#31 Penangkapan

7.5K 103 1
                                    

Andre akhirnya mengakui pada Doni dan Ichsan bahwa rekaman video yang sedang mereka tonton itu adalah rekaman adegan ngentotnya dengan Calvin. Pengakuan Andre itu tentu saja membuat Doni dan Ichsan tercengang.
“Gila! Nekat amat Lo buat rekaman kayak begini,” seru Doni sambil menunjuk adegan ngentot Andre dan Calvin yang sedang terpampang di layar televisi.
“Bukan Gue yang buat,” sahut Andre lirih. Andre kemudian menceritakan kejadian yang menimpa dirinya dan Calvin itu pada Doni dan Ichsan dengan panjang lebar. “Gue gak nyangka kalo rekaman itu bener-bener diedarkan di internet oleh peneror itu. Gua gak tau apa yang bakalan terjadi kalo bokap dan nyokap Gue tau tentang kejadian ini. Lebih parah lagi kalau peneror itu mengaitkannya dengan bokap Gue yang baru dilantik jadi menteri. Bisa-bisa seluruh Indonesia bakalan tau,” kata Andre mengakhiri ceritannya.
“Terus apa yang sudah Elo lakukan untuk mencari tau siapa peneror itu Ndre?” tanya Ichsan.
“Gue udah minta tolong sama seorang reserse untuk menyelidiki siapa peneror itu. Reserse ini Gue kenal dari Wisnu, Elo berdua taukan si Wisnu?” tanya Andre, Doni dan Ichsan mengangguk, “nah, reserse itu sudah menemukan orang yang diduga sebagai sang peneror, tapi bukti-buktinya bElon kuat,”
“Gue harap reserse itu bisa segera menemukan bukti-bukti itu Ndre. Gue prihatin banget dengan kejadian yang menimpa Elo ini,” kata Doni simpati.
“Makasih Don,”
“Gue pingin banget ngebantu, tapi Gue gak tau gimana,”
“Gue juga Ndre,” sambung Ichsan.
“Makasih banget Don, San,” sahut Andre lirih.
“Bokap Gue juga reserse Ndre, tapi mana mungkin Gue nyeritain hal ini sama dia, apalagi minta tolong ke dia,”
“Iya Don. Elo berdua udah simpati kayak gini aja udah cukup buat Gue. Kalo Elo nyeritain ke bokap Elo ya makin parah situasinya,” sahut Andre.
“Trus ngomong-ngomong siapa orang yang diduga sebagai peneror itu Ndre? Kalau Gue rasa pasti itu siswa SMA Dwi warna juga, karena kejadiannya di sekolah,” kata Ichsan.
“Lo bener San. Dari hasil penyelidikan Mas Sony …,” sahut Andre bermaksud menjelaskan tapi penjelasannya terpotong karena pertanyaan Doni.
“Sony nama reserse itu Ndre?” tanya Doni.
“Yup. Nama reserse itu Sony, menurut penyelidikan dia …,”
“Bentar,” lagi-lagi Doni memotong, “Namanya Sony?”
“Iya, tadi Gue kan udah bilang,”
“Apa nama panjangnya Ndre?”
“Waduh, Gue gak pernah nanya Don. Emang kenapa?”
“Nama bokap Gue juga Sony, Ndre,”
“Banyak nama orang Sony, Don. Selain itu juga bayak orang bernama Sony yang jadi reserse, bukan bokap Elo aja,” kata Ichsan nyeletuk ia tak sabar mendengar penjelasan Andre dan merasa terganggu karena Doni bolak-balik memotong penjelasan Andre.
“Oke, deh. Silakan dilanjutkan Ndre,” kata Doni akhirnya.
“Menurut penyelidikan Mas Sony ada tiga orang yang diduga sebagai peneror itu yaitu Cindy, David, dan Rafael. Berdasarkan data rekaman komunikasi ponsel Gue, sang peneror seringkali mengirimkan smsnya dari daerah Pondok Indah karena itu Mas Sony kemudian mencari data siswa SMA Dwi warna dan ternyata mereka bertiga tinggal disana,”
“Cindy bukannya pacar Elo Ndre?” tanya Doni.
“Mantan Don. Dia udah mutusin Gue,”
“O ya? Kenapa?”
“Dia merasa Gue kurang perhatian ke dia,”
“Elo sih, kebanyakan maen kontol dengan cowok, jadinya lupa dengan cewek sendiri,” kata Doni.
“Kayak Elo gak kebanyakan maen kontol aja Don,” balas Andre.
“Kayaknya banyakan Elo deh Ndre. Gue rasa kayaknya pantat Elo udah makin longgar aja,”
“Sialan Lo,”
“Bener Ndre. Seingat Gue lobang pantat Elo itu dulu sempit banget. Sekarang kayaknya udah enggak. Longgar gitu kalo dibandingin sama lobang pantatnya si Ichsan,”
“Ya pastilah gak sesempit lobang pantatnya si Ichsan. Dia kan jarang dianal. Kalo Gue sama kayak Elo sama-sama doyan dianal makanya pantat Elo juga udah agak longgar kayak pantat Gue. Kalo Elo gak percaya rasakan aja sendiri pake jari Elo,”
“Elo berdua kok jadi berantem soal lobang pantat sih? Udah deh,” kata Ichsan melerai.
“Iya nih si Doni, sama-sama pantat udah dower aja belagu,” kata Andre.
“Sorry Ndre. Lanjut deh ceritanya. Trus Rafael itu siapa? Kalo David Gue sih kenal, anak basket juga kan?”
“Yoi. David emang anak basket juga. Nah, Rafael itu adiknya si David,”
“Pantes Gue gak tau. Rafael masuk sekolah setelah Gue lulus ya?”
“Yup. Nah, mereka bertiga itulah yang mungkin meneror Gue dan Calvin. Masalahnya adalah sampai sekarang belon bisa diketahui siapa diantara mereka yang melakukannya,”
“Elo sendiri punya kecurigaan gak, siapa kira-kira diantara mereka pelakunya?” tanya Ichsan.
“Gue rasanya kayaknya si Rafael deh. Karena pas kejadian itu Gue yakin Cindy dan David enggak berada di sekolah lagi,”
“Trus kenapa Elo gak minta tolong aja ke David buat nanyain adiknya,” kata Doni.
“Don, Don, ada-ada aja Lo. Mana mungkin David mau nanyain soal gituan ke adiknya,” samber Ichsan.
“Iya nih si Doni ada-ada aja,” tambah Andre. “Perasaan Gue, kayaknya Elo makin tulalit aja deh sejak masuk Akmil, hehehe,”
“Bener Lo Ndre. Jangan-jangan si Doni kebanyakan kena pukulan benda keras di kepalanya nih oleh senior-seniornya di Akmil, makanya otaknya jadi agak bermasalah, hehehe,”
“Ngaco Lo, mana ada Gue kana pukulan benda keras di kepala yang bener adalah kena pukulan benda keras tumpul plus sodokan-sodokan nikmat di lobang pantat Gue oleh senior-senior yang jantan-jantan dan cakep-cakep, hahahaha,” sahut Doni sambil terbahak-bahak. Mendengar jawaban Doni membuat Andre dan Ichsan ikutan tertawa terbahak-bahak juga.
***
Malam semakin larut.
Andre, Doni, dan Ichsan kemudian mengulangi lagi persetubuhan sejenis mereka di ruang tamu rumah Ichsan usai menonton rekaman video ngentot Andre dan Calvin. Andre terlupa akan rencananya untuk ke rumah Calvin dan asik memuaskan gairah remajanya yang liar bersama dua sahabatnya yang ganteng-ganteng dan jantan-jantan itu.
Sementara itu pesta ngentot di apartemen Papa Calvin terus berlanjut. Para lelaki yang ada di dalam apartemen itu berganti-gantian saling kentot-mengentot. Tak ada lobang pantat yang tak dimasuki kontol dan tak ada kontol yang tak memasuki lobang pantat.
Papa Calvin yang merasakan staminanya kembali pulih setelah beristirahat tadi kini melakukan perburuan lobang pantat. Satu per satu cowok yang tadi belum sempat dikentotnya kini dikentoti oleh Papa Calvin bergantian. Papa Calvin mungkin tak mau rugi karena nanti akan membayar cowok-cowok itu apabila tak menikmati lobang pantatnya. Akhirnya pada pukul satu dini hari pesta ngentot itu berakhir. Semua cowok yang hadir di pesta ngentot itu tidur pulas karena kelelahan setelah memuaskan birahi mereka.
***
Keesokan paginya.
Papa dan Mama Andre sudah berpakaian rapi. Mereka sudah siap berangkat menghadiri acara serah terima jabatan dari pejabat Menteri Dalam Negeri yang lama kepada Papa Andre selaku pejabat Menteri Dalam Negeri yang baru.
Sebelum berangkat kedua orang tua Andre sarapan pagi terlebih dulu. Mbak Minah sigap melayani sarapan kedua majikannya itu. Hidangan nasi goreng yang merupakan menu favorit sarapan keluarga Andre sudah terhidang di atas meja makan lengkap dengan segala menu pelengkapnya. Ada ayam goreng, telur dadar, tomat dan timun potong, plus acar. Dengan lahap Papa dan Mama Andre melahap hidangan sarapan pagi yang telah disiapkan oleh pembantu setia mereka itu.
“Bu,” kata Mbak Minah sesopan mungkin memecah keheningan saat Papa dan Mam Calvin sarapan.
“Iya Mbak Minah, ada apa?” tanya Mama Andre lembut.
“Kemaren sore Mas Andre sudah pulang, tapi kemudian pergi lagi ke rumah temannya,” kata Mbak Minah menjelaskan.
“Andre sudah pulang? Kok cepat sekali ya?” tanya Papa Andre pada dirinya sendiri.
“Latihan jasmaninya apa sudah selesai Mbak?” tanya Mama Andre pada Mbak Minah.
“Kata Mas Andre sudah bu,” sahut Mbak Minah.
“Ya udah, kalau nanti Andre pulang, bilang jangan kemana-mana ya Mbak,” kata mama Andre lagi.
“Baik bu,” sahut Mbak Minah.
“Christian kok enggak menelepon saya kalau latihan jasmani mereka sudah selesai. Ada apa ya?” celetuk Papa Andre lagi.
“Papa harus tanyakan langsung pada Christian soal itu. Jangan lupa Papa nanti telepon dia,” pesan Mama Andre pada suaminya.
Papa Andre mengangguk mengiyakan sambil menyantap nasi gorengnya.
Sementara itu Dadang dan Yusuf juga sudah berpakaian rapi sejak tadi. Kedua ajudan ganteng itu terlihat sangat gagah menggenakan seragam safari warna hitam yang ngepas di badan mereka. Keduanya sudah sarapan pagi sebelumnya. Kini mereka duduk di teras menunggu Papa dan Mama Andre selesai sarapan.
“Dang, kira-kira kita bakalan diganti gak ya?” tanya Yusuf pada Dadang.
“Maksud Elo?” tanya Dadang balik pada Yusuf.
“Bapak kan sudah diangkat jadi menteri. Biasanya kalau menteri, ajudannya kan dari militer. Bukan kita yang dari sipil,”
“Benar Lo Suf. Mudah-mudahan meski sudah ada ajudan yang dari militer, kita tetap dipertahankan ya,”
“Gue juga maunya gitu Dang. Kalau kita jadi ajudan menteri, urusan kita kemana-mana kan bisa lebih gampang,”
“Makanya Lo harus bisa puasin Bapak dan Ibu supaya tetap dipertahankan, hehehe,” kata Dadang terkekeh.
“Gue sih sudah maksimal Dang. Pantat sama kontol Gue udah habis-habisan nih buat muasin Bapak dan Ibu yang sama-sama maniak sex itu, hehehehe. Elo sendiri gimana?”
“Sama Suf, hehehe,”
Kedua ajudan itu terkekeh.
***
Papa Calvin sedang berdiskusi dengan Antonius, Sony, dan Christian di dalam kamar yang ada di apartemen miliknya. Sengaja Papa Calvin mengajak mereka bertiga berdiskusi di dalam kamar agar pembicaraan mereka tidak terdengar oleh kedua puluh cowok yang sedang menantikan bayaran mereka dari Papa Calvin di ruang tamu apartemen.
“Jadi gimana selanjutnya Ton?” tanya Papa Calvin pada Antonius.
“Begini Mas, setelah uang pembayaran Mas berikan pada mereka kita suruh mereka pulang semua. Saya sudah menelepon teman reserse yang akan menangkap Dion dan kini mereka sudah menanti di depan apartemen. Saya sudah pastikan pada mereka agar membiarkan dulu Dion membagi-bagikan uang kepada semuanya. Karena saya tidak mau mereka tidak menerima haknya apabila Dion sudah ditangkap sebelum uang itu dibagikan Mas,”
“Kamu betul Ton. Meskipun jadi gigolo itu gak bener, tapi merekakan sudah memberi kepuasan untuk kita semua. Saya gak mau mereka enggak menerima uang hasil keringat mereka memuaskan kita,” sahut Papa Calvin.
“Setuju,” sambung Sony sambil cengengesan.
“Setelah semuanya beres, baru kemudian Dion akan ditangkap. Gimana Mas?”
“Saya setuju sekali Ton,” sahut Papa Calvin.
“Gimana kalau David dan Rafael sekalian aja ditangkap Ton,” kata Sony.
“Emang David dan Rafael terlibat juga urusan dengan Desi, Son?” tanya Papa Calvin.
“Bukan Mas. Ada kasus lain yang sedang saya tangani dan dugaan saya salah satu dari mereka adalah pelakunya,” jawab Sony.
“Kasus apa itu Son?” tanya Papa Calvin.
“Mohon maaf Mas Gun, saya tidak boleh menceritakan sebuah kasus pada pihak-pihak yang tidak terkait. Mohon maaf Mas Gun,” sahut Sony.
“Oke, oke. Saya paham dengan hal itu,” sahut Papa Calvin. Ia tak lagi menanyakan soal itu pada Sony. Andai saja Papa Calvin tahu kasus yang dimaksudkan oleh Sony itu terkait dengan Calvin, anak semata wayangnya, entah apa yang akan terjadi.
“Bukti-bukti tentang mereka berdua kan belum kuat Mas. Dasar bukti apa kita menangkap mereka?” tanya Antonius pada Sony.
“Bener juga ya,”
“Menurut saya penyelidikan terhadap dua bocah itu mendingan dilanjutkan sampai ketemu bukti yang kuat,” kata Antonius.
Sony mengangguk setuju dengan pendapat Antonius itu.
Setelah berdiskusi, keempatnya kemudian keluar dari dalam kamar. Mereka akan menemui Dion dan teman-temannya yang telah menunggu pembayaran. Papa Calvin telah mengantongi uang tunai untuk membayar kedua puluh cowok itu.
Di ruang tamu cowok-cowok muda yang ganteng-ganteng dan jantan-jantan telah duduk rapi menunggu kedatangan Papa Calvin. Begitu melihat Papa Calvin keluar dari kamar berserta Antonius, Sony, dan Christian, mereka langsung tersenyum senang. Papa Calvin tak berlama-lama menahan mereka. Uang tunai yang ada di kantongnya langsung diserahkannya pada Dion. Setelah menerima uang itu Dion dan teman-temannya langsung pamit.
“Jangan lupa ajak-ajak kita lagi Om, kalau ada acara,” kata Dion riang pada Papa Calvin dan kemudian mencium bibir Papa Calvin buas.
Papa Calvin membalas ciuman Dion itu dengan tak kalah buas. Dalam hati Papa Calvin berkata, “Kamu boleh gembira sekarang, tapi sebentar lagi kamu akan ditangkap Yon!”
Setelah Dion dan semua temannya pergi dari apartemen, Antonius langsung menelepon dua reserse temannya yang sudah berjaga-jaga di dalam mobil. Tanpa diketahui oleh Dion, saat mobil Honda Jazz milik Tody yang ditumpangi oleh Dion berjalan, mobil yang dikendarai kedua reserse itu juga berjalan mengikuti perjalanan Dion.
***
Andre dan Doni pamit pada Ichsan. Dengan mengendarai kendaraan mereka masing-masing, keduanya menuju rumah Calvin beriringan. Gara-gara ngentot bertiga dengan Andre dan Ichsan, Doni lupa untuk menjemput adiknya dari rumah Calvin semalam. Namun setelah menghubungi Silvia dan memastikan adiknya itu sudah pulang ke rumah, Doni lega dan ikut ke rumah Calvin bersama Andre karena ingin mengenal cowok itu.
Tak lama keduanya telah tiba di rumah Calvin. Andre dan Doni kini sedang menunggu di depan pintu rumah Calvin. tak lama pintu itu membuka dan muncullah Calvin dari balik pintu. Cowok itu terlihat gembira menyambut kedatangan Andre.
“Hai Vin,” sapa Andre riang.
“Hai Ndre,” sahut Calvin riang.
“Ini Doni. Lo kenal kan. Dia ini mantan Ketua OSIS sebelum Gue,”
“Ya kenallah. Doni mungkin yang gak kenal sama Gue,” sahut Calvin.
Doni cuman mesem doang. Doni menatap Calvin dari atas kebawah. Ia langsung horny melihat cowok ganteng turunan Tionghoa itu. Hehehe.
“Ayo masuk,” ajak Calvin masuk kedalam rumah.
Andre dan Doni lalu masuk kedalam rumah Calvin.
“Ngomong-ngomong Lo berdua kok bisa barengan dateng pagi-pagi begini ke rumah Gue? Abis darimana?” tanya Calvin.
Andre dan Doni saling tatap sesaat sebelum kemudian dengan cepat Andre menjawab, “Dari rumah Gue, Vin. Gue sengaja emang mau datang pagi-pagi kemari. Gue gak enak sama Elo karena semalem gak jadi dateng. Pas Gue mau berangkat, Doni nelepon, ya udah Gue ajak aja ketemu di depan rumah Elo”
“Gue nungguin Elo semalaman Ndre. Gue telepon, ponsel Elo mati,” kata Calvin lagi.
“Iya Vin, sorry. Gue emang matiin ponsel. Semalem, badan Gue capeeeek banget. Gue ketiduran. Jadinya batal ke rumah Elo,” sahut Andre lagi berbohong.
“Gak papa. Gue maklum kok, Elo pati capek banget sepulang latihan jasmani. Eh, udah pada sarapan? Gue mau sarapan nih sama mama,” kata Calvin.
“Kebetulan banget Vin. Gue sama Doni bElon sarapan,” sahut Andre.
“Kalo gitu Elo berdua ikut sarapan aja ya,”
“Oke,” sahut Andre.
“Makasih banget nih Vin. Gue jadi gak enak nih, baru dateng langsung diajak sarapan,” kata Doni.
“Santai aja Don. Lo berdua tunggu disini sebentar ya. Gue panggil mama dulu ke kamarnya,”
Andre dan Doni mengangguk. Keduanya kemudian duduk di sofa ruang tamu menunggu Calvin yang akan memanggil mamanya di kamar.
“Cepet banget Lo nyari alasan untuk ngebohongin Calvin, Ndre,” celetuk Doni begitu sosok Calvin hilang dari ruang tamu.
“Habis mo gimana lagi Don. Gak mungkinlah Gue bilang sama dia, kalo semaleman kita ngentot bareng Ichsan,” sahut Andre nyengir.
Doni pun ikutan nyengir mendengar jawaban Andre.
“Ngomong-ngomong gimana ceritanya Lo kenal sama si Calvin, Ndre?”
“Gue dikenalin sama Pak Simangunsong Don,”
“Maksud Elo?”
“Ya dikenali gitu,”
“Kok bisa?”
“Kok bisa gimana maksud Lo?”
“Maksud Gue, emangnya Pak Simangunsong doyan cowok juga? Kok dia bisa kenalin Elo sama si Calvin,”
“Gila aja Lo. Lagian juga kalo seandainya Pak Simangunsong doyan cowok, Gue juga gak bakalan mau sama dia. Tampang sadis begitu mana bisa bikin horny,”
“Terus gimana ceritanya?”
“Gue butuh orang untuk bantuin Gue belajar. Pak Simangunsong menawarkan ke Gue untuk dibantu Calvin. Gitu ceritanya,”
“Emang sih, kelihatannya si Calvin itu pinter anaknya,”
“Pinter dan cakep. Makanya Gue mau, hehehe,”
“Dasar maniak Lo,”
“Sama maniaknya dengan Elo kan,”
“Hehehe,”
“Hehehe,”
***
Rombongan Dion berkumpul di kos-kosan Ricky terlebih dahulu sebelum pulang ke tempat masing-masing. Kos-kosan itu memang paling tepat sebagai tempat mereka berkumpul untuk membagi-bagikan uang hasil kerja mereka semalam.
Dion sedang membagi-bagikan uang sesuai jatah masing-masing. Semuanya gembira ria karena mendapatkan uang yang banyak bermodalkan kontol mereka doang. Cowok-cowok yang merelakan keperjakaan mereka untuk dinikmati pertama kali oleh Papa Calvin terlihat paling gembira karena mereka mendapatkan bagian yang lebih besar dibandingkan yang lain.
“Gimana Din? Menyesal kau menjual keperjakaanmu?” tanya Albert pada Dino, sahabatnya.
“Ya enggaklah. Kalo aja keperjakaanku bisa balik lagi, bakalan aku jual sekali lagi Bert,” sahut Dino nakal.
“Betul Lo Din,” celetuk Delfi mendengar jawaban Dino.
Rame-rame mereka semua tertawa mendengar pembicaraan Albert dan Dino yang ditimpali oleh Delfi itu.
Setelah semuanya menerima uang bagiannya masing-masing, cowok-cowok itu belum langsung pulang. Mereka ngobrol-ngobrol di kosan Ricky. Tentu saja pembicaraan mereka banyak membahas hal-hal yang berhubungan dengan bisnis sex sejenis. Cowok-cowok yang sudah berpengalaman bertukar cerita apa-apa yang mereka alami saat melayani nafsu bejat pria-pria yang membayar mereka. Banyak pengalaman baik namun ada juga beberapa pengalaman jelek, seperti yang pernah dialami Albert saat melayani Mas Yance.
“Sial, aku dikasih si Ricky banci hancur. Udah jelek dan sisi kali orangnya, minta pantat pula dia,” kata Albert dengan logat Medannya yang kental.
“Sial banget Lo Bert, hehehe,” kata Hendra.
“Lo kasih pantat dia Bert?” tanya Dion.
“Terpaksalah kukasih,”
“Pantes Lo lama banget waktu itu Bert, rupanya dia masukin pantat Elo juga. Kok mau sih Elo kasih pantat orang kayak dia itu, bukannya Elo biasanya selektif banget ngasih pantat Elo ke orang, Bert?”
“Soalnya dia banyak duit. Sayang juga dilewatkan. Mana aku lagi perlu duit pula, hehehe,”
“Kasihan kali kau Bert,” kata Dino.
“Kaupun nanti akan merasakan kayak gitu juga Din. Tinggal tunggu waktu aja,”
“Tapi aku tak maulah ngasih pantatku ke orang kayak si Yance itu,”
“Sekarang kau bisa bilang begitu. Nanti ketika sudah di kamar berdua dan ditawarinya kau duit banyak, pastilah tak bisa kau menolaknya,”
“Kenapa Elo kasih Albert orang kayak gitu Rick?” tanya Dion.
“Sebenarnya dia mintanya Asep. Tapi Asep gak bisa ngaceng ngelihat dia. Mau gak mau Gue harus cari ganti. Albert lah yang Gue pilih, karena kebetulan Albert lagi kosong dan Albert inikan udah Gue tau banget gimana dia. Mau dunia ini kiamat kalo namanya disuruh ngentot dengan siapapun bisa ngaceng dia, hehehe,” sahut Ricky.
Asep hanya tersipu-sipu mendengar percakapan itu.
Setelah hampir satu jam ngobrol-ngobrol, Dion kemudian pamit pulang. Tentu saja pamitnya Dion diikuti juga oleh David dan rafael serta teman-teman mereka.
“Makasih banyak Yon. Kalau ada acara lagi, jangan lupa kontek kita-kita,” pesan Ricky pada Dion saat melepas kepulangan Dion dan rombongannya.
“Pasti Rick,” sahut Dion.
Selama dua puluh cowok itu ngumpul di kos Ricky, selama itu pula dua reserse yang bertugas mengintai Dion menunggu di mobil tak jauh dari rumah kos Ricky. Begitu melihat Dion dan rombongannya keluar dari rumah Ricky, kedua reserse itu segera bersiap-siap untuk kembali menguntit perjalanan Dion dan rombongannya itu. Begitu mobil milik Tody dan Randy berjalan meninggalkan kos Ricky, kedua reserse itu kembali mengikuti dengan mengendarai kendaraan mereka.
Mobil milik Randy dimana didalamnya ada David ternyata berpisah jalur dengan mobil milik Tody yang didalamnya ada Dion dan Rafael. Mobil Tody berjalan menuju kawasan Pondok Indah. Rupanya Dion dan Rafael hendak langsung pulang ke rumah mereka sementara David dan teman-temannya rupanya masih akan melanjutkan perjalanan mereka lagi.
Tak lama tibalah mobil milik Tody di rumah yang dihuni oleh keluarga Dion di kawasan Pondok Indah. Dion dan Rafael kemudian turun dari dalam mobil. Setelah berbasa-basi sejenak, Tody kemudian menjalankan mobilnya meninggalkan rumah itu. Begitu mobil Tody telah berlalu kedua reserse yang mengintai Dion tidak jauh dari rumah itu langsung keluar dari dalam mobil dan berjalan cepat menuju rumah Dion.
“Dion!” seru salah seorang reserse dengan suara keras memanggil.
Dion dan Rafael yang sedang bersiap-siap masuk kedalam rumah langsung menolehkan pandangan mereka kearah suara yang memanggil nama Dion.
“Elo manggil Gue?” tanya Dion bingung pada pria yang memanggilnya tadi. Rafael hanya diam mengamati.
“Ya. Selamat pagi Dion,” sahut reserse itu lagi.
“Mohon maaf, Elo siapa? Kok Elo bisa kenal Gue?” tanya Dion sambil menatap bingung pada pria yang tak dikenalnya itu. Tatapannya berganti-ganti memandang pada pria yang memanggilnya dan pria satu lagi yang hanya diam dan menatap tajam pada Dion.
Kedua reserse itu memiliki wajah yang tampan. Mereka berdua menggenakan baju kaos ukuran ngepas yang membalut tubuh kekar mereka dan celana jeans belel yang membalut kaki keduanya yang panjang dan berotot. Penampilan mereka yang seperti orang kebanyakan itu tentu saja membuat Dion dan Rafael tidak mengetahui bahwa keduanya adalah reserse.
Kedua reserse tampan dan gagah itu adalah sahabat Sony dan Antonius yang sama-sama doyan ngeseks dengan sejenis. Ingat pesta seks berdelapan yang pernah terjadi di rumah Antonius?(Kalo gak inget, baca lagi deh bagian 21). Nah, mereka berdua ini juga ikutan di pesta seks itu bersama dengan Andre, Sony, Antonius, Wisnu, dan dua orang polisi lalu lintas yang juga ganteng dan jantan.
Sony dan Antonius memang memiliki jaringan di lingkungan kepolisian yang terdiri dari polisi-polisi yang hobi ngentot sejenis. Jaringan mereka itu semuanya lulusan Akpol dan tersebar di beragam kesatuan dan memiliki berbagai keahlian. Ada yang di reskrim, lantas, narkoba, dan lain-lain. Polisi-polisi itu sebenarnya bukan gay. Sex sejenis mereka lakukan hanya sekadar memuaskan nafsu semata.
Mereka semua mengenal sex sejenis saat mengenyam pendidikan sebagai taruna di Akpol. Seperti apa yang dialami oleh Dharma, Fadly, Yusuf, Dadang, dan teman-teman mereka di STPDN, para polisi ini jadi doyan kontol dan lobang pantat karena ditularkan juga oleh senior-senior mereka.
“Saya Bayu dan teman saya ini Ali. Kami berdua ditugaskan untuk menangkap Anda sekarang,” sahut sang reserse menjawab pertanyan Dion.
“Menangkap? Memangnya kalian siapa dan alasan apa kalian menangkap saya?” tanya Dion kebat-kebit. Jantungnya berdegup kencang. Rafael yang ikut mendengarkan kata-kata reserse itu juga langsung panik.
“Kami berdua reserse. Ini surat tugas kami,” kata reserse bernama Bayu dan kemudian mengambil surat tugas yang sudah agak lecek dari saku celana jeansnya. “Anda kami tangkap sehubungan dengan pengaduan dari orang tua seorang gadis bernama Desi. Anda diduga sebagai penyebab kematian gadis bernama Desi itu,” sambung Bayu dengan suara tegas dan berwibawa.
Dion langsung pucat pasi. Cowok ganteng itu tak tahu harus berbuat dan menjawab apa. Ia panik. Dengan tanpa perlawanan Dion kemudian dibawa oleh Bayu dan Ali menuju mobil yang mereka parkir tak jauh dari rumah itu.
Rafael hanya bisa memandang apa yang terjadi dengan penuh kebingungan dan kepanikan. Untuk beberapa saat remaja ganteng itu hanya mElongo ditempatnya berdiri sampai mobil yang membawa Dion berlalu. Tiba-tiba Rafael tersadar dan kemudian langsung mengambil ponsel dari sakunya dengan terburu-buru ia menekan nomor telepon Sonya, kakak tertuanya.
***
Pesan singkat masuk ke ponsel Antonius. Saat itu reserse turunan India itu masih berkumpul bersama dengan Papa Calvin, Antonius, dan Christian di apartemen. Pesan itu datang dari ponsel milik Ali. Isi pesan itu pendek saja: “TUGAS SUDAH DILAKSANAKAN”.
Setelah membaca pesan itu Antonius langsung berkata pada papa Calvin, “Mas Gun, Dion sudah ditangkap,” katanya.
Papa Calvin tersenyum lebar. Ia gembira sekali mendengar kabar dari Antonius. Kemudian Papa Calvin mengambil ponselnya dan menekan nomor ponsel istrinya. Beberapa saat Papa Calvin menunggu panggilan ponselnya tersambung dan diterima oleh Mama Calvin.
“Ma, Dion sudah ditangkap,” kata Papa Calvin membuka percakapan ketika istrinya sudah menerima panggilan ponselnya. Papa Calvin dan Mama Calvin berbicara cukup lama melalui ponsel. Sepanjang pembicaraan ekspresi Papa Calvin terlihat sangat senang. Antonius, Sony, dan Christian ikut merasa senang juga melihat hal itu.
Selesai berbicara dengan istrinya, Papa Calvin kemudian menatap Antonius, Sony, dan Christian bergantian. Ia memandang mereka bertiga dengan senyum lebar. Kemudian papa Calvin berkata,” Saya senang sekali pagi ini. Saya mengucapkan terima kasih sekali atas bantuan kalian, khususnya kamu Ton,”
“Gak usah dipikirin Mas Gun. Sebagai manusia kitakan harus saling tolong-menolong,” sahut Antonius diplomatis.
Papa Calvin kemudian berjalan menuju sebuah lemari kecil yang ada di sudut ruangan apartemen itu. Tak lama ia kembali membawa sebuah amplop besar warna coklat yang bengkak isinya. “Sebagai tanda penghargaan saya mohon kalian mau menerima sedikit pemberian dari saya,” kata Papa Calvin.
Sudah pasti didalam amplop bengkak itu isinya uang dengan jumlah yang sudah pasti tidak sedikit seperti basa-basi Papa Calvin tadi.
“Apa itu Mas Gun. Sayakan gak minta bayaran,” jawab Antonius cepat.
“Ini bukan bayaran Ton. Ini tanda penghargaan saya. Mohon nanti semua teman-teman yang telah membantu juga dibagi ya,” pesan Papa Calvin sambil menyerahkan amplop itu ke pangkuan Antonius.
“Saya jadi gak enak nih, Mas Gun,” kata Antonius tak lagi menolak. Siapa juga yang bakal menolak dikasih uang sebanyak itu, hehehe.
“Mohon diterima dengan ikhlas ya Ton,” kata Papa Calvin lagi.
Antonius tak menjawab lagi. Tentu saja ia menerima uang itu dengan segala keikhlasan, hehehe. Sony dan Christian terlihat melirik-lirik ke amplop itu. Tentu saja mereka juga berharap dapat cipratan, hehehe.
“Oke, sebelum kita berpisah saya ada sebuah permintaan kepada kalian bertiga,”
“Apa itu Mas Gun?” kali ini Sony yang bertanya.
“Saya minta kalian bertiga kentot lobang pantat saya bergantian sekarang,” kata Papa Calvin dengan senyum binal sambil melepaskan celananya dan langsung duduk mengangkang di atas sofa.
Mendengar permintaan Papa Calvin itu Antonius, Sony, dan Christian langsung bersiap diri. Ketiganya serta merta melepaskan celana mereka. Dengan gaya sesopan-sopannya Sony dan Christian mempersilakan kepada Antonius untuk mengentoti Papa Calvin giliran pertama. Antonius mengocok kontol gemuk panjangnya yang hitam sejenak. Setelah kontol itu keras total dilumurinya batang kontol itu dengan ludahnya sebanyak-banyaknya. Beberapa saat kemudian batang kontol itu sudah dimasukkannya kedalam lobang pantat Papa Calvin. Erangan kenikmatan dari mulut Papa Calvin dan Antonius serta-merta memenuhi ruangan apartemen itu.
***
Mama Calvin berpelukan erat penuh kebahagian dengan Calvin begitu mendapat kabar dari Papa Calvin tentang penangkapan Dion. Kebahagiaan Calvin dan mamanya di ruang makan itu disaksikan oleh Andre dan Doni yang ikut sarapan bareng disana.
Mama Calvin kemudian meninggalkan ruang makan bermaksud hendak menelpon Tante Rini. Tinggallah Calvin, Andre, dan Doni bertiga di ruang makan. Doni yang masih bingung dengan kebahagian Calvin dan mamanya bertanya apa yang terjadi. Calvin kemudian menjelaskan dengan singkat kejadian yang menimpa Desi dan kaitannya dengan penagkapan Dion. Setelah mendapatkan penjelasan dari Calvin barulah Doni mengerti apa yang sedang terjadi.
“Syukurlah, kalau begitu,” kata Doni. “Mudah-mudahan setelah masalah ini selesai masalah Elo berdua juga cepat selesai,”
“Maksud Elo?” tanya Calvin bingung dengan kalimat Doni. Ia belum tahu kalau Andre sudah menceritakan apa yang terjadi pada mereka pada Doni.
“Sorry Vin, Gue udah nyeritain soal peneror kita itu ke Doni,” kata Andre.
Raut wajah Calvin terlihat kurang suka mendengar Andre telah menceritakan apa yang terjadi pada mereka berdua pada Doni.
“Santai aja Vin, Gue gak akan nyeritain ke siapapun,” kata Doni. “Gue kan juga punya hobi yang sama dengan Elo dan Andre,” sambung Doni sambil tersenyum penuh arti pada Calvin.
Mendengar kalimat Doni itu raut wajah Calvin beruba. Tidak lagi kurang suka seperti tadi. Sesaat kemudian Calvin tersenyum pada Doni. Senyum penuh arti juga.
“Gue pengen ngentot nih,” bisik Calvin kemudian, “Udah lama banget Gue gak ngentot dengan cowok,”
“Boleh aja. Lo mau sekarang?” samber Doni cepat. Ia tak mau kehilangan kesempatan atas penawaran Calvin itu. Taruna Akmil ini dari tadi emang udah gak sabar pingin ngerasain Calvin.
“Ngaco Lo. Mana mungkin sekarang. Mamanya Calvin kan ada disini,” kata Andre sambil menatap Calvin. Ia kaget juga Calvin tiba-tiba jadi nekat seperti itu.
“Gak papa kok Ndre. Mama lagi senang, dia pasti gak akan mikirin Gue beberapa saat. Jadi kita bebas. Mending sekarang kita ke kamar Gue. Kita ngentot disana,” kata Calvin dengan suara lirih tanda birahinya sudah memuncak.
“Yakin Lo?” tanya Andre.
“Yakin! Ayo kita naik,”
Calvin kemudian membawa Andre dan Doni ke kamarnya. Begitu sampai dikamarnya Calvin langsung mengunci pintu dari dalam. Tanpa banyak bicara ketiga remaja ganteng itu langsung menelanjangi diri masing-masing.
***
Dion tiba di kantor polisi. Bayu dan Ali, dua reserse yang menangkap Dion langsung membawa Dion ke ruangan penyidikan untuk persiapan membuat BAP. Sambil menunggu persiapan membuat BAP, Dion duduk menunggu sambil menonton televisi yang ada di ruangan itu.
Volume suara televisi itu sangat kecil sekali, sehingga Dion tidak bisa mendengar apa yang sedang disiarkan dilayar televisi. Saat itu siaran televisi sedang menayangkan kilasan berita tentang serah terima jabatan dari pejabat lama menteri dalam negeri dengan pejabat baru menteri dalam negeri yang tak lain adalah Papa Andre.
Dion serius menyaksikan tayangan kilasan berita yang tak dapat didengarnya suaranya itu. Ia mengamati dengan sungguh-sungguh sosok pejabat baru menteri dalam negeri itu. Menteri dalam negeri yang baru itu meski sudah setegah baya terlihat masih gagah dan tampan berdampingan dengan istrinya yang juga sama-sama setengah baya namun masih tetap cantik dan bertubuh kencang.
Dion merasa pernah mengenal menteri dan istrinya itu. Otaknya berusaha keras mencari memori tentang kedua sosok itu dalam file-file ingatannya. Terlalu banyak orang yang sudah dikenalnya selama ini sehingga agak sulit juga Dion menemukan memori tentang kedua orang itu.
Saat Dion sedang mengingat-ingat kedua orang itu tiba-tiba lengannya direnggut oleh Bayu. “Ayo, Dion. Kita buat BAP kamu,” kata Bayu.
Dion kemudian berjalan mengikuti Bayu menuju meja tempat duduk Ali, reserse yang satu lagi. Ali sudah siap didepan komputernya untuk mewawancarai Dion dan langsung menuangkan hasil wawancaranya menjadi BAP ke komputer. Dion dipersilakan oleh Bayu untuk duduk didepan meja Ali. Dion patuh dan duduk di kursi yang sudah tersedia disitu. Saat duduk itulah Dion tiba-tiba teringat pada kedua sosok yang tadi dilihatnya di televisi.
”Astaga, yang tadi itu Om Handoko dan Tante Yosefa!” seru Dion keras tanpa sadar.
“Siapa Om Handoko dan Tante Yosefa?” tanya Ali pada Dion, langsung merespon seruan cowok itu.
Dion terdiam.

Serial Andre & CalvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang