ia hanya ingin Kai sekali saja benar-benar dengan apa yang dikatakannya.

Tapi kenapa saat ingin dihindari justru orang itu muncul di depan mata?

Fay bertanya dalam hati. Langkah kakinya terhenti di belokan. Berpapasan dengan Kai sepagi ini dengan lingkungan sekolah yang masih sepi membuatnya serasa menjadi dua tokoh yang dipertemukan dalam kebisuan yang nyata dengan kamera memutari di sekeliling 360 derajat.

"Kenapa hari itu kamu pergi gitu aja?" tanya Kai.

"Kenapa baru tanya sekarang?" bukannya menjawab ia justru melontarkan pertanyaan. Senyum miring tersungging. Kecewa.

Sudah dua hari berlalu sejak ia pergi dari rumah Kai begitu saja saat Kai dan Aruna asyik berpelukan tanpa memperdulikan dirinya.

Kai meraih tangannya yang langsung ia tepis. Memalingkan wajah tidak mau menatap mata pria ini. Bisa-bisa gagal marahnya. Tidak bisa kalah terus-terusan, tidak mau mengerti sendirian terus-terusan tanpa dia sadar bahwa bukan hanya dia yang harus dimengerti. Bukankah pondasi cinta saling mengerti?

"Aku ada salah sama kamu?"

Fay tidak percaya yang didengarnya. "Pikir aja sendiri."

"Pasti aku ada salah ya."

"Hm."

"Bisa kamu kasih tahu apa salah aku?"

"Kenapa gak coba kamu pikir dulu kenapa aku marah sekarang. Tanya sama diri kamu sendiri dulu sebelum tanya apa salah kamu sama aku."

"Fay." Kai memanggilnya lirih. "Plis, jangan kayak gini."

"Ini udah dua hari lho dan kamu baru nanya sekarang?"

"Kemarin aku..."

"Udah." Potong Fay. Mendengus, matanya tak sedetik pun menatap kekasihnya. "Aku tahu kok kenapa. Aruna kan?"

Kening Kai mengeryit. "Kok Aruna."

"Emang iya kan? Satu-satunya alasan ang buat kamu lupa sama aku cuma dia."

"Jadi kamu marah sekarang karena Aruna? Kan kamu tahu aku sama Aruna itu kayak gimana. Kita sepupuan, deket banget."

Fay tertawa kecil. "Selalu itu yang kamu bilang." Fay mendengus bosan. "Pada akhirnya selalu aku yang harus ngertiin kamu kan?"

"Fay aku..." Kai meraih bahu Fay, meletakan kedua tangannya di sana.

"Udahlah."

"Udah?"

Fay menghela napas. Memberanikan diri menatap mata Kai. "Kita putus aja ya."

"Apa? Ulang sekali lagi?"

Unfairness (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang