TIGA PULUH EMPAT - "Gadis Protektiv Mencoba Merelakan" (End)

262 16 0
                                    

Hai, selamat pagi menjelang siang
Apa kabar?

Ini adalah chapter terakhir cerita Unfairness

Yeyeyeyey

Selamat membaca!!

***

"Kenapa lihatin gue kayak gitu?" Fay mendudukan dirinya pada kursi di sebelah Tina. Ia berusaha untuk tidak tersenyum, namun gagal, perasaan menggelitik itu lebih hebat.

Tina menyipitkan matanya. Menatap Fay penuh selidik. "Ada apa nih Kai nganter lo sampe kelas barusan?"

Fay mengulum kedua bibirnya. Menahan senyum. "Gue balikan."

Seketika Tina membelakkan matanya. "Demi apa?"

Fay menyerongkan tubuhnya sehingga berhadapan dengan Tina. "Semalem Kai ke rumah gue. Dan dia janji gak bakalan acuhin gue lagi kalau ada Aruna." Kalimat terakhirnya ia ucapkan dengan nada rendah. Takut ada yang mendengar, salah-salah Aruna sendiri yang mendengarnya.

Itu bisa gawat.

"Ohh..." Tina memundurkan tubuhnya. Sebelah tangannya menutupi mulut dengan mata membelakan penuh binar. "Sumpah gue ikut seneng."

"Gue juga seneng. Seneng banget malah."

Tina geleng-geleng kepala melihat wajah senang Fay yang malah terlihat berlebihan. "Dasar bucin."

"Kalau lo punya pacar tahu sendiri rasanya kayak gimana." Fay membalas cibiran Tina.

Tina menggeleng keras. "Gue lebih baik gak punya pacar dari pada berubah jadi makhluk menggelikan kayak lo."

"Awas ya nanti kalau lo punya pacar terus lebih bucin dari gue." Tantang Fay.

"Lihat aja nanti." Tina membalas tantangan tersebut tanpa rasa takut. "Gue akan buktikan bahwa gue gak akan berubah jadi makhluk menggelikan."

"Kalau lo lebih bucin, siap gak traktir gue di McD selama sebulan?"

"Oke! Siapa takut."

Tantangan itu berakhir dengan mereka berdua bersalaman.

"Oh ya." Tina lagi-lagi bersuara. Fay yang baru saja hendak memainkan ponsel kembali menoleh.

"Kenapa?"

"Terus Vero?" Tina melirik sekilas pada cowok yang baru masuk kelas.

"Vero kenapa?"

"Gimana sama dia?"

Tidak mengerti pertanyaan dari teman sebangkunya, Fay dengan bodohnya menoleh pada Vero yang duduk di bangkunya. Vero yang saat itu sedang menatap ke arahnya seketika membuang muka.

Bisa dibayangkan seorang cowok yang sedang memandangi cewek yang disukainya ketahuan oleh cewek yang sedang di pandangnya. Nah, seperti itulah reaksi Vero. Sayangnya Fay terlalu bego untuk menafsirkan hal tersebut. Ia malah berpikiran hal lain.

"Si Vero buang muka kenapa ya? Perasaan kemarin-kemarin baik."

Tina geleng-geleng kepala. "Lo bego atau kenapa sih." Geramnya. "Gak peka."

***

"Mau putus aja?" tanya gadis berambut sepunggung pada cowok yang berdiri di sampingnya.

"Kayaknya posisi gue buat yakinin perasaan lo udah cukup sampai di sini." Gadis itu menoleh. Tersenyum sambil meletakan tangannya pada bahu pria tersebut. "Sekarang udah yakin kan kalau lo gak bisa lupain perasaan lo sama Hana, Kar?"

Kara menoleh. Tersenyum masam. "Gue serasa cowok brengsek saat lo bilang kayak gitu, Aruna."

Aruna meletakan kembali tangannya ke sisi tubuh. Lalu tertawa geli. "Karena lo manfaatin gue buat yakinin hati lo gitu?"

Kara mengangguk. Di tatapnya wajah Aruna dari samping. Gadis yang baru saja menghentikan tawanya dan mengarahkan tatapannya ke lapangan upacara yang cukup ramai oleh anggota paskibra yang sedang berlatih. Saat ini mereka berada di balkon depan kelas Bahasa. Sengaja memilih bertemu di sini karena kelas Bahasa selalu sepi setelah jam mengajar usai. Berbeda dengan kelas IPA yang entah kenapa siswa/I seakan betah tinggal di kelas.

"Gue gak masalah kok."

"Gue cowok jahat kan?" tanya Kara.

Aruna menoleh lalu menggeleng. "Enggak sama sekali." Senyumnya kembali mengembang. "Lagian dari awal gue juga tahu kalau sebenernya lo gak pernah bener-bener suka sama gue. Nih," Aruna menunjuk kedua bola mata Kara. "Dari sini gue bisa bedain, lo cinta atau cuma sekedar suka sama gue. Suka sama cinta itu beda."

Kara mengacak-ngacak rambut Aruna membaut gadis itu memekik tidak suka. "Hal yang paling gak gue suka adalah..."

"Terlihat berantakan." Sambung Kara sebelum sempat Aruna menyelesaikan kalimatnya sendiri.

"Tahu kan." Aruna menepis tangan Kara dari kepalanya. "Jadi singkirkan tangan lo sekarang juga."

Kara terkekeh. Kemudian mengarahkan tatapannya pada anak paskibra sama seperti Aruna. "Kai balikan sama Fay ya?"

"Hm." Aruna mengangguk kecil tanpa Kara lihat. "Mungkin ini saatnya gue buat berhenti merecoki Kai kalaupun gue gak suka. Gue harus nyari cowok yang bisa buat gue berdebar."

"Mau gue bantu cariin?" tanya Kara dengan niat bercanda. Namun siapa sangka Aruna mengangguk antusias.

"Gue gak punya banyak syarat, asal dia ganteng, romantis, perhatian, manis, gak terlalu kaya juga gak papa, baik, suka olahraga, taat pada orang tua, suka masak, sabar, gak gampang jengkel apalagi marah, gak manja,..."

"Tunggu!" Kara memotong. "Lo bilang gak bakal banyak syarat, itu gue hitung udah lebih sepuluh lho."

Aruna memutar bola mata. "Intinya gue harap cowok itu kayak lo."

Kara menaikan sebelah alisnya. "Kayak gue?"

"Cowok yang gak gampang pindah ke lain hati."

***

TAMAT

ALHAMDILULLAH

Nantikan Epilognya Sabtu nanti

Baca juga Craziest Sweet Couple

Terimakasih sudah membaca

Salam hangat
090519
Iis Tazkiati N

Unfairness (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang