#33 Kejujuran Hati

8.4K 110 1
                                    

“Ohhh…ohh…ohhh…,” erang Dion. Cowok ganteng itu sedang dikentot oleh Bayu dari depan dalam posisi konvensional. Tubuh Dion berbaring telentang di lantai. Kedua pahanya dikangkangkan dan tungkainya disampirkan kebahu reserse ganteng itu. Sementara disampingnya Ali membungkuk menyeruput pentil merah muda di dada bidang Dion.
Rintihan Dion menandakan cowok itu keenakan dikentot oleh Bayu. Sebagai cowok yang sudah terbiasa menikmati hubungan sex sejenis tentu saja Dion tak merasakan sakit atau tertekan karena kentotan yang dilakukan padanya. Meskipun mulanya kentotan itu dilakukan dengan ancaman namun tetap saja yang namanya dikentot buat Dion tetap sebuah kenikmatan. Malahan, saking nikmatnya Dion mengocok-ngocok batang kontolnya yang menegang keras saat dikentoti oleh Bayu.
Beberapa saat kemudian gantian Ali yang mengentoti Dion. Tukar menukar mengentoti lobang pantat Dion ini telah dilakukan dua kali oleh kedua reserse itu. Saat Ali mengentoti Dion, gantian kini Bayu yang bermain-main di tetek Dion.
“Dasar lonte!” maki Ali sambil mengentot Dion kengan keras.
“Yeshh, yessh.., oh Gueh emang lontehh…, kentot Gue keras!” sahut Dion makin bernafsu mendengar makian Ali.
“Elo suka kontol Gue, bilang Lo suka kontol Gue!Lonte!” maki Ali lagi.
“Yeshh, yeshh, Gue suka kontol polisi. Kentot Gue!Keras! Lebih keras!”
Ali mengentot Dion makin keras. Sekuat tenaga dan secepat-secepatnya reserse ganteng itu menghentakkan pantatnya. Dion pun makin keenakan. Tubuh kekarnya yang berkeringat kemerahan. Seluruh tenaganya dikerahkan untuk membalas hentakan pantat Ali dengan hentakan pantat balasan. Suara ketepak-ketepok terdengar keras memenuhi ruangan ganti itu.
Dibandingkan kentotan Bayu, Dion merasa lebih menikmati kentotan Ali padanya. Ini dikarenakan Ali adalah pria turunan Arab dengan kontol gede bak kuda jantan. Untuk laki-laki yang sudah terbiasa dikentot seperti Dion, kontol gede seperti milik Ali ini tentu saja memberikan kenikmatan yang tiada tara buatnya. Gesekan daging batang kontol yang gemuk dan padat dengan rongga lobang pantat menimbulkan efek nikmat yang luar biasa. Kalau saja Dion tak bisa mengendalikan birahinya bisa jadi sebentar saja ia akan muncrat. Untunglah Dion sudah sangat berpengalaman dibidang itu sehingga ia dapat menikmati kentotan Ali itu cukup lama.
Bayu sendiri pun sebenarnya sangat menyukai dikentoti oleh Ali, mitranya itu. Saat keduanya ngentot berdua saja memang Bayu yang seringkali bertindak sebagai bottom sedangkan Ali sebagai Top. Karena itu saat mereka ngentot dengan Dion, Bayu memberikan kesempatan yang lebih lama buat Ali untuk merengkuh kenikmatan di lobang pantat Dion karena mitranya itu memang sangat suka mengentoti daripada dikentoti. Sedangkan Bayu sebaliknya lebih suka dikentoti daripada mengentoti. Nantinya juga Bayu pasti akan minta jatah kentotan dari Ali. Paling tidak sekali saja.
***
Usai makan siang, Mama Andre dan istri-istri pejabat itu ternyata punya acara khusus di hotel itu. Acaranya adalah pijat, sauna, dan spa. Para istri pejabat itu bersama dengan para ajudannya dibawa ke sebuah ruangan besar yang ditengah-tengahnya ada dua buah kolam yang masing-masing berisi air dingin dan air panas yang senantiasa bergelembung.
Di pinggir kolam itu terdapat lima matras. Masing-masing matras tersebut diduduki oleh seorang pria muda berwajah tampan dan bertubuh atletis seperti para finalis L-Men of The Year. Mereka semua hanya menggenakan cawat mungil segitiga untuk menutupi peralatan kejantanan mereka yang menggunduk. Rupanya mereka adalah para pemijat yang siap melayani para istri pejabat yang akan ingin dipijat.
Selain para pemijat itu juga terdapat empat gadis cantik bertubuh sintal dengan hanya menggunakan bra dan cawat mungil segitiga. Mereka berempat bertugas untuk melayani tamu-tamu istimewa hotel itu yang membutuhkan bantuan apa saja di dalam ruangan itu.
Di salah satu sudut ruangan itu terdapat dua tempat sauna berukuran cukup luas. Satu ruangan untuk sauna kering dan satu ruangan lagi untuk sauna uap. Di sudut ruangan yang lain terdapat lima kamar bilas yang tidak tertutup tirai sama sekali. Kamar-kamar bilas itu terbuka, sehingga siapa saja yang berbilas di bawah shower akan terlihat oleh semua orang yang ada disitu.
Yusuf dan para ajudan yang lain langsung memahami apa yang akan terjadi dalam ruangan itu nantinya. Ketika para istri pejabat itu mulai melepaskan pakaian mereka dibantu oleh para gadis cantik itu, para ajudan itu pun langsung melepaskan juga seluruh pakaian mereka.
Seperti juga Yusuf, enam ajudan yang lain adalah pria-pria tampan dengan tubuh atletis. Saat tak ada lagi sehelai benang yang menutupi tubuh mereka terlihatlah masing-masing kontol mereka yang berukuran besar-besar dan panjang dihiasi rimbunan jembut di pangkalnya. Mereka bertujuh langsung masuk kedalam spa untuk berendam.
Para istri pejabat itu langsung memilih kegiatan masing-masing. Ada yang ikut berendam dengan para ajudan ada pula yang sauna dan tentu saja ada yang memeilih dipijat terlebih dahulu. Mama Andre termasuk salah satu yang memilih untuk dipijat terlebih dulu. Tubuh indahnya yang telanjang langsung berbaring di atas matras. Mama Andre memilih matras yang ditengah. Di sisi kiri dan kanannya dua istri dirjen yang paling senior langsung ikut berbaring di atas matras juga.
Sang manajer hotel ternyata ikutan juga di acara itu. Ia juga menelanjangi dirinya dan duduk disamping Mama Andre untuk menemani ngobrol saat menikmati pijatan. Sang manajer itu juga memiliki tubuh atletis dilengkapi dengan perkakas kejantanan yang cukup besar.
“Kok anggota kamu gak ikutan bugil sih. Gak asik dong kalau kita disini bugil semua sementara anggota kamu masih pada pake cawat,” kata Mama Andre dengan anggunnya pada sang manajer.
“Kalau ibu suruh bugil, mereka pasti langsung nurut,” sahut sang manajer tersenyum nakal pada Mama Andre.
“Gitu ya. Kalau gitu kamu lepas aja deh cawat jelek kamu itu,” kata Mama Andre pada pria yang memijatnya.
“Baik bu,” sahut sang pemijat ganteng dengan sopan. Ia kemudian melepaskan cawat mungil berwarna hitam yang dikenakannya. Batang kontolnya yang panjang masih dalam keadaan lemas langsung menggantung di tengah selangkangannya.
“Kamu juga dong,” kata para istri dirjen pada para pemijat mereka. Dengan patuh pemijat itu membugili diri mereka masing-masing. Dua pemijat lainnya yang tidak sedang memijat juga ikut membugili diri mereka masing-masing.
Di dalam spa, dua orang istri pejabat dikerubuti oleh tujuh ajudan ganteng. Mereka lalu menyuruh dua gadis pelayan ruangan untuk ikut masuk kedalam spa. Jadilah didalam spa itu sebelas manusia berbeda jenis kelamin dalam keadaan bugil saling bercumbu. Ada yang bercumbu berpasangan dan ada juga yang bercumbu bertiga. Yusuf kebagian seorang istri dirjen yang agak gemuk yang sangat suka diteteki oleh dua mulut ajudan ganteng di kiri dan kanan teteknya.
Mama Andre mulai menikmati pijatan yang dilakukan oleh sang pemijat di punggungnya. Karena merasa rileks ia jadi terkantuk-kantuk. Sang manajer akhir merasa tidak diperlukan lagi untuk ngobrol. Karena itu ia kemudian menuju salah satu matras dan minta dipijat oleh salah seorang pemijat pria yang ada disitu. Dengan santai pemijat pria ganteng yang telanjang itu menduduki buah pantat sang manajer dan mulai memijati punggung kekar atasannya itu.
Seorang pemijat pria yang lain kemudian meninggalkan matrasnya dan emmasuki ruang sauna. Disana ia pun bercumbu dengan dua istri pejabat yang sedang bersauna di dalam. Tak tahan lama-lama bercumbu di dalam ruangan sauna, ketiganya keluar ruangan sauna. Kini mereka bertiga melanjutkan cumbuan di pinggir kolam spa. Sementara itu dua gadis cantik yang lain bertugas menyediakan minuman di dekat para tamu.
Sang manajer ternyata punya hobi bersenang-senang dengan sesama jenis juga rupanya. Ia tidak terlalu serius menikmati pijatan sang pemijat. Bersama sang pemijat ganteng itu ia malah asik saling bermain gesek-gesekan tubuh dalam posisi telentang dan telungkup bergantian.
“Memang deh kamu itu, tak bilangin istri kamu baru tau,” celetuk seorang istri dirjen yang dipijat menggoda sang manajer yang tepat disebelahnya.
“Kalau ibu bilangin istri saya, entar ibu juga saya bilangin bapak deh,” sahut sang manajer nakal sambil meremas buah pantat sang pemijat yang sekarang sedang menindihnya sambil menggesek-gesekkan badannya ke badan sang manajer.
“Udah berani ya ngancem saya. Tak tutup nanti hotel kamu baru tahu,” balas sang istri dirjen.
“Ibu kejam banget deh. Kesian dong anggota saya gak ada kerjaan lagi,”
“Makanya, jangan ngancem-ngancem,”
“Iya Bu. Maaf. Ini juga cuman senang-senang doang kok. Yakin deh Bu, saya masih tetap doyan memek kok,”
“Buktiin aja entar. Habis ini kamu mainin memek saya ya pake kontol gede kamu itu,”
“Pasti Bu,”
Yusuf berusaha menahan diri untuk tidak tergoda merasakan juga kenikmatan enam ajudan lain plus para pemijat pria yang semuanya menggairahkan itu. Ia tidak mau ketahuan sama Mama Andre kalau juga doyan maen-maen dengan sejenis seperti sang manajer hotel. Meskipun Yusuf sudah ngiler sekali ngelihat semua laki-laki yang ada di ruangan itu, namun Yusuf tetap hanya bercumbu dengan para wanita yang ada di ruangan itu saja.
Meski Yusuf sudah berusaha bertahan ternyata sang manajer nakal itu yang malah mendatangi para ajudan ganteng itu ke dalam kolam spa setelah bosan bermain-main dengan pemijatnya itu. Sang manajer menggoda para ajudan itu satu persatu. Dengan cuek ia meremas pantat dan kontol, menciumi tubuh, dan menjilati punggung para ajudan itu bergiliran. Yusuf yang kena giliran juga merasa tak kuat menahan diri untuk tidak menerkam sang manajer yang memang bagus itu.
Ketika ajudan yang lain melayani godaaan nakal sang manajer dan bersedia dioral sejenak olehnya, Yusuf pun bersiap diri untuk merelakan dirinya bila sang manajer akan menghisap kontolnya. Ketika saat itu tiba Yusuf akhirnya merelakan batang kontolnya dipreteli oleh mulut binal sang manajer nakal, tentu saja mulanya Yusuf pasang aksi pura-pura menolak, hehehe.
“Entar dimasukin ke pantat saya ya. Rasanya ebih enak dari memek lho,” goda sang manajer pada Yusuf. Sekuat tenaga ajudan ganteng itu menahan diri untuk tidak berkata “Iya”. Yusuf hanya diam dan menikmati kuluman mulut binal sang manajer sambil memandangi wajah ganteng sang manajer yang berada di antara selangkangannya.
***
Pertemuan tak terduga yang terjadi di rumah Calvin membuat suasana hati Andre, Doni, Sony, Antonius, dan Christian jadi kurang enak. Namun begitu mereka semua langsung bersikap biasa-biasa saja. Mereka tak mau kehebohan yang terjadi beberapa saat tadi membuat Mama Calvin, Tante Rini, dan Om Hendra, jadi bingung dan malah akan bertanya-tanya. Meskipun berakting dengan menunjukkan sikap yang biasa-biasa saja namun Andre, Doni, Sony, Antonius, Christian, termasuk juga Calvin dan papanya kini sibuk dengan pikiran liar masing-masing. Masing-masing mereka tak sabar untuk segera mengklarifikasi pikiran liar mereka itu nantinya.
Makan siang itu sekaligus membicarakan tentang penangkapan Dion. Mama Calvin dan Tante Rini banyak bertanya tentang kelanjutan setelah penangkapan itu. Antonius dan Sony menjelaskan pada Mama Calvin dan Tante Rini bahwa setelah ditangkap dan dibuat BAP, Dion akan ditahan sambil menunggu proses lebih lanjut. Namun demikian apabila keluarga Calvin bersedia berdamai maka penangkapan Dion tidak akan dilanjutkan dengan proses pengadilan. Mama Calvin dan Tante Rini sepertinya keberatan untuk berdamai dengan Dion. Mereka sepertinya tak sabar Dion segera dipenjarakan.
Antonius dan Sony mengingatkan bahwa untuk memenjarakan Dion prosesnya masih sangat panjang. Dion berhak untuk membela diri dan apabila ternyata di pengadilan tidak dapat dibuktikan bahwa memang Dion menjadi penyebab Desi bunuh diri, maka Dion dapat bebas.
Antonius dan Sony meminta pada keluarga Calvin untuk berpikir dengan jernih menyikapi penangkapan Dion. Paling tidak dengan penangkapan itu Dion kapok dengan apa yang telah diperbuatnya. Antonius dan Sony menyarankan hendaknya keluarga Calvin menemui Dion di tahanan polisi dan bicara dari hati ke hati dengan pemuda itu untuk mengetahui apa penyebab Dion meninggalkan Desi setelah menghamili gadis itu.
“Jadi menurut kalian lebih baik kami menemui Dion?” tanya Mama Calvin.
“Bener Mbak. Cobalah untuk bicara dari hati ke hati dengannya. Cari tahu apa penyebab Dion tega meninggalkan Desi saat gadis itu dalam keadaan hamil,” sahut Antonius.
“Apakah masih ada gunanya bicara dengannya?” tanya Tante Rini.
“Pastilah Mbak. Setiap orang pasti ada sisi baik dan buruknya. Saat ini yang kita tahukan hanya sisi buruk Dion saja. Kita belum tahu sisi baiknya. Bisa jadi ada sesuatu yang tidak kita ketahui yang menjadi penyebab ini semuanya terjadi,” sahut Sony.
“Kenapa kalian bisa berpikiran seperti itu?” tanya Mama Calvin.
“Sudah banyak kasus yang kami tangani Mbak. Berdasarkan pengalaman, banyak kasus seperti ini terjadi karena salah paham saja yang menimbulkan dendam,” sahut Sony.
“Maksud kalian, Dion dendam pada kami? Kenapa dia bisa dendam?” tanya Tante Rini.
“Kami tidak penah mengenal Dion sebelumnya. Menurut saya tidak ada alasan dia dendam pada kami,” sambung Mama Calvin.
“Ini hanya asumsi, tapi tidak ada salahnya untuk menanyakan langsung padanya kan?” sahut Antonius.
“Lagipula, kalaupun dia tidak dendam pada Mbak berdua, bukan tidak mungkin Dion dendam pada Desi,” sambung Sony.
“Benar juga Rin,” celetuk Om Hendra pada istrinya.
“Kapan kami sebaiknya menemui Dion?” tanya Mama Calvin.
“Secepatnya,” sahut Antonius.
“Kalau hari ini?” tanya Mama Calvin.
“Hari ini tentu saja belum bisa. Dion baru ditangkap dan akan dibuatkan BAP. Saya rsa besok sudah bisa,” sahut Antonius lagi.
“Kalau begitu, besok kami akan menemuinya,” kata Mama Calvin.
“Baik Mbak, nanti saya akan hubungi dulu teman saya yang menangkap Dion. Setelah dapat kabar darinya, saya akan menghubungi Mas Gunawan,” sahut Antonius.
“Terimakasih banyak atas bantuannya. Kami enggak tau gimana cara membalasnya nih,” kata Mama Calvin tulus.
“Gak usaha dipikirin Mbak. Sebagai manusia kitakan harus saling tolong-menolong,” sahut Antonius lagi. Tentu saja ini jawaban muna, karena tadi mereka sudah menerima pemberian dari Papa Calvin berupa uang yang jumlahnya tidak sedikit, hehehe.
Pembicaraan itu hanya didominasi oleh Mama Calvin, tante Rini, Antonius, dan Sony saja. Sementara yang lain hanya mendengarkan sambil menyantap kambing guling yang telah dihidangkan oleh sang koki. Daging kambing guling itu telah dipanggang sebelumnya oleh sang koki. Kemudian daging itu dipotong-potong dan dihidangkan dalam piring untuk keluarga Calvin dan tamu-tamunya. Kambing guling itu rasanya sangat lezat. Bumbunya benar-benar meresap kedalam daging kambingnya. Saking lezatnya rasa kambing guling itu sebentar saja sudah ludes disantap oleh mereka.
Selesai makan termasuk makanan penutup berupa buah dan es krim sepertinya tak ada lagi hal-hal yang hendak dibicarakan. Seolah dikomando, Andre, Doni, Sony, Antonius, dan Christian serentak langsung pamit pulang. Sepertinya mereka tak sabar untuk saling mengklarifikasi apa yang terjadi tadinya.
Calvin melepaskan kepulangan Andre dengan berat. Sebenarnya ia masih ingin bersama dengan teman tersayangnya itu. Selain masih belum puas melepas rindu, Calvin juga bermaksud henda menanyakan kehebohan tadi pada Andre. Namun karena Andre kuat sekali hendak pulang, akhirnya Calvin tak bisa mamaksanya untuk tinggal.
Doni dan Andre pulang berkonvoi dengan kendaraan masing-masing mengikuti mobil jeep Christian yang didalamnya ikut menumpang Sony dan Antonius. Doni mengikuti dengan mobilnya sedangkan Andre mengikuti dengan sepeda motornya. Mobil jeep Christian berjalan menuju rumah kontrakan Antonius. Tak lama tibalah mereka di rumah kontrakan itu.
***
Ali menghujamkan batang kontolnya yang gemuk dan panjang ke lobang pantat Bayu, mitranya. Keduanya ngentot dalam posisi konvensional dimana Bayu menelentang di lantai mengangkangkan pahanya. Sementara itu dibelakang Ali, Dion mengentoti pantat Ali. Meski kurang suka dikentoti, Ali penasaran juga ingin merasakan nikmatnya batang kontol Dion. Jadilah ketiganya berhimpitan saling kentot-mengentot dengan tubuh basah kuyup bersimbah keringat.
“Ohh, lontehhh, enak banget kontolmuh..,” racau Ali keenakan.
“Jangan berisik polisi kontol! Nikmatin aja kontol Gueh, yeshh.., yeshh.., ohhhh…,” maki Dion sambil mengentoti Ali sekeras-kerasnya.
“Kurang ajar Lo Yon. Ohhh…., enak ajah.. Lohh.., bilangin Ali polisi kontol,” kata Bayu.
“Biarin ajah Yu, biarin.., ohhh…. enak banget kontol si bangsat inihh…,” sahut Ali.
“Shit, enak banget pantat Lo, polisi kontol, ohhhhh…,” racau Dion.
***
Sementara Dion keenakan menikmati lobang pantat Ali, Sonya, Rafael, dan David sedang dilanda kegelisahan atas penangkapan Dion di ruang tamu rumah mereka. Begitu mendapat kabar dari Rafael tadi, Sonya langsung permisi dari kantor dan pulang ke rumahnya. Selain menghubungi Sonya, Rafael juga menghubungi David dan menyuruhnya pulang ke rumah. David yang sebenarnya akan berhura-hura bersama-sama dengan Devon dan si kembar Robin dan Ruben akhirnya mau tak mau pulang ke rumah.
Sonya menangis sesenggukan di sofa. Sementara Rafael dan David mondar-mandir kebingungan. Untuk beberapa saat ketiganya tak saling berbicara sama sekali. Masing-masing sibuk dengan pikirannya.
Diantara kebingungannya, tanpa sadar sejak tadi beberapa kali Rafael sudah menggaruk-garuk daerah sekitar lobang pantatnya. Cowok ganteng itu sedang merasakan gatal yang luar biasa di mulut lobang pantatnya. Rafael tidak sadar itulah efek kentotan yang dialaminya berkali-kali tadi malam. Lobang pantatnya yang tak lagi perjaka mengalami kelecetan karena kemasukan kontol-kontol yang gemuk-gemuk dan panjang kedalamnya.
David yang menyadari adiknya mengalami gatal karena lecet di lobang pantatnya itu merasa kasihan juga. Dulu ia juga mengalami hal yang sama seperti dialami Rafael saat diperjakai pertama kali. David lalu menarik tangan Rafael dan membawa adiknya itu ke kamar. Sonya yang sedang menangis sesenggukan tak memperhatikan kedua adiknya yang meninggalkannya sendirian di ruang tamu.
Rafael yang bingung karena ditarik mendadak oleh David seperti itu mengikuti saja langkah David yang membawanya ke kamar. Begitu sampai di kamar David langsung mengunci pintu kamar.
“Buka celana kamu dan nungging Raf!” perintah David.
“Mau ngapain kak?” tanya Rafael bingung.
“Udah, gak usah banyak tanya,” sahut David dan sambil mencari sesuatu di dalam laci meja di kamarnya. Tak lama David menemukan apa yang dicarinya yaitu sebuah tube dari plastik yang tersimpan di dalam laci. “Kok belum dibuka juga?” tanya David melihat adiknya yang belum menuruti apa kata-katanya.
Dengan kebingungan Rafael lalu menuruti apa kata David. Cowok itu kemudian membuka celananya dan nungging di samping tempat tidur. David lalu mendekati dan berdiri di belakang Rafael. Dengan sekali sentakan diturunkannya celana dalam adiknya itu. Buah pantat Rafael yang bagus langsung terpampang di depan mata David.
David memandangi buah pantat adik kandungnya itu beberapa jenak. Sejurus kemudian David lalu menurunkan celananya sekaligus celana dalamnya sampai ke lutut. David lalu mengocok batang kontolnya sendiri sampai tegang.
“Kak, kakak mau ngapain?’ tanya Rafael melihat aksi kakaknya yang mengocok kontol itu.
“Kamu dari tadi ngerasain gatal yang sangat luar biasa di lobang pantat kamu kan Raf?” tanya David.
“Iya kak,” sahut Rafael.
“Kakak akan menyembuhkannya sebentar lagi,” sahut David. Selesai berkata begitu David lalu melumuri batang kontolnya dengan salep berwarna bening dari dalam tube tadi. Setelah terlumur rata David lalu memasukkan batang kontolnya kedalam lobang pantat Rafael, adik kandungnya sendiri.
“Kak, ohhhh…,” kata Rafael sambil memejamkan matanya. Ia merasakan lobang pantatnya terasa dingin dimasuki batang kontol David yang berlumuran salep warna bening tadi.
“Enak kan Raf?’ tanya David.
“He eh,” sahut Rafael.
David kemudian menggenjot pantatnya maju mundur perlahan. Rafael mengerang keenakan.
“Kak, kenapa kakak mengentoti Raf?” tanya Rafael diantara kenikmatan yang menerpanya.
“Kakak sedang mengobati kamuhh. Kakak sedang melumuri seluruh lobang pantat kamuhh pake salep yang tadi kakak lumurin di batang kontol kakakhhkk,” sahut David dengan suaranya yang terdengar bergetar.
“Kenapa harus pake kontol? Kan bisa pake jari aja?” tanya Rafael.
“Sebenarnya tadih juga kakak niatnya akan pake jarihhk, tapi begitu lihat lobang pantat kamuhh kakak jadi horny, hehehe,” sahut David dengan cengiran nakal plus erangan nikmat.
“Dasar!”
“Kamuhh mau kakak hentikan?”
“Ya enggak dong. Lanjutin ajahh. Emang salep apaan sih itu kak?”
“Bioplacenton, dingin kan? Ahh..,”
“He eh,”
“Itu akan menyembuhkan lecet akibat kentotan di lobang pantat kamuh,”
“Ohhh…, kak…,”
“Yahh …,”
“Lebih keras dong goyangnyahh,”
“Okehhh …,”
David pun mengerakkan pantatnya sekeras-kerasnya. Kedua kakak beradik itu mengentot dengan penuh nafsu. Apa yang dilakukan oleh David ini sebenarnya merupakan pengulangan dari apa yang dulu dialaminya saat Dion mengobati lobang pantatnya yang gatal karena lecet setelah diperjakai pertama kali.
***
Asep tiba di rumah Yudha menjelang sore hari. Asep langsung diajak bicara oleh Yudha dan keluarganya di ruang tamu.
“Gimana keputusanmu Sep?” tanya Yudha pada Asep.
“Keputusan apaan Mas?” tanya Asep lemot.
“Kamu akan pulang ke kampung atau tetap tinggal di Jakarta?” sahut Yudha menjelaskan.
“Oh itu, saya akan tetap di Jakarta ajah Mas,” sahut Asep.
“Jadi kamu terima pekerjaan sebagai satpam itu?” tanya Yudha lagi.
“Iya Mas,” sahut Asep.
“Lalu gimana dengan Cicih Sep?” tanya Cinta.
“Cicih kan hamil bukan karena sayah. Jadi saya rasah saya tidak berkewajiban untuk mempertanggungjawabkannya,” sahut Asep.
“Kamu betul Sep. Saya setuju dengan pendapat kamu,” kata Indra.
“Yang harus bertanggung jawab mah, Cornelius. Bukan sayah,” sahut Asep lagi.
“Mang Dayat apa bisa memaksa Romo Cornelius bertanggung jawab?” tanya Cindy yang masih berada di rumah itu.
“Gak tau atuh neng Cindy. Tapi mendingan Cicih juga gak usah kawin sama Cornelius,” kata Asep.
“Emang kenapa Sep kalo Cicih kawin sama Cornelius?” tanya Cindy lagi.
“Kasihan Cicih. Menurut saya Cornelius itu bukan orang baik,” sahut Asep.
“kenapa kamu bilang dia bukan orang baik?” giliran Indra yang bertanya.
“Diakan pastur, harusnya dia kan enggak boleh atuh ngentotin orang. Itukan dosah,” kata Asep.
“Kamu ngomongnya vulgar banget Sep,” kata Cinta dengan mata melotot seolah-olah jengah namun tampangnya jelas-jelas mupeng mendengar kalimat Asep itu.
“Maaf neng Cinta. Saya kelepasan ngomong,” sahut Asep nyengir malu sambil menggaruk-garuk kepalanya yang tak gatal.
“Kamu kok nekat amat sih ngejilatin memeknya Cicih?” tanya Indra. Cowok ini rupanya masih ingin memperpanjang urusan ngomong jorok ini.
“Ndra. Kok kamu ngomong gitu sih?” kata Cinta kini ia melotot pada adik iparnya itu. Karena Cinta melotot pada Indra, Asep yang sebenarnya sudah bersiap-siap akan menjawab akhirnya membatalkan diri untuk mejawab pertanyaan Indra itu.
“Sorry mbak, soalnya saya penasaran banget. Kok bisa sih Cicih yang lugu dan pake kerudung itu bisa digombalin Asep sampe mau memeknya dijilatin,” sahut Indra membela diri.
“Tapi kan kamu gak perlu nanyanya kayak gitu,” sahut Cinta.
“Emang saya nanyanya harus gimana mbak?” tanya Indra.
“Iya nih Mbak Cinta, emang Mas Indra nanyanya harus gimana dong?” tanya Cindy pada Cinta. Pertanyaan Cicndy ini tentu saja bertujuan untuk membela Indra.
“Ya, gimana ya,” sahut Cinta nyengir. Ia bingung juga jadinya.
“Emang kenapa sih yang kalo Indra nanya gituan?” tanya Yudha pada istrinya. Yudha bertanya sambil menatap istrinya nakal.
“Mas Yudha, gimana sih? Bukannya ngebela malah …,” sahut Cinta terpotong karena Yudha langsung bicara lagi.
“Malah bikin kamu tambah horny?” tanya Yudha.
“Mas, jangan gitu dong,” kata Cinta. Ibu muda nan cantik itu terlihat tersipu-sipu malu ditembak oleh suaminya sendiri.
“Emangnya Mbak horny ya?” tanya Cindy belagak bego.
“Bener Mbak? Mbak Cinta horny denger omongan begitu?” tambah Indra lagi.
“Kalian ini kok nakal banget sih,” kata Cinta.
“Kok nakal sih Mbak? Saya kan cuman nanya doang,” sahut Indra.
“Mas, liat tuh adik kamu. Nakal begitu kok didiamin aja sih? Ditegur dong,” kata Cinta pada suaminya.
“Ndra, kamu jangan gitu dong ngomong ke mbak kamu,” kata Yudha.
“Sorry Mas. Yang nanya duluan kan Cindy, saya kan cuman negesin doang. Kok jadi saya yang dimarahin sih? Cindy dong yang harusnya dimarahin,” sahut Indra membela diri.
“Tuh kan yang. Kalo gini jadi repot. Saya juga harus ngemarahin Cindy jadinya,” kata Yudha.
“Kalo Mas Yudha mau ngemarahin Cindy, ya marahani aja Mas. Cindy dihukum juga bersedia kok,” sahut Cindy dengan mimik seolah-olah sangat menyesal.
“Dihukum?” tanya Yudha.
“Iya,” sahut Cindy.
“Cindy maunya dihukum gimana?” tanya Yudha.
“Terserah Mas Yudha aja. Cindy pasrah,” sahut Cindy.
“Kalau gitu kalian berdua Mas hukum aja sekalian,” kata Yudha sambil menatap Cindy dan Indra bergantian.
“Saya juga Mas?” tanya Yudha.
“Iya,”
“Kok saya dihukum juga sih?” tanya Indra.
“Gak usah banyak komentar Ndra,” sahut Yudha.
Indra akhirnya mingkem.
“Hukuman untuk kalian adalah …,” kata Yudha sambil memandang istrinya sejenak dengan penuh arti. Cinta membalas tatapan suaminya itu dengans ebuah kerlingan nakal. “Cindy kamu kemari dekat sini dan kamu Ndra sana dekatin Mbak mu,”
Cindy dan Indra menuruti kata-kata Yudha dengan bingung.
“Nah, sekarang kamu isep kontol saya Cin dan kamu Ndra, jilatin tuh memek mbakmu!” perintah Yudha tegas.
Cindy dan Indra sama-sama kaget mendengar kalimat Yudha itu.
“Apa???!!!” seru keduanya.
Asep juga kaget mendengar kata-kata Yudha itu. Ia tak menyangka Yudha akan senekat itu mengajak Indra dan Cindy untuk berbuat bejat beramai-ramai.
“Udah deh, jangan belagak bego gitu kalian. Kami tau kok kalo kalian berdua itu sama liarnya,” kata Cinta. “Sini Ndra, jilatin nih memek Mbak. Dari tadi waktu denger cerita Asep dan keluarganya memek Mbak udah gak tahan pingin dijilatin kayak memeknya si Cicih,” tambah Cinta sambil mengangkangkan pahanya dan mengangkat roknya ke atas. Ternyata di balik rok itu Cinta tak menggenakan celana dalam. Memeknya yang ditumbuhi jembut lebat itu langsung terpampang di hadapan Indra.
“Cindy, ayo sini. Jangan malu-malu gitu dong. Kontol mas udah nungguin mulut kamu sayang,” kata Yudha yang juga sudah membuka celananya dan mengocok-ngocok kontolnya sendiri pada Cindy.
“Mas Yudha, Mbak Cinta kenapa kalian jadi begini?” tanya Cindy bingung. Ia tak menyangka Cinta yang dikiranya sudah menjadi perempuan baik-baik setelah menikah dengan Yudha ternyata masih seperti dulu juga saat masih sering berhura-hura dengan Tante Vonny. Lebih parahnya lagi ternyata Yudha yang dikiranya akan membawa Cinta menjadi perempuan baik-baik ternyata juga sama bejatnya.
“Udah deh jangan bingung Cin. Mari kita nikmatin keliaran ini,” kata Cinta sambil nyengir pada adiknya itu. “Ndra, kok kamu masih bengong sih? Ayo sini deket ke mbak,” kata Cinta pada Indra yang masih terbengong-bengong karena bingung juga dengan kelakuan Yudha dan Cinta yang berubah drastis dari yang selama ini diketahuinya.
Indra dan Cindy tidak mengetahui sebuah kejadian di suatu malam dimana Yudha, Cinta, Asep, dan Surti ngentot berempat yang membuat Yudha dan Cinta tak lagi bermunafik ria dan menyimpan rahasia kebejatan masing-masing.
“Surti!” panggil Cinta dengan sebuah teriakan yang cukup keras.
“Iya bu,” tak lama Surti sudah nongol. Rupanya perawat kenes itu sejak tadi sudah nguping pembicaraan dari balik tembok ruang tamu sehingga begitu Cinta memanggil ia langsung nongol.
“Cantika dan Clara udah tidur?” tanya Cinta menanyakan dua anaknya yang masih balita pada Surti.
“Sudah bu,” sahut Surti sopan.
“Kamu temenin Asep tuh. Dia gak punya temen untuk muasin nafsunya,” kata Cinta.
“Baik bu,” sahut Surti dan dengan sigap langsung menuju Asep. “Tak bukain celananya ya Mas,” kata Surti kenes pada Asep.
“He eh, neng,” sahut Asep.
Cindy dan Indra makin kaget melihat kemunculan dan keliaran Surti. Namun keduanya langsung tak ambil pusing. Cindy kemudian segera berjongkok di depan selangkangan Yudha, suami kakak kandungnya yang sedang duduk mengangkang di sofa. Cindy langsung mengulurkan mulutnya dan mencaplok batang kontol Yudha dengan penuh nafsu.
“Ohhh…, Yang, enak banget mulut adikmu,” kata Yudha pada istrinya.
“Mulut adik kamu juga enak Yang, ahhhhh…,” sahut Cinta yang ternyata juga sudah disElomoti memeknya oleh Indra, adik kandung suaminya sendiri.
***
Dion, Bayu, dan Ali sedang mandi bertiga di ruang ganti sekaligus kamar mandi kantor polisi. Meskipun sudah saling menikmati tubuh masing-masing tetap saja perlakuan Bayu dan Ali tak berubah pada Dion. Sebagai tahanan Dion tetap diperlakukan kasar oleh Bayu dan Ali yang menangkapnya.
“Cepet mandi lonte! Mandi lama banget kayak banci aja Lo!” kata Ali memaki Dion. Ali ternyata punya hobi suka memaki. Padahal kalau sedang tugas, Ali lebih banyak diam dibandingkan Bayu.
Dion tak mejawab. Ia hanya ngomel dalam hati mendengar makian Ali. “Dasar polisi kontol. Elo juga belon selesai mandi pake maki-maki Gue segala,” omel Dion dalam hatinya.
Ketiga cowok itu mandi sambil tak lupa membersihkan lobang pantat masing-masing dengan menyeboknya menggunakan air. Mereka bertiga memang harus membersihkan lobang pantat masing-masing karena tadi mereka bertiga sama-sama menikmati dianal. Lobang pantat yang tidak bersih setelah dianal bisa menyebabkan bersarangnya kuman-kuman yang dapat membahayakan.
Jangan lupa, buat Elo-Elo yang bottom, kalau sperma pasangan Elo tumpah didalam lobang pantat, sebaiknya cepat dikeluarkan dan lobang pantat dibersihkan dengan baik ya.
Selesai mandi ketiganya segera menggenakan pakaian masing-masing. Bayu dan Ali memakai pakaian meraka yang tadi sedangkan Dion menggenakan pakaian tahanan warna biru tua. Seluruh pakaian dan barang-barang Dion telah disita oleh Bayu dan Ali. Nantinya barang-barang tersebut akan disimpan di tempat penyimpanan barang sitaan yang ada di kantor polisi.
Setelah selesai berpakaian, bayu dan Ali menggiring Dion ke luar ruangan. Dion kemudian dibawa masuk ke sebuah ruang tahanan berjeruji besi dan jeruji itu digembok dari luar oleh Bayu. Setelah memasukkan Dion ke ruang tahanan itu Bayu dan Ali segera pergi meninggalkan Dion. Kini tinggallah Dion sendiri di dalam ruang tahanan. Cowok itu duduk dengan perasaan hampa di lantai tanpa alas. Beberapa saat kemudian, tanpa dapat ditahannya, air mata Dion menetes.
“Mengapa harus terjadi seperti ini?” tanya Dion dalam hatinya. Ia sangat sedih menerima kenyataan yang harus dirasakannya seperti ini.
***
Sementara itu David dan Rafael masih asik berincest ria di kamar. David mengentoti adik kandungnya dengan buas. David memuaskan dirinya menikmati sorga dunia dalam lobang pantat Rafael yang masih cukup sempit itu. Seperti kesetanan David menghentak-hentakkan pantatnya keras sambil tangannya mencengkeram buah pantat Rafael sekuat-kuatnya untuk menahan agar batang kontolnya jangan sampai terlepas dari lobang pantat adik kandungnya itu.
“Oohhh Tuhan, nikmatnyahhh…,” erang David keras meluapkan kepuasannya mengentoti Rafael.
Sementara itu Rafael juga mengerang-erang tak kalah kerasnya. Rafael yang menungging di atas ranjang, seperti sedang bersujud itu, mencengkeram pinggir ranjang kuat-kuat. Mulutnya sesekali menggigit sprey menahan sakit sekaligus nikmat luar biasa yang dirasakannya di lorong lobang pantatnya.
“Kakkkhhh…, ohhhh kentot Raf lebih kerashhhh… kerashhhhh…,” jerit Rafael.
David semakin bersemangat mendengar adiknya menjerit seperti itu. Tubuhnya yang memerah dan bersimbah keringat itu bergerak semakin cepat. Suara hentakan pantatnya dan derit ranjang tempat mereka mengentot terdengar makin keras.
Sedang asik-asiknya mengentot, tiba-tiba David dan Rafael dikejutkan oleh ketukan keras di pintu kamar.
“Buka pintu!” teriak suara dari luar. Suara itu tak lain dan tak bukan adalah suara Sonya.
“Astaga! Itu Kak Sonya!” seru Rafael panik. Ia langsung melepaskan dirinya dari kentotan David.
“Buka pintu ini cepat!” teriak Sonya lagi sambil pintu kamar terus diketuknya keras-keras berkali-kali.
David dan Rafael terburu-buru memungut pakaian mereka yang berserakan dan segera memakainya. Saking terburu-buru keduanya tak sempat untuk mengelap lendir-lendir persenggamaan mereka yang masih menempel di batang kontol David dan lobang pantat Rafael.
Setelah keduanya memakai pakaian mereka kembali, David langsung membuka pintu kamar. Di depan pintu kamar telah berdiri Sonya dengan wajah marah dan berlinangan air mata.
“Apa yang kalian lakukan disini?!” bentak Sonya.
“Kami gak ngelakuin apa-apa,” sahut David berusaha setenang mungkin.
“Jangan bohongin kakak Vid. Kalian berdua ngentot di kamar ini kan?!!” teriak Sonya keras.
“Kakak jangan menuduh dong,” sahut David lagi.
“Kakak dengar Vid. Jelas sekali suara gaduh kalian kakak dengar. Raf, kamu jangan bohong. Kalian ngentot kan?!” tanya Sonya beralih pada Rafael.
Rafael tak menjawab. Ia hanya menundukkan kepalanya dalam-dalam.
“Kalian gila!” jerit Sonya.
“Gila? Kenapa gila kak?” tanya David. Wajahnya menunjukkan ekspresi sinis.
“Kamu jangan belagak bodoh Vid. Kalian bersaudara kandung. Itu incest namanya.”
“Lalu kenapa kak kalo kami melakukan incest?” tanya David menantang.
“Vid. Itu tidak boleh. Itu salah!”
“Apa bedanya dengan kakak?” sahut David dengan nada sinis.
“Maksud kamu apa Vid?” tanya Sonya.
“Kakak juga melakukannya kan?”
“Melakukan apa Vid?”
“Incest. Kakak juga melakukan incest dengan Kak Dion.”
“Kamu… menuduhku…”
“Itu fakta kak. Aku sudah lama mengetahuinya!”
Sonya terdiam ia terkejut sekali mendengar jawaban David. Sonya shock dan terduduk lemas di lantai. Gadis itu menangis sesenggukan. Rafael juga tak kalah terkejutnya seperti Sonya mendengar apa yang dikatakan David.
“Kita ini keluarga rusak kak. Tak perlu lagi kita saling berpura-pura.”
Sonya masih terus menangis sementara Rafael tetap diam.
“Kita ini semuanya lonte! Satu keluarga kita jadi lonte untuk membiayai hidup lalu untuk apa kakak pura-pura jadi orang suci?!” tanya David pada Sonya.
“Kak David, jangan ngomong begitu,” kata Rafael akhirnya bersuara.
“Itu kenyataan Raf.”
“Ini semua salahku. Salahku! Hu… hu … hu ….” jerit Sonya terisak-isak.
“Kak Sonya, jangan menangis seperti ini. Sudahlah kak,” bujuk Rafael dan mendekati Sonya lalu memeluk tubuh gadis itu.
“Ini salahku Raf. Gara-gara aku kalian semua jadi seperti ini. Hu … hu … hu …,”
“Ini bukan salah kakak. Ini keputusan kita masing-masing,” kata Rafael.
“Kalian mencontohnya dariku. Hu … hu … hu …,”
“Sstt Kak, udah. Jangan menangis lagi,” bujuk Rafael. “Kak Dion ditangkap. Lebih baik kita memikirkan apa yang harus kita lakukan. Diamlah kak.”
“Aku tahu Raf. Hu … hu …, kita memang harus memikirkan Dion. Tapi aku tak mengerti hu … hu … kenapa disaat genting seperti ini pun kalian bisa ngentot berdua di kamar hu … hu … hu ….”
“Kak David tadinya memberikan balsem ke lobang pantat saya yang rasanya gatal sekali kak,”
“Lalu kenapa harus ngentot? Hu .. hu .. hu ….”
“Sudahlah kak. Itu tidak usah dibahas.”
“Barangkali Kak Sonya pingin ngentot bertiga dengan kita Raf,” kata David sinis.
“Kak David. Jangan ngomong begitulah,” kata Rafael.
“Habisnya Kak Sonya ngapain juga ngomongin soal itu bolak-balik. Lagipula apa salahnya? Toh Kak Sonya juga suka kok ngentot dengan saudara kandung sendiri. Kebetulan nih, Kak Sonya mau gak aku kentot? Soalnya tadi aku belon ngecrot di pantatnya Rafael.”
“Kak David, pliss ….”
“Oke, oke. Ngomong-ngomong gimana pantatmu Raf, masih terasa gatal?”
“Udah enggak kak. Tapi mendingan kita gak usah ngebahas soal itu dulu deh.”
***
Sementara itu di rumah kontrakan Antonius juga terjadi keributan antara Doni dengan Sony yang ternyata adalah papanya Doni.
“Papa harus menjelaskan semuanya!” kata Doni pada Sony setibanya mereka di rumah kontrakan Antonius.
“Apa yang harus papa jelaskan Don?” tanya Sony.
“Papa gak usah pura-pura.”
“Papa benar-benar gak ngerti dengan maksud kamu.”
“Papa sudah pernah ngentot dengan mereka semuakan?” tanya Doni sambil menunjuk Andre, Antonius, dan Christian satu per satu.
“Don, jaga mulut kamu!” bentak Sony.
“Udahlah Don. Semuanya udah terjadi. Menurut Gue sebaiknya Elo gak usah mempermasalahkannya lagi,” kata Andre.
“Elo bisa ngomong gitu Ndre karena Elo gak mengalami hal seperti yang Gue alami ini,” kata Doni pada Andre. Ada nada marah bercampur sedih di suara Doni saat bicara pada adik kelasnya itu. Matanya tajam menatap Andre.
“Elo salah Don. Gue udah duluan ngalamin hal seperti ini daripada Elo. Malahan Gue ngelihat langsung dengan mata kepala Gue sendiri saat bokap Gue ngentot dengan laki-laki,” sahut Andre. Ia menatap mata Doni tajam.
Mendengar kalimat Andre itu, Doni terlihat mulai dingin, namun sedikit kekesalan masih tersimpan di hatinya.
“Apa Elo gak marah ngelihat apa yang diperbuat bokap Lo?” tanya Doni. Suaranya tak lagi terlalu keras seperti tadi.
“Mulanya Gue marah Don. Namun kemudian Gue pikir untuk apa Gue marah? Apa bedanya bokap Gue dengan Gue? Gak ada bedanya. Lalu buat apa Gue harus menghakimi perbuatan bokap Gue sementara Gue gak menghakimi perbuatan Gue sendiri,” jawab Andre.
Doni terpana mendengar kalimat Andre yang sangat bijak itu. Apa yang dikatakan Andre itu merupakan sebuah kebenaran dan mengena dihatinya. Tatapan Doni ke Andre tak lagi tajam seperti tadi.
“Nasib kita sama Don,” kata Andre lagi. “Namun bukan berarti kita harus marah pada kenyataan. Inilah hidup yang harus kita lalui.”
Sony berjalan mendekati Doni. Setelah dekat ia langsung memeluk anaknya itu erat, penuh kasih sayang seorang ayah pada anaknya tercinta.
“Maafkan papa telah mengecewakanmu Don,” kata Sony. Doni hanya diam saja. “Papa juga tak pernah punya keinginan untuk hidup seperti ini Don. Semuanya terjadi begitu aja.”
“Apa yang dikatakan oleh papamu itu benar Don. Kita semua yang ada disini pasti tak pernah menghendaki hal ini. Saya yakin kita semua adalah laki-laki sejati yang tak pernah berniat untuk jadi banci sekalipun kita menyukai sex dengan sesama,” kata Antonius.
“Ini hanya sekedar luapan nafsu semata Don. Percayalah,” tambah Christian. Akhirnya perwira muda yang tak banyak bicara itu mengemukakan pendapatnya juga.
Tiba-tiba Doni menangis sesenggukan. Taruna Akmil itu memeluk papanya dengan erat. Sony akhirnya ikut juga menangis.
“Maafkan Doni, Pa,” kata Doni serak diantara tangisnya.
Andre, Antonius, dan Christian menatap penuh haru pada anak dan papa yang berpelukan dalam tangisan itu.

Serial Andre & CalvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang