Hai hai
Udah lama ga ketemu
Jangan lupa vote sama komen yaaa***
Kai yang baru saja memasuki café melambaikan tangannya pada Alvin sahabatnya yang ternyata sudah menunggunya di tempat yang biasa mereka duduki. Alvin membalas lambaian tangannya.
"Wah... Lo kenapa?" tanya Kai keheranan melihat Alvin mengaduk-aduk minumannya. Tidak terlihat seperti Alvin sekali. "Lo kayak cowok yang lagi galau."
"Emang." jawab Alvin lalu menghembuskan napasnya kasar.
"Ajaib. Seorang Alvin yang mukanya sangar bisa galau juga." Kai bertepuk tangan meledek.
"Jangan bahas muka sangar gue." Alvin melemparkan snack pada Kai sebagai tanda protesnya.
"Oke oke." Kai memungut snack yang Alvin lemparkan padanya lalu memakannya. "Lo kenapa?"
"Lo sekelas sama Hana 'kan?" tanya Alvin tiba-tiba. Membuat Kai hampir tersedak mendengarnya. "Sekelas. Emang kenapa?" Kai menatap Alvin penuh curiga.
Alvin tampak senang mendengarnya. Dia mencondongkan tubuhnya ke depan lebih dekat dengan Kai. "Lo punya kontaknya 'kan? Line, whatsapp, BBM, instagram, atau apa gitu?"
Kai menggeleng tidak yakin. "Setahu gue dia gak aktif di sosmed."
"Yahh..." Alvin membuang napasnya sambil menenggelamkan punggungnya pada sandaran kursi.
"Tapi, kayaknya gue punya nomornya." Kai merogoh ponselnya. "Gue baru inget waktu itu pernah satu kelompok sama dia." ucap Kai sambil menelusurkan jarinya di layar ponselnya mencari nama Hana walapun Kai merasa sedikit tidak yakin apakah ia masih menyimpannya atau tidak.
"Pasti ada. Ada lah! Harus ada!" Alvin memaksa.
"Ini." Kai menunjukkan layar ponselnya. "Gue gak yakin masih aktif atau..."
"Sebutin nomornya." desak Alvin yang sudah siap menuliskan nomor ponsel Hana itu.
"08...lo yakin suka sama dia. Dia itu agak unsos dan sering banget dibully di kelas."
"Kenapa lo gak nolong dia kalau lagi di bully?"
Kai menggeleng. "Canggung. Semua orang canggung buat nolong dia. Kecuali satu."
"Siapa?" Alvin penasaran.
"Kara."
Alvin mengerutkan keningnya. "Kapten tim basket sekolah?"
"Dia temen sebangkunya Hana."
Hening.
Tak lama Alvin kembali menunduk. Siap menuliskan nomor Hana. "Sebutin lagi."
"Oke."
***
"Aruna." panggil Fay kepada Aruna yang baru saja keluar dari bangkunya hendak keluar dari kelas. Aruna menghentikan langkahnya, berbalik menatap Fay.
"Besok hari minggu kerja kelompok di rumah gue. Jangan lupa yah." ujar Fay mengingatkan. Seperti inilah resikonya jika dirinya menjadi ketua kelompok. Harus mengingatkan anggotanya untuk tidak lupa dengan jadwal kerja kelompok yang sudah didiskusikan sebelumnya. Sebisa mungkin harus membuat semua anggotanya hadir.
"Bahasa Indonesia 'kan?" tanya Aruna memastikan terlihat tak berminat sama sekali.
Fay menyampirkan tas punggungnya di tangan kanannya. Ia baru saja selesai memasukan semua alat tulisnya ke dalam tas. Segera ia berlari menuju Aruna yang masih berdiri di dekat ambang pintu.
"Sekalipun lo sibuk, lo bisa 'kan nyisihin waktu sedikit buat hadir." Fay memasang senyumnya semanis mungkin. Ia mencoba mengatakan bahwa kerja kelompok besok itu sangat penting karena akan dijadikan sebagai pengganti nilai UTS yang sampai sekarang belum sempat terlaksana.

KAMU SEDANG MEMBACA
Unfairness (SELESAI)
Genç Kurgu"Gue suka sama lo." Fay menatap datar pria yang saat ini berdiri di samping bangkunya. "Gue suka sama lo." ucap Kai untuk yang kedua kalinya dengan suara yang lebih keras dari sebelumnya. Membuat perhatian teman sekelas Fay langsung tertuju padanya...