#35 Made

13.8K 156 39
                                    

Keesokan paginya.
“Apa kabar anak Mama?” tegur Mama Andre hangat menyambut kedatangan Andre ke meja makan.
Di meja makan sudah duduk papa dan mamanya Andre yang sedang sarapan berdua.
“Andre baik-baik aja Ma. Andre rindu banget sama mama dan papa,” sahut Andre dan kemudian memeluk mama dan papanya bergantian. “Selamat ya Pa, atas pelantikannya jadi menteri,” kata Andre sekalian mengucapkan selamat saat memeluk papanya.
“Terimakasih Ndre. Papa senang sekali kamu sudah pulang. Ngomong-ngomong kenapa kamu gak ngelanjutin latihan jasmani kamu? Papa tanya ke Christian katanya papa harus nanya langsung ke kamu,” kata Papa Andre. Rupanya sang papa sudah menghubungi Christian menanyakan soal ini.
“Maafin Andre ya Pa. Setelah Andre jalanin latihan jasmani itu, Andre merasa tidak cocok untuk jadi tentara Pa. Hidup jadi tentara itu terlalu berat, Andre rasanya gak sanggup,” sahut Andre.
“Terus kamu mau ngapain setelah lulus nanti sayang?” tanya Mama Andre pada anaknya itu.
“Andre coba ujian masuk perguruan tinggi aja. Kalau papa dan mama mengijinkan Andre pingin juga nyoba kuliah di luar negeri,”
“Kuliah di luar negeri? Kamu pingin kuliah di negara apa sayang?” tanya sang mama sementara sang papa hanya diam mendengarkan kata-kata putranya itu.
“Inggris atau mungkin sekalian ke Amerika Ma,”
“Kamu udah bosan di Indonesia sayang?” tanya sang papa.
“Bukan bosan Pa, hanya saja Andre ingin mencoba hidup mandiri. Kalau disini terus kapan Andre mandirinya? Lagipula pendidikan di luar negeri kan sangat mendukung kegiatan olah raga mahasiswanya Pa. Siapa tau Andre bisa jadi salah satu atlet mahasiswa disana. Andrekan bisa mengharumkan nama bangsa kita juga,”
“Kalau itu kemauan kamu, papa sih gak keberatan. Hanya saja kamu harus serius agar bisa meraihnya,” sahut sang papa setelah mendengarkan kata-kata Andre.
“Andre janji, Pa, Ma,”
“Kalau begitu kamu sudah bisa mulai mencari infor-info seputar pendidikan di luar negeri sayang,” kata sang mama.
“Kalau kamu perlu info-info di Depdiknas atau di Deplu, papa akan bantu carikan sayang,” tambah sang papa.
“Biarin Andre cari infonya sendiri dulu ya Pa. Kalau nanti Andre kepentok, Andre pasti minta bantuan papa,” sahut Andre. Cowok ini memang paling kurang suka kalau apa-apa harus langsung dibantu oleh orang tuanya.
Papa dan Mama Andre sangat memahami sifat putranya itu. Karena itu mereka tidak menawarkan bantuan lagi pada Andre.
Ketiganya kemudian sarapan sambil membicarakan hal-hal ringan lainnya. Setelah sarapan, seperti biasa mereka bertiga kemudian berpisah karena punya urusan masing-masing.
***
Andre pergi ke rumah Calvin. Ia bermaksud memberitahukan niatnya kuliah di luar negeri sekaligus mengajak teman tersayangnya itu mencari-cari informasi pendidikan di luar negeri. Andre berangkat ke rumah Calvin mengendarai sepeda motornya. Setibanya di rumah Calvin, sahabat tersayangnya itu ternyata sudah bersiap-siap untuk pergi bersama kedua orang tuanya.
“Gue seneng banget dengar rencana Elo akan kuliah ke luar negeri, Ndre. Tapi sorry banget, Gue gak bisa nemanin Elo pagi ini. Gue dan keluarga mau pergi nih,” kata Calvin gak enak hati karena tidak bisa memenuhi ajakan Andre.
“Emang Elo sekeluarga mau kemana Vin?” tanya Andre pada Calvin.
“Kami akan melihat Dion ke tanahan seperti yang disarankan Om Sony kemaren, Ndre” sahut Calvin.
“Itu urusan penting banget. Elo pergi aja. Jangan gak enak gitu dong Vin. Gue nanti bisa ajak Wisnu untuk nemenin Gue. Santai aja Vin,” kata Andre melihat ekspresi Calvin yang gak enak hati padanya.
“Makasih banyak atas pengertian Elo ya Ndre,” kata Calvin senang mendengar jawaban Andre.
Andre lalu pamit pada Calvin dan kemudian menuju rumah Wisnu. Tiba di rumah Wisnu dilihatnya adik kelasnya itu sudah menyandang ransel dan bersiap-siap akan pergi.
“Eh, Ndre apa kabar? Pagi-pagi banget kemari ada apaan?” tanya Wisnu.
“Elo mau kemana Wis?”
“Ya elah, ditanya malah balik nanya,”
“Gue mau ngajak Elo nemenin Gue,”
“Kemana?”
“Gue pingin nyari info kuliah ke luar negeri nih,”
“Asik, rupanya Elo udah punya rencana setelah lulus nih,”
“Yoi. Makanya itu Gue mau nyari info. Temenin Gue yuk,”
“Boleh aja sih. Tapi Gue mau berangkt renang dulu nih. Lo ikut Gue renang deh, habis renang baru kita pergi nyari info. Lagian juga kalo kita pergi sekarang masih kepagian Ndre. Baru juga jam tengah sembilan pagi,”
“Tapi Gue gak bawa celana renang,”
“Pake punya Gue aja,” kata Wisnu.
“Oke, deh,” sahut Andre.
Keduanya kemudian masuk ke rumah Wisnu untuk mengambil celana renang milik Wisnu yang akan dipinjam oleh Andre. Di dalam rumah mereka bertemu ayah dan ibunya Wisnu yang sedang nonton televisi sambil minum teh. Dengan sopan Andre menyalami kedua orang tua adik kelasnya itu, setelah itu mereka segera menuju kamar Wisnu.
Wisnu tidur berdua dengan kakak keduanya yang bernama Made. Kakak pertama Wisnu adalah perempuan dan sudah menikah. Sedangkan kakak lelakinya ini sudah tamat kuliah dari Fakultas Hukum dan kini bekerja sebagai pengacara. Saat Andre dan Wisnu masuk kedalam kamar, Made terlihat masih tidur lelap di atas ranjang.
Made tidur hanya menggenakan cawat segitiga doang. Tubuhnya yang atletis terlihat indah sekali berbaring telentang dengan tangan terangkat ke atas memamerkan bulu ketiaknya yang hitam lebat.
“Gila, horor banget tidur kakak Lo, Wis,” celetuk Andre melihat posisi tidur Wisnu yang menggairahkan itu.
Wisnu nyengir mendengar celetukan Andre itu. Ia sibuk mencari celana renangnya di dalam lemari pakaian. Selama Wisnu sibuk mencari celana renang, Andre asik memelototi Made.
“Lo gak pernah tergoda ngelihat kakak Lo yang macho banget ini Wis,” kata Andre dengan suara sedikit berbisik karena kuatir Made terbangun mendengar kata-katanya.
“Akhirnya ketemu juga!” seru Wisnu sambil mengambil sebuah celana renang bentuk segitiga diantara tumpukan celana dalamnya di lemari. “Nih,” kata Wisnu menyerahkan celana renang itu ke Andre.
“Astaga! Apa Lo gak punya celana renang segi empat Wis? Pake celana renang segitiga kayak gini bakal jadi tontonan dong,” kata Andre.
“Gue gak punya celana renang segi empat Ndre,” sahut Wisnu.
“Ya udah deh kalo gitu,”
“Eh, Lo tadi ngomong apaan?”
“Ngomong yang mana?”
“Soal kakak Gue,”
“Oh, Elo apa gak pernah tergoda ngelihat kakak Lo yang macho ini,” kata Andre sambil menunjuk tubuh Made. Pada saat itu pula Made yang masih tidur menggeliatkan tubuhnya. Posisi tidurnya kini makin horor dengan kedua paha mengangkang. Batang kontol Made terlihat membengkak terbungkus cawat segitiga warna putih yang dikenakannya.
“Ya pasti tergodalah,” sahut Wisnu menjawab pertanyaan Andre.
“Terus gimana dong?’ tanya Andre dengan mata mendelik melihat posisi tidur Made.
“Mata Lo, Ndre,”
“Hah, apa?”
“Mata lo jangan mendelik gitu napa. Entar bola matanya keluar baru tau Lo,”
“Habis gimana Wis. Liat tuh posisi tidur si Made. Gimana Gue gak mendelik,”
“Posisi tidur kayak gitulah yang tiap hari Gue liat Ndre,”
“Lo sanggup ngeliatnya?”
“Sebenarnya sih gak sanggup, tapi mau gimana lagi Ndre,”
“Kesian banget lo Wis,”
“Udah nasib Gue Ndre,”
Kedua cowok itu berdiri mematung menatap tubuh indah Made. Tatapan keduanya seolah ingin melahap tubuh itu.
“Kita perkosa aja Wis,”
“Gila Lo Ndre. Itu kakak kandung Gue,”
“Siapa tau dia juga suka kontol,”
“Jangan sembarangan ngomong Ndre,”
“Kan Gue bilang, siapa tau,”
“Udah ah, ayo cabut!”
“Bentar lagi napa?”
“Udah ah, ngapain juga sih ngeliatin kakak Gue terus,”
Tiba-tiba ponsel Andre berbunyi nyaring. Saking nyaringnya suara dering ponsel Andre itu membuat Made terbangun.
“Eh, lagi ngapain kalian disini?” tanya Made pada Wisnu dan Andre sambil ngulet. Kedua tangannya diregangkan ke atas memamerkan ketiaknya yang ditumbuhi bulu lebat. Sungguh mempesona.
“Lagi ngambil baju renang,” sahut Wisnu.
Sementara Andre yang sedang menerima panggilan telepon tak lupa menyempatkan matanya untuk melirik ketiak Made yang mempesona itu.
“Halo Don,” kata Andre, ternyata yang meneleponnya adalah Doni.
“Lagi ngapain Lo?” tanya Doni.
“Gue lagi di rumah Wisnu nih. Rencananya kita mau berangkat renang. Ada apa Don?”
“Gue udah telpon David dengan nomor yang Elo kirimkan kemaren. Gue ngajak ketemu dengan David untuk ngorek keterangan dia. Alasan Gue ngajak dia maen basket. Si David oke, Elo ikutan deh,”
“Kapan?”
“Pagi ini,”
“Gue lagi males maen basket pagi ini Don. Gimana kalo ajakannya Lo Ke David dituker jadi renang aja? Kebetulan Gue sama Wisnu kan emang mau renang,”
“Coba Gue bilangin ke David deh. Entar Gue telpon Lo lagi,”
“Oke. Makasih Don,”
“Sama-sama,”
“Siapa Ndre?” tanya Wisnu.
“Doni,”
“Lagi di Jakarta dia?”
“Yoi,”
“Pas baget Ndre. Kalo Doni ikutan Gue bisa ngobrol-ngobrol tentang Akmil sama dia,” kata Doni.
“Kalian mau pergi renang?” tiba-tiba Made nyeletuk bertanya. Cowok itu bangkit dari ranjang. Dengan cuek ia mengelus-elus kontolnya yang membengkak terbungkus dalam cawatnya yang mungil. “Sorry nih. Kalo pagi pasti ngaceng kayak gini,” kata Made nyengir pada Andre.
“Santai aja kak. Semua cowok pasti gitu kok,” sahut Andre ikutan nyengir. Matanya langsung melirik ke selangkangan Made. Kesempatan dalam kesempitan.
“Rencananya emang mau renang, mau ikut?” tanya Wisnu pada kakaknya.
“Pingin sih, tapi pagi ini Gue ada kerjaan,” sahut Wisnu.
“Ya udah, kalo gitu kami pergi deh. Ayo Ndre,” kata Wisnu.
Andre pun mengikuti Wisnu keluar kamar. Melewati ruang tamu mereka bertemu lagi dengan kedua orang tua Wisnu. Setelah pamitan dengan kedua orang tua Wisnu, Andre dan Wisnu segera keluar rumah menuju tempat sepeda motor Andre diparkirkan.
“Kakak Lo kerja dimana Wis?” tanya Andre.
“Pengacara,”
“Gue kirain atlit. Soalnya body-nya bagus banget,”
“Atlit juga dia. Dia ikutan club voli, Ndre. Tapi kerjaan utamanya ya pengacara itu,”
“O, gitu. Buka kantor pengacara sendiri?”
“Belumlah. Belum punya modal gede dan belum terkenal. Kakak Gue sekarang kerja di kantor pengacara gitu,”
Tiba-tiba ponsel Andre kembali berdering. Panggilan itu datangnya dari Doni. Andre langsung menerima panggilan telepon dari Doni itu. Doni mengatakan bahwa David setuju untuk renang bareng. Doni lalu bertanya alamat kolam renang yang akan mereka tuju. Andre lalu bertanya pada Wisnu dimana alamat kolam renang yang akan mereka tuju, setelah mendapat jawaban dari Wisnu, Andre memberitahukannya pada Doni. Mereka kemudian janjian ketemu disana.
***
Ini adalah pagi pertama Asep bekerja sebagai satpam di kantor Yudha. Duduk di pos satpam memantau situasi kantor, pemuda desa itu terlihat gagah sekali menggenakan seragam satpam baru yang dibelikan oleh Yudha untuknya.
“Gimana hari pertama jadi satpam, Sep?” tegur Eka Syahputra, satpam ganteng yang sudah lebih dulu kerja di kantor itu.
“Bahagia Mas Eka, alhamdulillah akhirnya saya bisa jadi satpam juga,” sahut Asep tulus.
“Kamu jadi satpam aja udah seneng banget Sep,”
“Jadi satpam ini anugerah buat saya Mas. Daripada saya cuman jadi office boy kayak kemaren Mas, gajinya kecil,”
“Jadi satpam gajinya juga kecil Sep,”
“Lumayan gede atuh Mas Asep,”
“Buat kamu sih iya. Kamukan lajang. Buat saya yang udah punya anak bini, ya kecil Sep,”
“Harus banyak sabar atuh Mas Eka. lagipula Mas Eka kenapa juga cepet-cepet nikah,”
“Cewek Gue bunting Sep, mau gak mau saya nikahin deh, hehehehe,”
“Kenapa gak pake kondom atau keluarin di luar aja atuh Mas,”
“Namanya kecelakaan Sep,”
“Gimana ceritanya atuh Mas?”
“Yang gituan ngapain diceritain sih Sep,”
“Itung-itung ngisi waktu Mas,”
“Gimana ya, bingung nyeritainnya darimana,”
“Dari ini aja Mas, kenapa kok gak pake kondom?”
“Eng, soalnya cewek Gue yang ini perawan asli Sep,”
“Lho, emang Mas Eka udah sering ya?”
“Sering apaan?”
“Ngentot,”
“Iya dong. Tapi sebelum-sebelumnya Gue gak dapet perawan. Nah yang ini perawan asli. Biasanya juga kalo ngentot saya selalu pake kondom. Tapi dengan cewek Gue yang satu ini rasanya rugi banget ngerasain perawannya dia kalo harus pake kondom, hehehe,”
“Terus kenapa gak dikeluarinnya diluar ajah?”
“Itulah masalahnya Sep, soalnya Gue keenakan saking sempitnya memek dia, Gue jadi kelupaan nyabut waktu orgasme, hehehe,”
“Hehehehe. Dapet yang perawan emang enak banget ya Mas,”
“Ya iyalah Sep. Sempit banget,”
“Gak pernah nyoba pantat Mas? Sempit juga lho,”
“Ngaco Lho! Emangnya bintang bokep sampe-sampe pantat juga diembat,”
“Kirain aja Mas Eka suka, hehehe,”
“Belon pernah nyoba sih Sep, makanya Gue gak tau suka apa enggak,”
“Makanya dicobain Mas. Enak banget lho ngentotin lobang pantat,”
“Elo kayak ngerti aja Sep. Kawin aja belon Lho,”
“Kalo kawin mah udah sering Mas. Nikahnya aja yang belon, hehehe,”
“Ternyata dibalik tampang lugu, Elo punya kelakuan bejat juga rupanya,” kata Eka ngakak.
“Namanya juga enak Mas,” sahut Asep ikutan ngakak.
“Ngomong-ngomong cewek Elo suka ya Elo kentot di pantat?” tanya Eka.
“Saya gak punya cewek atuh Mas,”
“Lho? Terus pantat siapa yang Lo kentot Sep?”
“Ya pantat siapa yang mau aja Mas,”
“Perek maksud Lo?”
“Saya gak pernah ngentot sama perek Mas,”
“Lho? Jadi pantat siapa dong yang Elo kentot? Masak Elo ngentot pantat cowok?”
“Emang pantat cowok Mas,”
“Hah?!!” seru Eka kaget.
“Kok kaget Mas?”
“Lo homo ya Sep?”
“Enggak atuh Mas,”
“Apa namanya cowok yang ngentotin lobang pantat cowok kalo bukan homo,”
“Emang Mas Eka gak tau kalo banyak cowok yang bukan homo tapi suka ngentot lobang pantat cowok juga?”
“Mana ada Sep,”
“Banyak atuh Mas,”
“Ngaco Lho!”
“Serius atuh Mas,”
“Paling coba Elo doang. Homo tapi ngakunya enggak homo!”
“Saya gak bisa bilang siapa aja atuh Mas. Saya banyak kenal cowok-cowok yag begitu,”
“Dasar pembohong Lo Sep,”
“Saya gak bohong Mas,”
“Buktiin kalo Elo gak bohong,”
“Kalo saya bisa buktiin gimana Mas?”
“Gimana apa maksud Lo?”
“Gini Mas, kalo saya bisa buktiin bahwa saya enggak bohong, Mas Eka mau enggak ngasih lobang pantatnya buat saya kentotin?”
“Ngaco Lho!”
“Kenapa Mas? Takut ya kalo apa yang saya bilangin ini emang bener?”
“Gue gak percaya kamu bisa buktiin Sep,”
“Kalo gitu kenapa Mas Eka takut?”
“Gue gak takut Sep,”
“Jadi bener mau nih saya kentot kalo apa yang saya bilang ini bener?”
“Okeh, okeh. Elo boleh kentot pantat Gue kalo Lo bisa buktiin apa yang Lo bilang,”
***
Dion kedatangan seorang tamu di pagi hari menjelang siang itu. Dengan tampang masih kucel, Ali menggiring Dion untuk menemui sang tamu di ruang tamu tahanan. Tiba di ruang tamu tahanan, tamu yang sudah menanti kedatangan Dion itu langsung berdiri dari duduknya dan menyambut kedatangan Dion dan kemudian mengulurkan tangan kanannya mengajak Dion berjabat tangan sebagai tanda perkenalan.
“Nama saya I Made Suarjana,” kata pria muda itu. “Panggil saja saya Made, saya adalah pengacara yang ditugaskan Pak Handoko untuk mendampingi Anda.”
Ternyata tamu yang datang menemui Dion itu adalah pengacaranya dan ternyata dia adalah Made, kakak kandung Wisnu. Dion lalu mengulurkan tangan kanannya membalas jabat tangan Made.
“Saya Dion,” sahut Dion sambil memperhatikan sosok sang pengacara muda itu dengan serius.
Made memiliki wajah ganteng dengan kulit sawo matang yang membungkus tubuhnya yang tinggi dan atletis. Kaca mata minus yang bertengger di atas hidung mancungnya itu semakin menambah keindahan parasnya yang tercukur rapi. Tubuh tinggi atletis Made dibalut kemeja lengan panjang warna biru muda dan dasi warna biru tua yang melingkar di lehernya yang kokoh. Dion langsung suka dengan pengacara muda berpenampilan jantan dan bertubuh harum parfum beraroma maskulin ini.
“Boleh saya berbicara berdua saja dengan klien saya ini Pak?” tanya Made pada Ali yang mengantar Dion.
“Silakan,” sahut Ali. Reserse muda yang ganteng ini juga kedapatan mengamati sosok Made dengan serius. Pasti reserse doyan kontol itu juga terangsang melihat sosok pengacara muda seganteng dan sejantan Made ini, hehehe.
Ali lalu meninggalkan mereka berdua di ruang tamu tahanan. Reserse muda itu berjalan menuju kursi penjaga yang terdapat tidak jauh dari ruang tamu tahanan itu. Ali kemudian duduk disana menjaga Made dan Dion. Dari tempatnya duduk, Ali tidak bisa mendengar percakapan Made dan Dion dengan jelas apalagi kalau mereka berdua berbicara dengan berbisik-bisik.
Setelah Ali pergi keduanya kemudian duduk bersebelahan di kursi kayu panjang ruang tamu tahanan.
“Pak Made akan mendampingi saya sendiri?” tanya Dion sesopan mungkin pada Made.
“Gak usah panggil Pak dong, sepertinya umur kita gak terlalu jauh jaraknya. Panggil aja saya Made,” sahut Made dengan senyum ramah.
“Baiklah kalo gitu, kamu akan mendampingi saya sendiri De?” tanya Dion mengulangi.
“Ya, saya akan mendampingi kamu sendiri Yon. Supaya saya bisa membela kamu semaksimal mungkin saya berharap kamu akan bercerita jujur kepada saya tentang apa yang sebenarnya telah terjadi dan apa yang kamu ketahui,” kata Made.
“Jujur De, saya benar-benar tidak tahu apa yang telah terjadi,”
“Maksud kamu?” tanya Made.
“Saya benar-benar tidak tahu kenapa saya dituduh sebagai penyebab kematian Desi,”
“Begitu ya?”
“Lalu kenapa mereka menangkapmu dengan tuduhan itu?”
“Entahlah. Saya mengharapkan kamu benar-benar bisa membantu saya De,”
“Jadi menurut kamu polisi melakukan kesalahan karena menangkapmu?”
“Ya,”
“Bagaimana kalau polisi ternyata punya bukti-bukti kuat,”
“Tidak mungkin!”
“Kenapa kamu bisa katakan tidak mungkin?”
“Karena saya memang tidak pernah membunuhnya. Saya sudah lama tidak pernah bertemu Desi,”
“Kamu tidak bohong Yon?”
“Untuk apa saya berbohong padamu? Yang saya perlukan adalah pertolonganmu, untuk apa saya berbohong pada orang yang akan menolong saya?”
“Kalau begitu saya perlu menanyakan beberapa hal pada polisi tentang kasusmu ini supaya saya bisa menyusun pembelaan,”
“Ya, kamu harus tanyakan pada mereka, apa alasan mereka menangkapku?”
“Kamu tau siapa polisi yang menangkapmu?”
“Tentu saja. Polisi yang tadi membawaku kemari adalah salah seorang yang menangkapku,”
“O, kalo gitu akan bertanya padanya nanti,”
“Tolong bantu aku De untuk segera lepas dari sini. Aku sudah tak tahan lama-lama berada disini,”
“Baik Yon. Aku harap kamu bersabar dulu. Aku akan melakukan upaya-upaya maksimal yang bisa kulakukan untukmu,”
“Terimakasih banyak De,”
“Sama-sama. Baiklah, aku rasa pembicaraan kita sudah cukup hari ini. Aku akan mengumpulkan informasi tentang kasusmu ini pada polisi,”
“Kamu sudah mau pergi?”
“Ya, emangnya kenapa? Masih ada yang ingin kamu utarakan?”
“Enggg …, sorry nih,”
“Kenapa? Utarakan aja Yon, gak usah sungkan-sungkan,”
“Boleh aku bertanya? Tapi aku harap kamu enggak marah De,”
“Ada apa sih? Tanya aja Yon aku gak bakalan marahlah,”
“Kamu kenal baik dengan Om Handoko atau hanya sekadar pengacara yang dibayarnya untuk mendampingiku?” tanya Dion dengan hati-hati.
“Kenal baik bagaimana nih maksud kamu?” tanya Made. Segaris senyuman yang tak dimengerti Dion apa artinya, tergambar di wajah ganteng pengacara muda itu.
“Engg …, kamu pernah gak, tidur bareng Om Handoko?” tanya Dion dengan suara pelan agak berbisik.
“Tidur? Ngentot maksud kamu?” tanya Made dengan penekanan pada kata ngentot dan kemudian ia mengerling nakal pada Dion.
Dion langsung tersenyum lebar mendengar kalimat dan reaksi Made. Ia menganggukkan kepalanya pada pengacara muda itu, membenarkan. “Ya, ngentot,” sahut Dion.
“Emangnya aku punya tampang homo sampe kamu mengira aku pernah ngentot dengan Pak Handoko?” tanya Made. Raut wajahnya tiba-tiba berubah serius. Serta-merta Dion jadi ketakutan melihat reaksi Made yang berubah cepat seperti itu.
“Sorry, De. Sorry atas pertanyaanku ini. Aku gak bermaksud menuduhmu seperti itu, aku cuman nanya doang,”
“Untuk apa kamu menanyakan hal seperti itu? Kamu pernah ngentot dengan pak Handoko ya? Kamu homo Yon?” Made menatap Dion dengan ekspresi tak suka. Dion makin panik.
“Sorry banget De. Aku harap pertanyaanku itu kamu abaikan saja,” kata Dion gemetaran. Ia tak menyangka akan menerima reaksi tak terduga dari Made seperti ini.
“Jawab saja pertanyaanku!”
“Aku, aku, ….”
Made menatap Dion tajam.
“Aku memang pernah ngentot dengan Om Handoko, tapi aku bukan homo,” sahut Dion lirih. Dion lalu menundukkan kepalanya.
Made tersenyum geli melihat ekspresi Dion yang ketakutan seperti itu.
“Aku juga pernah kok ngentot dengan Om Handoko. Satu saat nanti aku juga pengen ngentot dengan kamu Yon,” bisik Pengacara muda itu di telinga Dion sambil sejurus lidahnya menyapu telinga Dion dengan nakal. Hanya sekejap saja ia melakukan itu pada Dion dan kemudian berdiri dari duduknya bersiap hendak meninggalkan Dion.
Dion terperangah mendengar bisikan dan sapuan lidah Made di telinganya. Dion langsung menengadahkan wajahnya dan menatap Made yang tersenyum nakal padanya. Rasa takut Dion langsung sirna dan ia langsung ikut tertawa juga.
“Kamu nakal De. Awas nanti, kuhajar pantatmu berkali-kali,” kata Dion dengan suara berbisik pada Made setelah tawa mereka usai.
“Enak aja, pantatmu nanti yang akan kuhajar Yon,” sahut Made juga dengan suara berbisik juga.
Dion lalu berdiri dan mengulurkan tangannya mengajak Made berjabatan tangan. “Terimakasih De,” kata Dion.
“Sama-sama,” sahut Made.
“Aku sebenarnya horny banget lihat kamu De. Pingin banget ngentot sama kamu sekarang,” kata Dion.
“Ngaco!”
“Kamu horny gak?”
“Benernya sih horny juga, hehehe,”
“Ngentot yuk De,”
“Gila! Disini?!”
“Kita bisa minta tempat sama polisi bangsat itu,” sahut Dion sambil matanya menunjuk ke arah Ali.
“Apa bisa?”
“Tergantung kamu bisa ngomong sama dia atau enggak,”
“Kamu pernah ngentot selama disini?”
“Pernah. Aku pernah dikentot sama polisi bangsat itu dan temannya,”
“Threesome maksudmu?”
“Yup,”
“O, ya. Kapan?”
“Pertama kali aku dibawa kesini aku langsung diperkosa oleh dia dan temannya,”
“Oke, oke. Kamu gak usah ngomong lagi. Aku udah tau apa yang harus kulakukan sekarang. Kamu tunggu disini sebentar, aku akan menemui polisi itu,”
Dion mengangguk dan kemudian duduk kembali di kursi. Made lalu keluar dari ruang tamu tahunan dan berjalan dengan gagah menuju tempat Ali duduk. Dari tempatnya duduk, Dion memperhatikan Made yang mulai mengajak bicara Ali. Dion tak bisa mendengar apa yang dibicarakan oleh Made dan Ali, ia hanya bisa melihat ekspresi keduanya yang terlibat pembicaraan serius.
“Anda menuduh saya memperkosa tahanan?” tanya Ali dengan wajah melotot marah pada Made.
“Saya tidak menuduh tapi hanya mengemukakan fakta yang diutarakan oleh klien saya,” jawab Made tenang.
“Saya bukan homo! Anda jangan bicara sembarangan tanpa bukti seperti ini,”
“Baik, kalau Anda minta bukti, saya akan minta secara resmi pada kepolisian agar klien saya divisum. Permisi!” kata Made mengancam dan berlagak akan pergi meninggalkan Ali.
“Tunggu, tunggu sebentar. Kita bisa bicarakan baik-baik,” kata Ali menahan Made pergi. Tangan kekar pengacara muda itu ditarik oleh tangan kekar Ali.
“Apa lagi yang perlu dibicarakan?” tanya Made.
“Saya mohon Anda merahasiakan peristiwa ini,” kata Ali dengan suara lemah.
“Jadi Anda mengakui peristiwa itu? Saya tak menyangka ternyata selentingan tentang banyaknya homo dikepolisian itu benar,”
“Saya bukan homo!” sahut Ali sewot.
“Apa namanya laki-laki yang mengentot dengan laki-laki kalau bukan homo?” tanya Made tegas.
“Saya hanya mencari nikmat saja,” sahut Ali malu-malu.
“Kenapa harus dengan laki-laki dan kenapa harus dengan tahanan? Apa yang Anda lakukan bersama dengan teman Anda itu adalah perbuatan kriminal. Anda tahu itu?!”
“Ya, saya tahu. Saya minta maaf. Tolong masalah ini jangan diperpanjang,” kata Ali mulai ketakutan. Wajahnya menunjukkan ekspresi gelisah. Keringat mulai melelh di dahinya.
“Tidak cukup hanya maaf,”
“Lalu?”
“Anda harus mempertanggungjkawabkan apa yang telah Anda lakukan pada klien saya. Klien saya sangat keberatan dengan apa yang telah Anda lakukan padanya,”
“Maksud Anda apa?”
“Klien saya meminta agar saya mengadukan perbuatan Anda dan teman Anda ini pada pihak kepolisian secara resmi,”
“Tolong jangan lakukan itu,” kata Ali makin ketakutan. “Saya punya keluarga. Saya punya istri dan putra pertama saya baru saja lahir. Tolong jangan lakukan itu,” kata Ali lagi.
Dari tempatnya duduk Dion bisa melihat ekspresi Ali yang sangat ketakutan.
“Tega sekali Anda mengkhianati istri dan anak Anda,” kata Made.
“Saya tidak bermaksud mengkhianati keluarga saya, tidak pernah terpikir oleh saya untuk itu. Saya hanya korban,”
“Anda tak perlu membela diri,”
“Saya tidak membela diri. Itu memang kenyataan, saya adalah korban,”
“Korban apa maksud Anda?”
“Korban dari sistem senioritas saat saya mengenyam pendidikan di secaba,” sahut Ali lirih.
“Maksud Anda?”
“Kami melakukan sex sesama jenis untuk memuaskan birahi kami yang meluap-luap disana. Para seniorlah yang mengajarkan hal ini pada juniornya,”
“Lalu anda jadi ketagihan? Begitu maksud Anda?”
Ali mengangguk lemah. “Saya tidak pernah membayangkan akan suka ngesex dengan sejenis sebelumnya,” sahut Ali.
“Mmmm …, saya akan bernegosiasi dengan klien saya untuk tidak mengadukan Anda. Tapi, untuk itu saya meminta Anda dan juga teman Anda melakukan beberapa hal untuk membantu klien saya,”
“Apa itu? Saya janji akan membantu klien Anda sepanjang Anda tidak meminta saya membebaskan klien Anda karena itu bukan kewenangan saya,”
“Baik, saya tidak akan meminta Anda melakukan itu. Yang saya minta ke Anda adalah, pertama, saya ingin Anda menceritakan penyebab penangkapan klien saya dengan sejujur-jujurnya berikut juga bukti-bukti yang menjadi dasar penangkapannya,”
“Baik, saya akan lakukan itu untuk Anda,”
“Yang kedua, saya meminta Anda memanggil teman Anda itu sekarang juga,”
“Baik, itu saja?”
“Ada satu lagi,”
“Apa itu?”
“Setelah teman Anda itu datang, saya minta Anda dan teman Anda menyediakan tempat disini untuk kita ngentot berempat sekarang,” kata Made.
Ali menengadahkan wajahnya pada Made dan memandang pengacara muda itu kaget. Ali melihat Made tersenyum nakal padanya.
“Anda juga suka?” tanya Ali dengan senyum gembira.
“Kenapa tidak?”
“Anda homo?”
“Tentu saja tidak. Saya sama seperti Anda,” sahut Made mengerling nakal pada Ali.
“Oke. Saya akan menghubungi Bayu agar dia segera datang kemari. Mengenai tempat, itu gampang. Sebagai reserse kami punya ruangan khusus yang bisa kita gunakan untuk sebebas-bebasnya melakukan apa saja,” kata Ali sambil tertawa mesum.
“Baiklah, saya akan menemui klien saya dan menunggu Anda dan teman Anda,”
“Saya rasa kita lebih baik tidak usah ber-Anda-Anda,” kata Ali. “Gimana kalau kita saling menyebut nama saja supaya tidak terlalu formal,”
“Oke, saya setuju,”
“Baiklah, tunggu sebentar di ruang tamu tahanan itu ya,”
Made lalu menuju ke ruang tamu tahanan untuk kembali menemui Dion, sedangkan Ali pergi untuk mencari Bayu dan mempersiapkan tempat buat mereka ngentot berempat.
“Gimana De? Jadi?” tanya Dion bersemangat melihat kedatangan Made.
“Sebentar bos, gak sabar amat sih. Pasti jadilah. Dia sedang panggil temennya satu lagi yang kemaren negentotin kamu itu,”
“Buat apa?”
“Aku ngajak mereka untuk sekalian ngentot berempat dengan kita. Nanti kamu gantian bisa perkosa mereka, hehehe,”
Dion langsung tersenyum lebar.
Tiba-tiba Ali muncul kembali ke ruang tahanan.
“Udah beres?” tanya Made.
“Sabar dulu De. Sepertinya acaranya harus kita tunda dulu,” sahut Ali pada Made.
“Maksud kamu?” tanya Made lagi ke Ali.
“Dion kedatangan tamu,” sahut Ali.
“Siapa?” tanya Dion.
“Keluarganya Desi. Mereka ingin bertemu dengan kamu sekarang,” sahut Ali pada Dion.
“Kebetulan sekali aku ada disini sekarang, jadi aku bisa mendampingi kamu Yon. Suruh mereka kemari Li,” kata Made pada Ali.
“Baiklah. Tunggu sebentar,” sahut Ali dan kemudian berlalu dari ruang tamu tahanan itu.
“Kamu tenang aja Yon,” kata Made menenangkan Dion yang tiba-tiba merasa gelisah.
***
Kolam renang yang didatangi oleh Andre, Wisnu, Doni, dan David adalah wahana bermain air yang tidak hanya menyediakan kolam untuk latihan renang namun banyak kolam-kolam untuk rekreasi. Setelah merasa cukup melatih fisik mereka di kolam latihan, keempatnya kemudian beralih ke kolam rekreasi.
Keempat remaja ganteng itu asik berpindah-pindah bermain air mulai dari kolam ombak sampai kolam luncur. Kehadiran mereka di setiap kolam rekreasi menarik perhatian pengunjung yang ada disitu. Gimana mereka gak menarik perhatian, abisnya keempat-empatnya nekat cuman pake celana dalam segitiga mungil untuk menutupi selangkangan mereka yang menggunduk besar itu. Di kolam renang wahana bermain seperti ini sangat jarang ada pengunjung cowok yang nekat pake celana renang model segitiga mungil seperti mereka berempat. Umumnya pengunjung cowok menggunakan celana boxer atau paling tidak celana renang segi empat.
Para wanita mulai dari abege sampai tante-tante terlihat gemas memandang keempat remaja ganteng bertubuh atletis itu. Tatapan gemas mereka itu jelas menyiratkan keinginan di hati mereka untuk melahap keindahan yang dimiliki oleh Andre dan teman-temannya.
Tentu saja bukan hanya wanita yang menatap gemas pada Andre dan teman-temannya. Pria-pria doyan kontol yang banyak beredar di kolam itu juga memandang gemas pada mereka berempat. Serombongan cowok banci gemulai yang kecentilan malahan tanpa malu-malu menggodain Andre dan teman-temannya. Tentu saja Andre dan teman-temannya tak mengacuhkan godaan banci-banci nakal itu karena mereka berempat sangat jijik dengan cowok banci.
Berbeda halnya ketika yang menatap mereka dengan curi-curi pandang adalah cowok-cowok berwajah ganteng dan nyata-nyata jantan. Tatapan curi-curi dari cowok-cowok seperti itu akan mereka sambut juga dengan tatapan balasan yang juga dengan curi-curi pandang karena mereka tahu cowok itu juga sama seperti mereka: jantan namun doyan silit dan kontol, hehehe.
Zaman sekarang ini sangat banyak cowok-cowok jantan yang punya orientasi seksual ganda seperti Andre dan teman-temannya. Meski sedang jalan bareng dengan pacar cewek atau bahkan istri dan anak, tetap saja mereka cari kesempatan untuk curi-curi pandang pada cowok jantan lainnya yang siapa tau punya orientasi seksual ganda juga. Kalau curi-curi pandang itu saling berbalasan biasanya akan dilanjutkan dengan mencari kesempatan untuk saling berkenalan tanpa sepengetahuan pasangan mereka.
Ada banyak trik yang biasanya dilakukan para cowok yang punya orientasi seksual ganda untuk menghindar sejenak dari pasangan mereka karena udah ngebet pengen bisa kenalan dengan cowok yang tadi sudah berbalasan curi-curi pandangnya. Ada yang pake trik pamitan sejenak pada pasangan dengan alasan pingin beol dan gak bisa nahan lagi harus segera ke kamar bilas. Ada yang pake trik pingin beli makanan kecil karena ngerasa kelaperan banget. Bahkan ada yang pake trik paling nekat yaitu langsung negor seolah-olah kawan lama yang udah lama banget gak ketemu. Masih banyak segudang alasan lain lagi yang entah kenapa dalam situasi kepepet kayak gitu tiba-tiba aja bisa muncul di kepala cowok-cowok berorientasi seksual ganda kayak Elo, hehehe.
Setelah agak lelah bermain-main Doni lalu mengajak Andre, Wisnu, dan David untuk mencari tempat untuk duduk. Doni bermaksud untuk mengorek keterangan dari David mengenai masalah yang menimpa Andre.
“Gue pingin sekarang kita buka-bukaan deh,” kata Doni mengawali pembicaraan.
“Buka-bukaan gimana maksud Lo Don? Disini banyak orang lho, kita buka-bukaan disini bisa rame dong. Kita pake cawat minim gini aja udah cukup rame apa gak Lo liat dari tadi semua orang merhatiin kita? Gimana lagi kalo sampe kita buka-bukaan total,” kata Wisnu bercanda.
“Bener Lo Wis. Lo liat gak tadi bapak-bapak muda ganteng yang tadi jalan sama istri dan anak kecilnya terus-terusan curi pandang sama kita?” sambung David.
“Ya liatlah. Tuh bapak ngeliat kita kayak pingin nelen aja, hehehe,” sambung Wisnu lagi.
“Udah deh, jangan ngebahas itu dulu. Maksud Gue bukan itu,” kata Doni. “Gue mau ngomongin soal Andre nih,” sambung Doni.
“Andre? Kenapa dengan Andre?” tanya David sambil memandang ke arah Andre.
“Gini Vid, kita berempat ini kan udah kenal lama. Kita semua sama-sama anggota tim basket kan? Lo ingat gak sumpah kita sesama anggota basket?”
“Ya ingatlah Don. Sebagai anggota basket kita harus menjaga rahasia apa yang kita lakukan di tim basket dari orang lain yang gak perlu tau, khususnya cewek-cewek kita,” sahut David.
“Selain itu?” tanya Doni.
“Apalagi ya. Gue lupa,” sahut David.
“Kita harus selalu jujur dengan sesama teman kita di tim basket,” sahut Doni.
“Bener, bener. Ingat Gue sumpah yang itu,” sahut David.
“Nah, sekarang Gue minta Lo jujur,” kata Doni.
“Jujur soal apa nih?” tanya David bingung.
“Ndre, sekarang Lo cerita apa yang terjadi sama Elo dan Calvin,” kata Doni pada David.
Andre lalu mulai menceritakan peristiwa yang menimpa dirinya dan Calvin termasuk ancaman-ancaman yang diterimanya.
“Astaga! Kok bisa sampe gitu sih Ndre?” tanya David kaget. “Terus gimana dong, Gue bisa bantu apa nih?” tanya David.
Ekspresi David sangat jelas menyiratkan bahwa ia tidak mengetahui masalah Andre. Doni langsung menyimpulkan bahwa David sepertinya tidak terlibat dalam hal ini.
“Vid, apa yang terjadi pada Andre ini sekarang telah dalam penyelidikan pihak kepolisian,” kata Doni.
“Lo gak papa nyeritain kasus Elo ini sama polisi Ndre?” tanya David.
“Enggak Vid. Kebetulan polisinya juga sama kayak kita kok,” sahut Wisnu cepat. Wisnu bermaksud menutupi rahasia hubungan Sony dan Doni pada David. Wisnu sendiri sudah mengetahui hubungan antara Doni dan Sony dari Andre setelah Andre mendapat ijin dari Doni untuk menceritakannya pada Wisnu.
“O, gitu. Trus hasilnya gimana?”
“Hasil penyelidikan polisi itu mengarah bahwa antara Elo dan adik Elo si Rafael diduga salah satunya adalah pelakunya,” sahut Doni.
“Darimana polisi bisa menduga seperti itu?” tanya David kaget.
“Dari catatan panggilan telepon seluler yang dipakai oleh pelaku diketahui bahwa panggilan telepon seluler banyak dilakukan di daerah sekitar tempat tinggal kalian, yaitu Pondok Indah,” kata Doni.
“Jadi menurut kalian Gue atau adik Gue pelakunya?” tanya David.
“Bisa jadi. Tapi ngelihat respon Elo, Gue ngerasa kayaknya Elo gak mungkin pelakunya,” kata Andre.
“Gue bersumpah Ndre, Gue gak melakukan itu. Tapi kalo yang ngelakuin itu adik Gue si Rafael Gue akan ngomong sama dia supaya menghentikannya. Gue gak mau kejadian seperti ini menimpa Elo,” sahut David.
“Terimakasih Vid,” kata Andre.
“Berapa sih nomor teleponnya, biar Gue cek apakah itu nomor telepon si Rafael atau enggak,” kata David. Cowok ini terlihat sangat antusias ingin membantu.
“Nomor teleponnya Gue gak inget Vid. Nomornya ada di ponsel Gue di dalam tas yang kita simpan di locker,” sahut Andre.
“Gimana kalau mendingan sekarang kita udahan aja. Kita ke kamar bilas dan ganti baju, kemudian kita hubungi nomor itu segera,” kata David.
“Gue setuju,” sahut Wisnu.
“Ayo,” kata Doni.
Keempatnya segera bergegas menuju kamar bilas. Saat keempatnya tiba di kamar bilas saat itu pula bapak muda ganteng yang tadi mereka bicarakan turut pula tiba di kamar bilas. Bapak muda ganteng itu dengan tanpa malu-malu menatap keempat remaja ganteng itu bergantian. Andre dan teman-temannya segera paham keinginan sang bapak muda.
“Mau bilas dan ganti baju juga Om?” tegur David santai.
“Enggak, saya cuman pingin liat kalian bilas dan ganti baju aja,” sahut sang Bapak muda dengan senyum nakal.
“Ngeliatnya jangan melotot ya Om, entar matanya lompat,” kata Wisnu.
Sang Bapak muda tak menyahut. Ia hanya menetap keempat remaja itu dengan tatapan horny. Andre dan kawan-kawannya dengan cuek lalu melepas celana renang segitiga mereka di depan sang bapak muda. Dengan tubuh polos keempatnya lalu berjalan menuju ruang shower terbuka. Berdiri berjajar keempatnya lalu membials diri di hadapan sang bapak muda.
Kontol keempatnya yang meski dalam keadaan lemas terlihat gemuk dan panjang itu menjadi santapan pandangan cabul sang bapak muda. Ia terlihat sangat berselera melihat kontol-kontol milik Andre dan kawan-kawannya yang bergelantungan di selengakangan mereka dengan hiasan jembut lebat di pangkalnya.
“Mendingan sekalian pura-pura bilas deh Om, entar kalo ada yang masuk apa gak malu kalau Om diliat lagi melototin kita berempat,” kata Doni.
Sang bapak muda langsung tersadar mendengar apa yang Doni katakan. Ia segera melepas celana boxer yang dikenakannya. Batang kontol sang bapak muda yang ternyata juga besar dan panjang itu terlihat sudah keras mengacung tegak berdiri ke arah pusarnya.
“Saya tadi nyewa ruang ganti privat. Kalian mau ganti baju disana gak?” tanya sang bapak muda menawarkan pada mereka berempat.
“Boleh aja sih. Tapi nanti kami jadi lama dong tuker bajunya,”
“Ya gak papa kalo lama,” sahut sang bapak muda.
“Nanti kalo Om kelamaan ditungguin Tante gimana?”
“Nanti saya bilang aja habis beol ketemu teman lama terus ngobrol-ngobrol, bereskan,” sahut sang bapak muda santai.
“Kalo Om bilang gitu ya terserah. Kalo gitu mending sekarang kita ganti baju aja,” kata Wisnu.
“Ayo,” sahut sang bapak muda bersemangat.
Andre dan teman-temannya lalu menggenakan kembali celana renang mereka, begitu juga sang bapak muda. Setelah mengambil tas mereka di locker keempat remaja itu bersama sang bapak muda lalu menuju sebuah ruangan ganti privat berukuran tiga kali tiga meter yang disewa sang bapak muda. Ruangan itu sebenarnya disewa sang bapak muda untuk ganti baju dirinya dan keluarganya. Namun ternyata ruangan itu kini digukana oleh sang bapak untuk memuaskan nafsunya menikmati empat batang kontol gemuk panjang milik Andre dan teman-temannya.
Seperti kesetanan dengan terburu-buru sang bapak muda langsung mengulum empat batang kontol milik Andre dan teman-temannya satu per satu. Bapak muda itu berjongkok di lantai sementara Andre dan teman-temannya berdiri mengelilingi bapak muda itu.
Lima menit setelah melumat empat batang kontol gemuk panjang itu bergantian, sang Bapak berdiri. Ia kini meminta gantian empat remaja ganteng itu memuluti batang kontolnya beramai-ramai. Seperti anjing menemukan tulang, empat remaja ganteng itu berebutan memuluti batang kontol sang bapak muda dengan lahap.
Ternyata permainan tak cukup sampai lumat-melumat kontol saja. Bapak muda itu ternyata seorang bottom bagi partner sex lelakinya. Dengan hanya menggunakan sampo sebagai pelumas lobang pantatnya bapak muda itu minta dikentotin bergantian oleh Andre dan teman-temannya. Meski terasa perih dan lobang pantat yang penuh busa sampo, sang bapak muda mengangkang lebar di lantai menikmati kentotan empat batang kontol muda milik Andre dan teman-temannya bergantian satu per satu.
Empat puluh lima menit berlalu sudah. Akhirnya permaian sex itu berakhir setelah David yang dapat jatah terakhir memompa lobang pantat berbusa sang bapak muda menumpahkan benihnya dengan sukses disana. Sang bapak muda sendiri sudah dua kali orgasme, saat dikentot oleh Andre yang dapat jatah pertama dan saat dikentot oleh Wisnu yang dapat jatah ketiga.
Usai berbilas sekali lagi di shower terbuka, Andre dan teman-temannya lalu pamitan pada sang bapak muda dengan tak lupa mengucapkan terima kasih karena sudah menikmati lobang pantat sang bapak muda. Sang bapak muda itu kemudian meninggalkan Andre dan teman-temannya untuk menjumpai istri dan anaknya yang sudah menunggu sejak tadi di tepi kolam anak.
“Papa dari mana aja sih?” tanya sang istri cantik dengan agak kesal pada suami bejatnya itu.
“Tadi habis beol ketemu teman lama, Ma. Jadinya ngobrol-ngobrol deh,” sahut sang bapak muda santai.
“Kayaknya setiap kita kesini Papa selalu aja ketemu kawan lama deh setelah beol,” kata sang istri masih tetap sewot.
Sang bapak muda pura-pura tak mendengarkan. Ia lalu mengajak anaknya yang masih kecil untuk masuk kedalam kolam anak. Didalam kolam anak ia ikut bermain air bersama sang anak sambil mendinginkan lobang pantatnya yang masih terasa perih karena sampo dan gempuran empat batang kontol gemuk panjang milik Andre dan teman-temannya.
***
“Apa kabar Yon?” sapa Mama Calvin, dingin, pada Dion begitu tiba di ruang tamu tahanan.
Wajah Diosn pias menerima kedatangan Mama Calvin bersama-sama dengan Papa Calvin, Calvin, Tante Rini, dan Om Hendra. “Ba …, ba …, baik, tante,” sahut Dion gugup.
Suasana terasa kaku dan tegang.
“Silakan duduk Ibu dan Bapak sekalian, eh juga Mas ini,” kata Made mencairkan suasana.
“Anda siapa?” tanya Tante Rini jutek pada Made.
“Saya I Made Suarjana,” sahut Made memperkenalkan diri dan menyalami tamu Dion satu per satu, “Saya pengacara Pak Dion,” sambung Made formal.
“Hebat juga kamu bisa nyewa pengacara Yon,” kata Papa Calvin sambil mamdang sinis pada cowok itu.
Dion diam.
“Maaf Bapak dan Ibu sekalian, selaku kuasa hukum Pak Dion saya mewakili klien saya menanyakan maksud kedatangan Bapak Ibu sekalian kemari?”
“Yon, kamu tahu kalau Desi hamil?” tanya Mama Calvin dengan suara tinggi, ia tak mempedulikan pertanyaan Made.
Dion tak menjawab. Ia menundukkan wajahnya dalam-dalam.
“Jawab Yon, kamu tahu atau tidak Desi hamil?” tanya Tante Rini mengulang pertanyaan Mama Calvin juga dengan suara tinggi.
Dion tak juga menjawab.
“Kenapa Lo diam Yon? Lo emang taukan kalo Desi hamil dan Elo sengaja ninggalin dia kan?” kali ini Calvin yang bersuara. Tekanan suaranya menjelaskan kekesalannya.
Made memperhatikan reaksi Dion yang hanya diam, enggan menjawab pertanyaan beruntun yang datang dari keluarga Calvin. Sebagai pengacara Dion, Made langsung mengambil insiatif untuk menyudahi kunjungan keluarga Calvin itu.
“Klien saya hari ini agak lelah karena itu mohon pengertian dari Bapak dan Ibu sekalian agar pertemuan dapat dilanjutkan lain kali,” kata Made.
Keluarga Calvin tentu saja tidak bisa langsung menerima pengusiran halus yang dilakukan oleh Made itu. Namum mereka tidak bisa berbuat apa-apa karena Made kemudian memanggil Ali dan meminta reserse ganteng itu mengantarkan Keluarga Calvin keluar ruangan tunggu tahanan itu.
“Kenapa kamu diam aja Yon?” tanya Made pada Dion setelah Keluarga Calvin pergi.
“Aku tak tahu harus menjawab apa De,” sahut Dion.
“Hmmm…, kamu tahu kalau Desi hamil Yon?”
“Ya, aku tahu,”
“Kamu sengaja meninggalkannya setelah tahu dia hamil?”
“Ya,”
“Kenapa?”
“Aku dendam pada keluarga mereka,”
“Dendam?”
“Panjang ceritanya De,”
“Aku siap mendengarkan sepanjang apapun cerita kamu itu,”
“Aku belum siap untuk menceritakannya sekarang,”
“Kapan?”
“Beri aku waktu De,”
“Waktumu tidak banyak Yon. Kalau kamu memang mau aku bantu, kamu harus menceritakan semuanya padaku,”
“Aku akan menceritakannya besok,”
“Baik, aku akan kemari lagi besok,”
“Kamu pulang sekarang De,”
“Tentu aja enggak Yon. Kita ada janji dengan dua reserse ganteng yang menangkap kamukan,” sahut Made mengerling nakal pada Dion.
Dion tersenyum tipis.
***
Selesai berganti pakaian, Andre dan teman-temannya ngumpul di cafetaria yang ada di lingkungan kolam renang itu. Mereka berempat makan dan minum disana sambil ngobrolin tentang nomor telepon sang peneror Andre dan Calvin.
“Ini bukan nomor telepon Rafael,” kata David setelah mengecek nomor telepon peneror yang diberitahukan Andre padanya.
“Siapa tau Rafael punya nomor telepon lain yang Elo gak tau Vid?” tanya Wisnu.
“Gue gak tau kalo dia punya nomor laen. Tapi entar Gue cek langsung ke dia,”
“Makasih banyak Vid,” kata Andre.
“Sama-sama Ndre,”
“Menurut Elo, mungkin gak kalo Rafael sang peneror itu?” tanya Doni.
“Entahlah Don. Tapi kayaknya enggak deh,”
“Elo ngebela Rafael nih?” tanya Doni.
“Bukan ngebela Don. Gue kenal betul adik Gue. Menurut Gue, Rafael gak punya motif untuk berbuat seperti itu ke Andre dan Calvin,”
“Gue harap begitu Vid,” kata Doni.
“Gue juga. Gue gak mau persahabatan kita ini rusak gara-gara peristiwa seperti ini,” sambung Wisnu.
“Gue juga gak mau persahabatan kita ini hancur guys,” kata David. Ia memandang ke arah Andre yang banyak diam saja sejak tadi.
“Vid, kapan Lo bakalan nanyain Rafael soal ini?” tanya Doni.
“Hari ini juga Gue akan nanyain dia. Nanti Gue akan kabarin ke Elo segera,” sahut David.
“Thanks banget Vid,” kata Andre.
“Sama-sama Ndre,” sahut David.

Serial Andre & CalvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang