LIMA BELAS - Vero yang Aneh

191 20 9
                                    

Telat update wkwk


"Kayaknya mau sebanyak apapun gue melangkah mendekat sama lo, jarak gue sama lo gak bakalan pernah berubah. Karena lo selalu melangkah mundur saat gue mendekat."

***

"Hallo."

"Lo dimana?" tanya Fay sesaat setelah Kai mengangkat panggilan darinya.

"Kantin."

"Jangan kemana-mana. Gue kesana."

Fay segera berlari menuruni tangga perpustakaan. Melewati tiga kelas XII IPA, berbelok ke kanan berlari menuju tempat luas tepat di sebelahnya. Kantin.

Tak butuh waktu lama bagi Fay menemukan cowok yang dia telpon sebelumnya bersama dengan sahabatnya yang mukanya mirip gangster. Mereka berdua terlihat sedang sibuk dengan ponsel masing-masing sambil memakan ciki di meja.

Fay mendorong bahu Alvin memberinya ruang untuk duduk diantara mereka berdua.

"Siapa sih? Gue jadi kalah kan beg..." Alvin yang hendak mengatakan sumpah serapah pada pengganggu itu berhenti seketika. Nyengir lebar begitu melihat bahwa Fay lah yang membuat keributan barusan dan membuatnya kalah.

"Eh, Fay." sapa Alvin sambil meringis karena Fay menatapnya datar.

Fay bukannya tidak mau membalas sapaan Alvin. Hanya saja ia terlalu malas. Ia memilih menyandarkan kepalanya pada bahu Kai.

"Lo kenapa?" Kai menyimpan ponselnya lalu menatap Fay.

"Kai menurut lo gue siapa?" tanya Fay lalu menghela napas.

"Nama lo Fayina Vicky." jawab Alvin lalu nyengir karena lagi-lagi Fay menatapnya datar dan itu menakutkan. "Kalau lo lupa." Lanjut Alvin sambil bergeser tiga puluh senti dari tempatnya semula.

Fay mendongak. "Menurut lo gue siapa?"

Kai mengernyitkan alisnya. "Kamu Fay." Jawab Kai terdengar ragu apakah jawaban seperti itu yang Fay maksud.

"Apa gue termasuk orang nyebelin buat lo?"

Pertanyaan Fay membuat Kai semakin tidak mengerti.

"Apa gue ngerusak kebebasan lo?"

"Apa sebenernya lo benci sama gue?"

Fay menghela napas. "Kita bisa putus sekarang juga dan lupain perjanjian karena taruhan itu. Asal lo gak benci sama gue."

"Lo ngomong apa sih?" Kai memegangi kedua bahu Fay. Menatapnya dengan alis bertautan.

"Gue takut dibenci. Lo bisa pergi asal jangan benci gue juga." ujar Fay membuat cowok itu semakin tidak mengerti dengan ucapannya.

Entahlah Fay sendiri tidak tahu kenapa ia mengatakannya. Apa yang Hana ucapkan tadi tentang membencinya membuat dia tersadar sesuatu. Bahwa ia tidak lebih takut ditinggalkan. Fay lebih takut dibenci karena sikapnya sendiri. Dan itulah yang membuat teman-temannya satu-persatu meninggalkannya. Mereka mungkin membencinya terlebih dahulu lalu pergi.

Maka dari itu ia memberikan pilihan pada Kai kalau-kalau cowok ini merasa kehadirannya mengganggu. Fay tidak ingin dibenci oleh lebih banyak orang terutama oleh Kai. Karena saat ini walaupun Kai adalah satu-satunya orang yang ingin dia pertahankan dalam hidupnya ia tidak akan sanggup jika pada akhirnya dibenci oleh cowok itu.

"Ada seseorang yang menyadarkan gue sesuatu. Bahwa selama ini alasan kenapa orang-orang yang pengen gue jadiin orang berarti dalam hidup gue pergi karena mereka benci sama sikap gue. Sampai akhirnya mereka memilih pergi."

Unfairness (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang