#16 Perpisahan dengan Ajudan

11.6K 147 0
                                    

Andre memarkirkan sepeda motornya di garasi rumahnya. Jalan-jalan bersama Calvin dan Desi tadi di rasakannya cukup melelahkan. Apalagi pikirannya juga sedang kalut karena teror sms. Andre pengen segera menyegarkan diri. Mengguyur tubuhnya di bawah shower yang hangat.Mobil dinas Papanya tak terlihat di garasi. Tampaknya sang Papa sedang pergi. Andre berlalu dari garasi tak mau pusing memikirkan kemana Papanya pergi. Dia terbiasa kok di tinggal sendiri di rumah.
Masuk kedalam rumah, Andre menemukan Mas Dharma dan Mas Fadly sedang asik nonton televisi di ruang keluarga. Lho? Kok dua ajudan ini ada di sini? Pikir Andre. Biasanya salah satu dari mereka akan mendampingi sang Papa. Seringnya sih Mas Fadly, sedangkan Mas Dharma mendampingi Mamanya.
“Udah pulang Mas?” tegur Mas Fadly pada Andre.
“Udah Mas. Papa pergi ya Mas?” tanya Andre.
“Iya Mas Andre. Sama Ibu, tadi berdua.”
“Kok Mas berdua gak dampingin?” tanya Andre.
“Bapak sama Ibu pergi sama ajudan baru Mas,” yang jawab Mas Dharma.
“Ajudan baru? Lalu Mas berdua?”
“Mulai besok, kita tidak bertugas di sini lagi Mas Andre. Masing-masing dapat job baru,” masih Mas Dharma yang menyahut.
Andre tertarik dengan apa yang di katakan Mas Dharma. Ia lalu ikut duduk bersama mereka. Pengen tau lebih banyak soal pergantian kedua ajudan itu.
“Job baru? Jadi apaan Mas?”
“Mudah-mudahan dalam waktu gak terlalu lama, kami berdua di angkat jadi Camat Mas Andre. Kemungkinan saya di Depok, sedangkan Dharma di Bekasi,” jawab Mas Fadly.
Ia terlihat sangat gembira menyampaikan jawaban itu ke Andre. Rupanya cita-citanya kesampaian juga. Papa Andre benar-benar memperjuangkan kedua ajudannya ini untuk mendapat jabatan rupanya.
“Berhasil juga ya Mas,” kata Andre dengan senyum penuh arti pada Mas Fadly.
“Iya Mas. Berkat bantuan Bapak,” jawab Mas Fadly, nyengir.
“Tapi, sementara kami di tarik ke kantor pusat dulu. Kata Bapak, nikah dulu baru setelah itu di usulkan olehnya jadi Camat,” sambung Mas Fadly lagi.
“Kapan nikahnya nih?” tanya Andre.
“Mungkin dalam waktu dekat inilah. Saya duluan, Fadly menyusul. Keluarga kami di kampung udah mempersiapkan segalanya,” jawab Mas Dharma.
Andre memandangi kedua ajudan ganteng dan jantan itu satu persatu. Keduanya sama-sama menggenakan celana pendek dan kaos tanpa lengan. Memamerkan otot-otot lengan yang terbentuk dan ketiak mereka. Ketiak Mas Fadly lebat dengan bulu, sedangkan ketiak Mas Dharma putih bersih tanpa bulu. Otak mesum Andre segera muncul. Segala kekalutannya oleh sms sang peneror sirna. Pikirannya dipenuhi nafsu untuk mencumbui kedua ajudan itu.
“Kesempatan Gue tinggal malam ini doang,” pikir Andre.
Kesempatan untuk merasakan nikmatnya tubuh Mas Dharma sekaligus Mas Fadly sekali lagi. Kalau tidak malam ini, kapan lagi? Keduanya sudah bakal cabut dari rumah besok.
“Papa sama Mama pergi kemana Mas?” tanya Andre.
Ia melirik jam tangannya. Masih pukul sembilan malam.
“Ke Istana Negara Mas. Ada resepsi para menteri dalam negeri se-ASEAN,” jawab Mas Fadly.
Mas Dharma memandang layar televisi yang sedang menyiarkan sinetron Indonesia. Gak nyangka ajudan ganteng ini doyan nonton acara ibu-ibu rupanya. Tapi kayaknya sinetron Indonesia sekarang gak cuman tontonan ibu-ibu doang deh. Berhubung sinetron Indonesia kini banyak bertaburan bintang-bintang muda termasuk aktor-aktor cowok yang semuanya cakep-cakep, sinetron Indonesia banyak juga ditonton cowok-cowok sekarang. Khususnya cowok-cowok yang demen liat cowok cakep, hehehe.
“Lama dong pulangnya. Mmmm… kalo gitu enaknya kita bikin acara perpisahan aja yuk, Mas,” kata Andre.
Ia duduk mendekat ke Mas Fadly, bibirnya menyunggingkan senyum cabul. Mas Fadly segera menangkap maksud pembicaraan Andre. Ia ikut tersenyum, cabul juga tentu saja.
“Perpisahan? Asik juga. Dimana?”
“Terserah Mas Fadly aja.”
“Dharma di ajak gak?”
“Di ajak dong.”
“Eh, pada mau bikin acara apaan nih?” tanya Mas Dharma.
Ia agak bingung. Ia memandangi kedua cowok yang sedang tersenyum-senyum padanya itu.
“Elo ikutan aja deh pokoknya,” kata Mas Fadly pada temannya.
“Kalo gitu, Mas berdua ikutan ke kamar Andre aja deh. Andre bElon mandi nih,” ajak Andre.
Ia segera berjalan menuju kamarnya.
“Boleh, ayok Dhar,” kata Fadly.
Ia mengikuti langkah Andre sambil menarik lengan temannya untuk mengikutinya.
“Mau ngapain sih?” Mas Dharma bingung.
Tapi di ikutinya juga langkah Fadly. Ketiganya lalu masuk ke dalam kamar Andre yang luas. Mas Fadly duduk di atas ranjang Andre pun Mas Dharma. Sementara Andre berdiri tegak di hadapan kedua ajudan ganteng itu.
“Andre mandi dulu yah. Badan rasanya gerah nih,” kata Andre.
Dengan santai ia melepaskan seluruh pakaiannya di hadapan kedua ajudan itu. Mas Fadly hanya nyengir-nyengir saja melihat Andre yang menelanjangi dirinya, sementara Mas Dharma mElotot. Ia kaget melihat kenekatan Andre yang berbugil ria di hadapan mereka, matanya tak lepas memandangi tubuh indah milik anak bosnya itu. Terutama di daerah selangkangan Andre yang penuh bulu lebat dan sebatang kontol yang masih tidur namun sudah besar ukurannya itu.
“Mau ngapain sih?” tanyanya lirih.
Ia mulai terangsang. Didepan matanya, Andre seperti sengaja memamerkan tubuh remajanya yang bagus itu.
“Kenapa Dhar? Bingung? Jangan bingung-bingung deh. Andre mau bikin acara perpisahan dengan kita, abis mandi entar,” jawab Mas Fadly.
Dengan santai, ia mengacak-acak jembut lebat Andre dengan jemarinya. Mas Dharma terperangah. Sesaat kemudian ia tersenyum. Ia segera mengerti apa yang akan terjadi.
“Maksud Elo, kita mau pesta sex nih?” tanya Mas Dharma.
Mas Fadly mengangguk. Andre menyeringai lebar.
“Oke deh, Andre mandi dulu ya,” kata Andre.
Ia lalu melangkah ke kamar mandi. Pintu kamar mandi sengaja tidak di tutupnya. Dari tempat duduk mereka, Mas Dharma dan Mas Fadly bisa mengawasi apa yang di lakukan Andre di dalam kamar mandi. Remaja tanggung itu asik mengguyur tubuhnya dengan air shower. Kemudian menyabuni seluruh tubuhnya sambil tersenyum-senyum nakal pada kedua ajudan itu.
Mas Dharma rupanya tak bisa menahan birahinya melihat remaja ganteng yang sedang mandi sambil menggoda itu. Ia lalu melepaskan seluruh pakaian yang di kenakannya dan menyusul Andre ke dalam kamar mandi. Ia kemudian berdiri tepat di belakang tubuh Andre. Jemarinya mulai mengelus-elus punggung lebar Andre yang penuh busa sabun. Sesaat kemudian ia sudah memeluk erat tubuh Andre, mulutnya sibuk menciumi leher remaja ganteng itu.
Mas Fadly berdiri di depan pintu kamar mandi. Ia tersenyum melihat temannya yang mulai mencumbu anak bosnya itu.
“Mas Andre udah sering ngentot ya dengan Fadly?” tanyanya lirih.
Bibirnya terus menjelajahi leher dan punggung Andre.
“Enggak sering ahhh… pernahhh..,” jawab Andre lirih.
Ia mendesah oleh cumbuan Mas Dharma pada tubuhnya.
“Ohhh… kenapa gak pernah ngajak sihhh… ohhh..,” kata Mas Dharma.
“Abis Mas Dharma sibuk ngentot dengan Mama terus sih,” jawab Andre.
Mas Dharma menghentikan cumbuannya. Ia kaget mendengar jawaban Andre seperti itu.
“Maksud Mas Andre?” tanyanya.
Ia menatap wajah ganteng Andre lekat. Anak bosnya itu malah tersenyum. Andre membalikkan tubuhnya hingga ia dan Mas Dharma kini berdiri berhadapan.
“Kok bingung sih? Mas Dharma kan sering ngentot dengan Mama. Andre sering lihat kok. Udahlah… nyantai aja, gak papa kok. Kemaren-kemaren Andre emang marah sama Mas Dharma. Tapi sekarang udah enggak kok,” jawab Andre.
Ia kemudian merengkuh tubuh Mas Dharma. Di gesek-gesekkannya tubuhnya pada ajudan ganteng itu.
“Udah Dhar, nikmatin aja. Gak usah mikirin hal itu,” Mas Fadly sudah berdiri di dekat mereka.
Tubuhnya juga sudah telanjang bulat. Ia mulai menciumi punggung sahabatnya.
“Andre udah tahu semua rahasia kita,” sambung Mas Fadly.
Mas Dharma terlihat salah tingkah. Rahasianya dengan istri bosnya rupanya sudah di ketahui oleh sang anak. Ia menjadi merasa tidak enak hati. Namun rangsangan Andre di tubuhnya tak mampu di lawannya. Di tambah lagi cumbuan lidah dan mulut temannya, Fadly di seluruh tubuh bagian belakangnya.
“Mas Andre gak marah kan?” tanyanya pada Andre.
“Ngapain juga marah. Udahlah…. Lupain aja. Sekarang ini kita puas-puasin diri aja. Soalnya gak tau kapan lagi punya kesempatan kayak gini Mas. Kalian kan udah mau pergi,” kata Andre.
“Mas Andre udah tau apa aja?” tanya Mas Dharma.
“Semuanya.”
“Semuanya? Apa aja itu?”
“Semuanya deh. Termasuk juga hubungan Mas berdua dengan Papa,” jawab Andre.
“Mmm… jadi gak papa nih? Beneran?”
“Bener. Udah deh, gak usah ngomongin itu lagi.”
“Iya Dhar. Mas Andre aja nyantai. Ngapain juga Elo pusing mikirin itu,” sambung Mas Fadly yang kini asik membelah buah pantat Mas Dharma dan mulai menjilat-jilat celah sempit milik sahabatnya itu.
“Ohhh… ya udah kalo gituhhh… aohhh..,” kata Mas Dharma.
Ia menggelinjang-gelinjang oleh kenakalan lidah Mas Fadly di celah pantatnya. Nafsu Mas Dharma menggelegak. Ia mengangkat kedua lengan Andre ke atas. Ketiak Andre yang penuh bulu ketiak sangat menggodanya, mulutnya langsung bersarang di ketiak itu. Bergantian ketiak kiri dan kanan Andre di sElomotinya, Andre mengerang-erang. Tubuhnya terus bergerak bergesekan dengan tubuh Mas Dharma.
Di bawah Mas Fadly asik dengan pantat Mas Dharma yang putih dan sexy. Tangannya melebarkan buah pantat itu. Lidah dan mulutnya asik menjilat-jilat, mencium-cium dan mengisap-isap lobang pantat yang penuh bulu-bulu halus itu.
“Ooohhh… Ohhh… Fadddssshhh… ohhh…,” erang Mas Dharma diantara kesibukannya mengerjai ketiak Andre.
Ia keenakan. Tangan Andre menjelajahi tubuh atletis Mas Dharma. Sampai kemudian tangannya menemukan batang kontol milik ajudan itu yang sedang bergesekan dengan batang kontolnya sendiri. Di genggamnya kedua kontol itu sekaligus. Agak repot memang buatnya menggenggam kedua batang itu sekaligus. Ukurannya yang besar membuat genggamannya tak sempurna. Di kocok-kocoknya kedua kontol itu sekaligus, benar-benar nikmat rasanya.
Cukup lama mereka asik melakukan cumbuan liar itu. Setelah lima belas menit, ketiganya mengubah posisi cumbuan. Andre duduk di tepi bath tub. Kedua ajudan itu jongkok di samping kiri dan kanan Andre. Mulut keduanya lalu melakukan oral pada batang kontol Andre bergantian dengan lahap. Kadang mereka berebutan seperti layaknya anjing berebut tulang saja.
Dengan tatapan sayu, Andre memandangi kontolnya yang sedang di oral oleh kedua ajudan ganteng itu. Ia benar-benar keenakan. Nafsunya bergejolak melihat dua wajah tampan yang menyerbu kontolnya. Pantatnya bergerak-gerak naik turun. Kontolnya keluar masuk mulut kedua ajudan itu bergantian, Andre seperti sedang mengentoti kedua mulut itu jadinya.
“Ahhh… ahhh… ahhh..,” Andre tak kuasa lagi menahan orgasmenya.
Saat itu kontolnya sedang terbenam dalam mulut Mas Dharma. Di pegangnya kepala Mas Dharma kuat-kuat. Kontolnya di kocoknya kuat-kuat dalam mulut ajudan itu. Ia ingin menumpahkan spermanya dalam mulut Mas Dharma.
Meski kerepotan oleh kelakuan Andre, Mas Dharma membiarkan saja mulutnya di gempur. Ia terus mengisap-isap batang kontol Andre sekuat tenaga, dia menantikan semburan sperma remaja itu dalam mulutnya. Mas Fadly mendekatkan wajahnya ke dada bidang Andre, mulutnya langsung mengisap-isap pentil Andre yang sudah keras karena penuh birahi.
Akhirnya orgasme Andrepun sampai, tubuhnya berkElojotan. Spermanya menyembur deras dalam mulut Mas Dharma beberapa kali.
“Oooaaahhh… ahhh… arghhh…,” Andre mengerang keras.
Mas Dharma terus menyedot kontol Andre yang menumpahkan sperma. Hingga seluruh sperma itu habis menyembur dan tubuh Andre terduduk lemas. Nafas remaja itu ngos-ngosan.
Mulut Mas Dharma melepaskan kontol Andre. Kemudian ia meludahkan sperma Andre yang tadi terkumpul di mulutnya pada batang kontol Andre. Tangannya lalu melumuri sperma itu keseluruh batang kontol itu. Sebagian cairan kental putih itu masih tersisa di tepi bibir Mas Dharma.
“Banyak banget Mas Andre,” kata Mas Dharma tersenyum pada Andre.
Sementara Andre hanya bisa tersenyum dengan wajah sayu. Mas Dharma lalu melumat bibir Andre. Membagi sisa sperma di mulutnya pada pemilik sperma. Mereka saling melumat dengan buas. Mas Fadly ikutan nimbrung. Ketiganya lalu asik saling melumat bibir.
“Udah dulu Massshhh… Andre capek nih… Mas lanjutin berdua aja dulu deh,” kata Andre.
Tubuhnya di rasakannya sangat lelah setelah orgasmenya yang dahsyat tadi. Ia perlu istirahat sejenak memulihkan tenaga untuk sesi berikutnya.
***
Di rumah Cinta. Sampai pukul tujuh malam ternyata hanya Yudha saja yang tiba di rumah, sementara adiknya Indra belum juga pulang. Setelah Yudha membersihkan tubuhnya yang gerah sepulang kerja, Cinta mengajak suaminya untuk makan malam bersama – sama kedua tamu mereka.
“Udah lama banget ya Cindy enggak maen kemari,” kata Yudha membuka percakapan di meja makan.
“Iya Mas, belakangan ini Cindy sibuk ujian kenaikan kelas sih,” sahut Cindy.
“Mas dengar Cindy udah jadi cover majalah remaja terkenal ya?”
“Baru juga menang Mas, masak langsung terkenal. Mas Yudha nambah-nambahin nih,”
“Mbakmu itu ngoleksi semua foto kamu yang di pajang di majalah lho. Soalnya kamu jarang banget kesini. Jadi kalo lagi kangen kamu, Mbakmu bisa liatin foto kamu.”
Mendengar kata-kata suaminya, Cinta hanya tersenyum-senyum sambil memandangi Cindy, adik semata wayangnya itu dengan sayang. Cindy jadi agak gak enak mendengar kata-kata Mas Yudha. Kalau pembicaraan seperti ini di lanjutkan, ujung-ujungnya pasti akan ngebahas soal masa lalu.
Cindy langsung mengalihkan pembicaraan ke masalah Asep. Cindy mengutarakan maksud kedatangannya meminta tolong pada abang iparnya itu untuk mencarikan Asep pekerjaan.
Cinta menambahkan kata-kata Cindy dengan menerangkan siapa Asep itu pada suaminya. Sepanjang Cindy dan Cinta berganti-gantian “menjajakan” Asep pada Yudha, pemuda desa yang sedang jadi topik pembicaraan itu hanya terdiam seribu bahasa mendengarkan sambil mengunyah makanannya sepelan mungkin. Berusaha untuk tidak menimbulkan efek suara mengunyah yang bisa menjijikkan orang lain. Sambil mendengarkan keterangan Cindy dan Cinta, Yudha sesekali memperhatikan Asep dengan serius.
“Kamu punya ijazah SMA Sep?” tanya Yudha pada Asep setelah Cindy dan Cinta berhenti ngomong.
“Ada Den,” sahut Asep.
“Jangan panggil aden-adenan gitu Sep. Panggil aja saya Mas!” potong Yudha.
Dari tekanan suara Yudha, terasa kalau bapak muda itu kurang suka di perlakukan secara feodal.
“Ada Den, eh Mas,” sahut Asep lagi.
“Kalo gitu kamu berikan ke saya segera. Nanti saya carikan kamu lowongan pekerjaan ya. Mungkin jadi satpam atau office boy gitu deh,” kata Yudha lagi.
Kali ini tekakan suaranya lebih ramah setelah Asep merubah panggilannya dari Den ke Mas.
“Ijazahnya ada saya bawa di tas, Mas,” kata Asep.
“Kalo gitu selesai makan ini, lamaran kamu kita buat aja. Besok biar saya bawa ke kantor.”
“Terima kasih banget atuh, Mas,” kata Asep riang.
Cindy pun senang atas reaksi suami kakaknya itu yang terlihat sangat membantu.
***
Andre masih berendam di dalam bath tub dengan air hangat yang terasa nyaman membelai di tubuhnya yang lelah. Sementara itu Mas Fadly dan Mas Dharma melanjutkan percumbuan berdua saja. Mereka memberikan kesempatan untuk Andre istirahat sejenak memulihkan staminanya.
“Fad, entot Gue dong,” kata Mas Dharma pada Mas Fadly yang langsung mengangguk setuju.
“Licinin dulu kontol Gue pake mulut Elo dong,” kata Mas Fadly.
“Siniin,” kata Mas Dharma.
Mas Fadly segera berdiri tegak di depan Mas Dharma yang berjongkok. Kontolnya langsung di solomoti oleh Mas Dharma dengan lahap. Setelah di rasakan cukup, keduanya menghentikan oral itu. Mas Dharma lalu berbaring di lantai kamar mandi. Badannya di sandarkannya ke dinding. Mas Fadly berjongkok di hadapan Mas Dharma. Selangkangannya tepat di hadapan selangkangan Mas Dharma. Kemudian ia merenggangkan kedua paha sahabatnya itu lebar-lebar ke kiri dan kanan dan meletakkannya di atas pahanya sendiri.
Kemudian Mas Fadly menyorongkan kontolnya yang sudah tegak sekeras kayu memasuki lobang pantat Mas Dharma yang merekah. Perlahan-lahan kontol itu menembus masuk. Dari dalam bath tub , Andre mengawasi kedua ajudan Papanya itu. Setelah masuk, Mas Fadly langsung menggerakkan pantatnya. Gerakan yang cepat dan keras. Keduanya memang sudah terbiasa saling mengentot, jadi tidak perlu penyesuaian lagi. Gerakan pantat kedua ajudan itu saling berbalasan. Mereka mengerang-erang keenakan.
Jemari Mas Dharma meraba-raba seluruh tubuh kekar Mas Fadly yang basah oleh keringat. Ia terlihat sangat menikmati di sodomi oleh sahabat kentalnya itu.
“Fadddhhh… ohhh… Fadhhh… enak bangethhh… yahhh… yahhh… yahhh… ohhh… yang dalemmm… ohhh… ohhh… yahhh… yahhh…,” racau Mas Dharma.
“Hegghhh… heghhh… heghhh… heghhh… heghhh… hosshhh… hoshhh… ohhh… hohhh… hoshhh..,” racau Mas Fadly.
Menit-menit berlalu. Andre terus menonton persetubuhan dua ajudan yang ganteng dan jantan itu. Tenaganya di rasakannya mulai pulih. Ia kembali terangsang menonton pergumulan yang buas itu. Kontolnya yang kembali mulai mengeras di elus-elusnya dengan lembut. Namun ia tak berniat untuk mengganggu kenikmatan dua sahabat itu.
Sambil mengentot, keduanya sesekali berciuman. Ciuman yang penuh birahi. Selain itu Mas Fadly juga mennyElomoti ketiak Mas Dharma yang bersih dari bulu itu. Atau mengisap-isap pentil dada Mas Dharma seperti bayi menetek pada ibunya.
“Dharhhh… ohhh… ohhh… Gue nyampehhh… ohhh… ohhh..,” Mas Fadly mengerang.
Ia sudah orgasme rupanya, kontolnya di benamkannya dalam-dalam di lobang pantat sahabatnya itu. Mas Dharma menjerit tertahan, bahu lebar Mas Fadly di gigitnya menahan nikmatnya semburan sperma Mas Fadly yang membasahi rongga lobang pantatnya.
Setelah beberapa saat kedua tubuh kekar bersimbah keringat itu tergolek tak berdaya bertindihan.
“Mau Gue keluarin Dhar?” tanya Mas Fadly lirih pada sahabatnya.
Ia menyadari bahwa temannya itu belum menikmati orgasme sejak tadi.
“Enggak usah. Biar Mas Andre aja yang ngeluarin. Kayaknya dia udah ready
lagi tuh,” kata Mas Dharma mengerling pada Andre.
Andre yang terbaring di bath tub
mengangguk mengiyakan. Ia memang sudah siap untuk melanjutkan sesi selanjutnya.
“Sini Mas,” katanya mengundang Mas Dharme mendatanginya.
Kemudian Mas Dharma melangkah mendekati Andre yang sedang berbaring di dalam bath tub. Kontolnya mengacung tegak. Saat dientot Mas Fadly tadi, kontolnya juga tetap keras. Sepertinya ia sangat nyaman di sodomi. Seringkali saat di sodomi, kontol tidak bisa ngaceng karena merasa tidak nyaman atau kesakitan. Tapi Mas Dharma tidak rupanya.
Sambil berjalan, Mas Dharma menutup lobang pantatnya dengan jari telunjuk tangan kirinya. Ia tidak mau sperma Mas Fadly yang berkumpul di dalam rongga lobang pantatnya meleleh keluar. Ia pengen memasukkan kontol Andre dalam lobang pantatnya. Karena itu ia perlu pelumas, dan pelumas itu adalah sperma Mas Fadly.
“Mau ngentotin lobang pantat Saya, Mas Andre?” tanya Mas Dharma pada Andre.
“Siapa takut,” jawab Andre lucu.
Mas Dharma kemudian masuk kedalam
bath tub . Kedua kakinya di tekukkannya di samping paha Andre. Pantatnya kemudian di arahkannya tepat di atas kontol Andre. Setelah posisinya pas, Mas Dharma menurunkan pantatnya. Jarinya yang menyumpal lobang pantatnya di lepas. Sperma Mas Fadly menyembur keluar dari lobang pantat itu. membasahi batang kontol Andre. Mas Dharma langsung memasukkan kontol yang berlumuran sperma itu kedalam lobang pantatnya. Bless.
Tidak susah. Karena baik kontol Andre dan lobang pantat Mas Dharma licin oleh sperma milik Mas Fadly. Setelah masuk seluruhnya, keduanya mulai menggenjotkan pantat berbalasan. Air dalam bath tub langsung seperti berombak. Goyangan pantat mereka cepat dan menghentak-hentak. Sebagian air dari bath tub itu tumpah keluar.
“Isep kontol Saya, Mas Andrehhh… ohhh..,” pinta Mas Dharma.
“Ohhh… hoshhh… hoshhh… susah Mashhh..,” jawab Andre.
“Bisahhh… aohhh… bisahhh… tekukkan badanhhh… Mashhh… Andrehhh… dikithhh..,” kata Mas Dharma mengajari.
Andre mencoba apa yang di katakan Mas Dharma. Badannya di tekukkannya ke depan. Mulutnya mencoba menggapai kepala kontol Mas Dharma yang merah. Susah memang, tapi ia terus berusaha. Dan akhirnya bisa. Memang hanya kepala kontol Mas Dharma saja yang bisa di gapainya dengan mulutnya, tapi itu udah cukup. Dengan kuat Andre menyeruput kepala kontol itu. Mas Dharma keenakan. Ia menghentakkan pantatnya semakin kuat.
Gantian kini Mas Fadly yang nonton. Ia duduk di sudut kamar mandi melihat apa yang di lakukan sahabatnya beserta anak bosnya itu. Tangannya meremas-remas kontolnya sendiri sembari juga memilin-milin puting susunya.
“Ohhh… ohhh… ohhh… ohhh… ohhh…,” Mas Dharma mengerang-erang.
Tangan kanannya mengocok kontolnya secepat-cepatnya. Ia akan orgasme. Andre melepaskan mulutnya dari kontol Mas Dharma lalu menunggu orgasme ajudan itu. Beberapa saat kemudian dari lobang kencing Mas Dharma menyembur sperma kental. MElompat membasahi wajah ganteng Andre dan juga dada serta perutnya.
Tubuh Mas Dharma yang mengkilap karena cucuran keringat kElojotan. Wajahnya terlihat kepayahan, nafasnya mendengus-dengus. Mulutnya manyun, kulitnya memerah. Otot-ototnya mengencang.
Mas Dharma terus mengocok kontolnya sampai spermanya tak lagi menyembur. Nafasnya tersengal-sengal. Ia memandangi wajah Andre sambil tertawa senang. Sepertinya ia sangat puas dengan orgasmenya itu. Kemudian ia membungkukkan wajahnya, mulut Andre di ciumnya dengan ganas. Andre membalas tak kalah ganas.
“Mmm… cup… cup… cup… cup… cup…”
“Puas Masss… mmmppp?” tanya Andre di antara ciuman mereka.
“Mmm… uahhh… puas banget. Enak banget… mmm…,” sahut Mas Dharma. Ia tersenyum kegirangan.
“Mas, Andre nanggung nih,” kata Andre.
Kontolnya yang keras memang masih bersarang di dalam lobang pantat Mas Dharma.
“Sini Mas Andre, biar Saya bantu,” kata Mas Fadly menawarkan diri.
Ia berdiri mendekati kedua lelaki yang masih bertindihan di dalam bath tub
itu.
“Gak usah Fad, biar Gue aja,” kata Mas Dharma.
“Masih bisa Mas?” tanya Andre gak percaya.
Ia ragu ajudan satu ini masih sanggup setelah orgasmenya yang gila-gilaan tadi.
“Bisa. Santai aja,” jawab Mas Dharma mantap.
Mas Fadly pun kemudian duduk di samping bath tub. Tidak jadi membantu Andre orgasme.
Mas Dharma lalu kembali duduk. Kedua tangannya berpegangan pada sisi bath tub . Lalu pantatnya mulai bergerak naik turun. Kontol Andre kembali keluar masuk lobang pantat itu. Andre tak menduga stamina Mas Dharma ternyata kuat sekali. Pantes aja Mamanya doyan banget ngentot dengan ajudan ini. Pasti Mamanya berkali-kali orgasme di gempur oleh Mas Dharma, batin Andre.
Mas Fadly menonton dari tepi bath tub. Sesekali tangannya mengocok kontol Mas Dharma, sekaligus melakukan oral pada kontol besar yang mulai tegak keras itu.
Andre mencengkeram pinggang Mas Dharma kuat-kuat. Pantatnya di goyangkannya naik turun dengan keras dan menghentak. Air dalam bath tub tumpah ruah. Ia meluapkan seluruh gElora birahinya dengan menghajar lobang pantat ajudan ganteng itu.
“Boleh ikutan gak?” tanya Mas Fadly.
“Pengen ya? Ohhh… ohhh..,” tanya Mas Dharma.
“He eh. Abis kalian gila-gilaan sih,” sahut Mas Fadly.
“Gimana Mas Andrehhh..,” Mas Dharma meminta pendapat Andre.
“Hohhh… hohhh… boleh..,” jawab Andre.
Mereka bersiap-siap untuk ngentot bertiga. Andre dan Mas Dharma keluar dari dalam bath tub . Dengan sigap Mas Fadly langsung menungging di tepi
bath tub. Ia siap di sodomi. Mas Dharma bersimpuh di belakang Mas Fadly. Kontolnya langsung di masukkannya kedalam lobang pantat sahabatnya itu.
Di belakang Mas Dharma, Andre mengambil posisi. Di masukkan kontolnya ke lobang pantat ajudan ganteng itu. Ketiganya mengentot berantai. Pantat mereka bergerak-gerak berbalasan dengan cepat. Sambil mengentoti, Mas Dharma tak lupa mengocok kontol Mas Fadly. Ketiganya mengerang.
Persenggamaan itu mereka tuntaskan setelah beberapa menit kemudian. Ketiganya kembali orgasme untuk kedua kalinya. Andre orgasme dalam lobang pantat Mas Dharma, sedangkan Mas Dharma menyemburkan spermanya dalam lobang pantat Mas Fadly. Sementara sperma Mas Fadly menyembur deras membasahi dinding luar bath tub .
***
Usai makan malam, Cinta mengajak suami dan adiknya ke ruang keluarga. Meja makan segera di bereskan oleh sang pengasuh yang rupanya merangkap sebagai pembantu di rumah itu. Asep membantu sang pengasuh membereskan meja makan dan mencuci piring. Sekalian niatnya menggodain sang pengasuh, hehehe.
Saat berdua menjagai putri Cinta tadi, ketika Cinta dan Cindy mempersiapkan makan malam. Asep dan sang pengasuh sudah berkenalan. Surti nama pengasuh itu. Katanya pernah jadi nakerwati di Arab Saudi. Apakah memang sudah ada bakat gatel sejak dulu atau efek dari bekerja sebagai babu di Arab Saudi, Surti ini memang kecentilan banget di depan Asep.
Ketika Asep dengan sengaja mencolek-colek pantat dan payudaranya yang gede tadi, Surti enggak protes. Malahan dengan genitnya dia mencubit Asep, karena itu Asep jadi makin berani pada Surti. Tentu saja tanpa sepengetahuan tuan rumah. Seperti saat membereskan meja makan dan mencuci piring kali ini.
“Neng, akang boleh nanya?” bisik Asep pada Surti.
“Nanya apa Mas?” sahut Surti berbisik juga dengan logat jawanya yang medok.
“Eneng udah pernah ngerasain kontol apa enggak?”
“Ih… Mas Asep ini pertanyaannya nakal deh,” sahutnya kenes.
“Seep! Asep!” tiba-tiba dari ruang keluarga terdengar suara Cindy memanggil Asep.
Dengan buru-buru pemuda desa itu segera menuju ruang keluarga, tak sempat lagi menunggu jawaban Surti.

Serial Andre & CalvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang