TIGA PULUH - "Masih Dia Segalanya"

178 15 0
                                    

Hai, selamat malam

Sebelum baca, usahakan vote terlebih dahulu ya

SELAMAT MEMBACA!!

Yang di inginkan seorang perempuan dari pacarnya adalah perhatian seolah dirinya matahari pusat tata surya. Perempuan ingin diperlakukan seolah dirinya segalanya. Tetapi banyak laki-laki yang tidak mengerti. Segalanya.

***

Tak butuh waktu lama bagi Fay untuk menemukan gadis bersweater coklat yang tadi berlari setelah keluar dari lab komputer. Siapa lagi kalau bukan Hana. Gadis yang saat ini sedang duduk di depan ruang osis, membelakanginya.

Fay menarik napas, merapikan rambutnya yang sedikit berantakan karena berlari tak karuan mencari Hana. Lantar melangkah mendekat dan duduk di sampingnya.

Hana menoleh.

"Hai." Sapa Fay terdengar konyol apalagi tangannya yang ikut melambai disertai cengiran lebar.

Seperti biasa Hana merespon dengan datar. Tanpa membalas sapaannya.

Fay berdecak. Berbicara dengan Hana sudah seperti ia menghadapi batu saja. Ia merasa seperti berbicara sendiri. Ia kesal, namun melihat tabiat Hana selama ini yang memang seperti itu, Fay mencoba untuk menyingkirkan kekesalannya.

"Gue mau ngomong sesuatu."

"Ngomong aja." Balas Hana tak kalah dingin dari sebelumnya.

Fay memutar bola mata, mengepalkan tangan seolah ingin memukul Hana yang sama sekali tak menatapnya itu. Namun ia urungkan keinginannya.

"Kara gak salah apa-apa." Fay memulai dengan mengatakan hal itu. Dan Hana menoleh. Menatapnya dengan tatapan menuntut supaya ia mengatakan yang lebih dari itu.

"Jangan marah sama Kara. Dia gak tahu apa-apa. Yang rencanain ini semua gue sama Kai, Kara gak tahu apa-apa tentang lab komputer yang gue penuhin sama balon." Jelas Fay. Sudut bibir Hana tertarik. Kemudian ia melanjutkan, merasa bahwa omongannya mulai dimengerti oleh Hana. "Maaf gue gak tahu lo takut balon."

Fay meraih tangan Hana dan menggenggamnya. Gadis itu sejenak terlonjak dan hendak melepaskan genggaman tangannya. Tetapi berhenti setelah dirasa pegangan Fay terlalu kuat.

"Kara dari kemaren udah pengen baikan. Tapi..."

"Dia terlalu gengsi." Potong Hana.

"Dan lo juga gak gampang minta maaf kan?"sambung Fay kemudian tertawa. "Jadi antara lo sama Kara sama-sama salah."

Hana menunduk. "Salah gue juga dari awal gak ngasih tahu dia."

"Lo gak salah." Ujar seorang pria yang entah sejak kapan berdiri tak jauh dari mereka membuat Fay dan Hana mendongak secara bersamaan.

Senyum di wajah Fay terbit, melihat Kara yang berdiri di sana dengan Kai yang baru sampai di belakangnya. Ia lalu bangkit berdiri. Mengedipkan sebelah mata pada Kara yang langsung pria itu tangkap dengan baik maksudnya.

Fay mendekat pada Kai. Melihat Kara yang duduk di samping Hana. Gadis itu tampak membuang muka.

"Seharusnya gue tahu gimana sulitnya elo cerita tentang itu. Gue juga terlalu egois selama ini, selalu cerita tentang diri gue sendiri tanpa tahu lo sebenernya nyimpen sesuatu." Ujar Kara.

Di sisi lain Kai mencoba menarik Fay menjauh untuk membiarkan dua orang itu menyelesaikan masalahnya namun Fay bersikeras tetap tinggal karena ingin melihat Hana dan Kara benar-benar berbaikan.

"Bentar lagi." Bisik Fay.

"Biarin aja mereka berdua."

"Aku gak mau pergi sebelum lihat mereka berdua bener-bener baikan."

Unfairness (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang