#4 Desi dan Dion

16.1K 233 3
                                    

Senin malam, seminggu kemudian.

Hampir pukul sembilan malam ketika Andre dan Calvin menuntaskan sesi belajar bersama mereka. Tak ada selingan ngesex malam itu. Waktu penyelenggaraan ujian akhir nasional yang semakin dekat, tak lebih dari dua minggu lagi, memacu keduanya untuk serius mengulangi pelajaran yang ada dan bersepakat untuk menunda hubungan sex hingga ujian akhir usai.

Keduanya tak mau gagal. Andre tak mau gagal dalam ujian sedangkan Calvin tak mau gagal mengajari Andre. Calvin merasa bertanggung jawab untuk membuat Andre dapat berhasil dalam ujiannya seperti yang diamanahkan oleh Pak Simangunsong padanya.

Sudah seminggu mereka tak bergumul, memacu birahi sejak pesta sex gila-gilaan di lapangan basket. Paling banter yang mereka lakukan hanya saling berciuman diantara tumpukan buku-buku Fisika yang berserakan di meja belajar.

Usai membereskan buku-bukunya, Andre pamit pada Calvin. Sebuah kecupan sayang didaratkannya ke bibir tipis milik temannya itu. “Gue pulang dulu ya,” bisiknya. Calvin mengangguk, dadanya bergemuruh menahan nafsu. Namun teringat akan kesepakatan yang mereka buat, dan rasa malu pada Andre karena tak mampu memegang janji membuatnya menahan diri sekuat tenaga untuk tak menarik tubuh jenjang Andre ke atas ranjang.

Andre yang memang sudah lebih berpengalaman dibandingkan dirinya dalam hal berhubungan sex, lebih bisa menguasai nafsunya. Saat mereka bersepakat untuk tak berhubungan sex lebih dari seminggu lalu, Andre pernah membuat Calvin malu hati. Saat Andre tiba-tiba mencium bibirnya dengan hangat Calvin tak mampu menahan birahinya dan langsung mendorong tubuh Andre terlentang ke lantai.

“Vin, ingat janji kita men,” katanya diantara senyum nakalnya. Akhirnya dengan wajah merah karena menahan malu, Calvin kembali berkutat dengan hitungan-hitungan fisikanya.

“Sabar ya, Calvin ganteng,” bisik Andre di teliga sahabatnya itu.

“Jangan pancing-pancing Gue lagi dong,” rajuk Calvin.

“Hehehehe, masak gitu aja gak nahan sih?” goda Andre. Calvin pura-pura tak mendengar godaan temannya ketika itu.

Calvin mengantarkan Andre hingga ke pintu gerbang depan rumahnya. Matanya tak lekang memandangi teman sekolahnya yang macho itu.

Saat itu Andre sudah bertengger di atas sepeda motornya, menggenakan jaket kulit hitam membalut tubuhnya yang atletis. Kaca mata hitam menghiasi wajah gantengnya. Kakinya sudah bersiap-siap untuk menghidupkan mesin, kemudian ia teringat sesuatu. “Eh, Cindy ulang tahun Minggu depan Vin,” katanya.

“Apa hubungannya dengan Gue?” tanya Calvin, jemarinya mengelus punggung lebar Andre.

“Apa-apan sih,” sela Andre, tangannya menepis jemari nakal Calvin, “Lo diundang ke pestanya dia,” sambungnya.

“O ya? Dimana?” Calvin nyengir.

“Rencananya di Villa keluarga Cindy di Sukabumi. Bakalan ada acara hikingnya, menjelajahi perkebunan teh milik keluarga mereka di sana,”

“Seru juga. Gue ikut deh. Lo jemput Gue kan,”

“Pastilah, entar perginya rame-rame naik mobil kok,”

“O, gitu, berapa orang yang ikutan?”

“Kurang tau Gue, yang pasti temen-temen cowok Gue yang ngundang, mungkin sekitar lima sampe tujuh orang,”

“Siapa aja cowoknya?”

“Kok bukan nanya yang cewek?” goda Andre.

”Katanya Elo gak tau yang cewek siapa aja,” jawab Calvin mesem.

“Hehehe, canda. Yang pasti Gue dan Elo. Entar Gue rencananya mo ngajakin juga si Wisnu, Randy, David, Devon, mungkin si kembar juga,”

“Asik juga,”

Serial Andre & CalvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang