#30 Uenaknya Nyoblos Perjaka

15.8K 141 3
                                    

Silvia menungging di atas ranjang dan mengkangkangkan pahanya lebar-lebar. Gadis cantik itu mengerang-erang keras. Dibelakangnya Calvin mengentotnya dengan sepenuh tenaga. Batang kontol Calvin keluar masuk memek Silvia dengan cepat dan menghentak-hentak kuat. Tubuh Calvin dan Silvia sudah basah kuyup bersimbah keringat.
Silvia keenakan. Gadis itu belum pernah merasakan kentotan yang sangat bertenaga seperti yang dilakukan oleh Calvin padanya saat ini. Silvia tak tahu bahwa Calvin sedang memuaskan fantasinya sendiri. Calvin sedang membayangkan bahwa saat itu ia sedang mengentoti Andre dengan penuh nafsu.
“Ohhh… ohhh…ohhh…,” erang Calvin keras.
Calvin terus mengaduk-aduk memek Silvia seolah-olah itu adalah lobang pantat Andre yang sangat dirindukannya. Calvin bermain dengan imajinasinya. Ia menggosok-gosok memek Silvia yang berjembut dan membayangkan seolah-olah disana ada sebatang kontol gemuk panjang milik Andre. Gosokan-gosokan kencang dilakukannya di memek Silvia seolah-olah ia sedang mengocok-ngocok batang kontol Andre sekuat-kuatnya. Punggung mulus Silvia dijilati oleh Calvin. Sesekali giginya menggigit geram. Calvin membayangkan sedang menjilati dan menggigit punggung Andre yang kokoh dan berotot.
Sementara Calvin asik mengentoti Silvia sambil membayangkan sedang mengentoti Andre, saat itu Andre sedang dalam perjalanan mengendarai sepeda motornya dan sudah hampir tiba di rumah Calvin.
***
Andre memarkirkan sepeda motornya di depan pintu gerbang rumah Calvin. Cowok itu kemudian turun dari sepeda motornya dan berjalan menuju bel yang terdapat di pintu gerbang itu. Saat Andre akan menekan bel, tiba-tiba cahaya lampu sorot yang sangat terang menyambar wajahnya. Andre menahan sorotan cahaya lampu itu dengan telapak tangannya.
“Siapa sih yang kurang ajar nyorot-nyorot lampu ke Gue?” maki Andre dalam hati.
Cahaya lampu sorot kemudian sirna. Andre berusaha menatap ke arah datangnya cahaya tadi. Namun pandangannya belum jelas benar akibat pengaruh silau cahaya tadi. Ia belum dapat melihat dengan jelas ke arah datangnya cahaya itu. Hanya telinganya yang menangkap suara pintu mobil membuka dan menutup dari arah datangnya cahaya tadi.
Kemudian terdengar langkah kaki berjalan mendekati Andre. Siluet tubuh yang berjalan mendekati Andre jelas menunjukkan sosok seorang laki-laki jangkung bertubuh atletis. Andre bertanya-tanya dalam hati, siapa kira-kira lelaki yang berjalan mendekatinya itu.
“Apakabar Ndre,” tegur sosok lelaki itu pada Andre ketika keduanya sudah berdiri dekat.
“Doni?!” seru Andre gembira. “Elo rupanya. Sialan Lo, ngapain pake nyorot-nyorot Gue pake cahaya lampu mobil?”
“Hahahaha,” Doni terbahak. Cowok itu langsung merangkul tubuh Andre erat. Andre membalas merangkul kakak kelasnya itu tak kalah erat.
“Ngapain Lo malam-malam disini?” tanya Andre setelah keduanya saling melepaskan rangkulan mereka. Sambil bertanya Andre menatap Doni dari atas ke bawah. Kakak kelasnya yang ganteng itu terlihat sangat jantan menggenakan seragam Taruna Akmilnya.
“Nungguin adik Gue. Elo sendiri ngapain disini?” tanya Doni balik.
“Gue mau ke rumah temen Gue,” sahut Andre.
“Rumahnya yang mana?”
“Yang ini,” sahut Andre menunjuk rumah di depan mereka.
“Gue juga nungguin adik Gue pulang dari rumah ini,” sahut Doni.
“Ini rumah Calvin, temen Gue. Adik Elo temennya Calvin juga ya,”
“Katanya sih si Calvin pacarnya dia Ndre,”
“Pacarnya Calvin? Emangnya siapa nama adik Lo?” tanya Andre.
“Silvia,”
“Silvia?!” tanya Andre kaget.
“Yup,”
“Elo kakaknya Silvia?!”
“Yoi. Silvia adik kelas Elo di SMA Dwi warna,”
“Kok Gue selama ini gak tau sih,”
“Ya iyalah. Elo kan gak pernah maen ke rumah Gue. Lagian juga Silvia kan masuk setelah Gue lulus,”
“Jakarta ternyata sempit,”
“Hehehe. Calvin itu temen Lo gimana sih?”
“Ya, temen gitu deh. Anak SMA Dwi Warna juga,”
“Anak basket juga?”
“Enggak?”
“OSIS?”
“Enggak,”
“Temen ngentot Elo ya?”
“Hahahaha,”
“Rugi dong adik Gue dapet cowok bekas Elo,” kata Doni lagi.
“Mau gimana lagi,” sahut Andre.
“Iya sih. Mau gimana lagi, hehehe. Ngomong-ngomong si Calvin ini cakep?”
“Cakep dong. Emang mau Lo apain?”
“Masak cuman Elo doang yang ngerasain dia,”
“Dasar Lo!”
“Masuk yuk, Gue pingin liat si Calvin,”
“Ngapain juga. Lagian Elo apa tega ngegarap pacar adik Elo sendiri?”
“Kenapa enggak?’
“Maniak,”
“Elo juga,”
“Emang Elo kurang puas apa selama di Akmil?”
“Di Akmil Gue cuman jadi tempat pelampiasan doang. Nasib kalau jadi junior ya kayak gitu. Pantat Gue dipake sama senior terus. Sementara Gue gak bisa ngerasain pantatnya dia,”
“Hehehe. Lo kangen pantat nih ceritanya,”
“He eh. Gue pingin pantatnya Calvin,”
“Emang pantat Gue gak bisa Elo pake apa?”
“Ya pantat Elo juga,”
“Dasar,”
“Gue horny banget nih Ndre,”
“Gue juga,”
“Cari tempat yuk,”
“Dimana?”
“Terserah Elo,”
“Elo gak punya temen deket-deket sini?”
“Ada sih. Tadi Gue juga maksudnya mau maen ke rumahnya dia sambil nungguin jemput Silvia pulang. Tapi ternyata di rumahnya lagi ada acara, makanya Gue kemari lagi. Elo gak ada temen deket sini?”
“Enggak ada Don. Gimana kalau Lo telpon Silvia dan bilang Lo udah nungguin disini. Terus Elo anter dia pulang. Setelah itu Lo balik lagi kesini,”
“Bentar, Gue coba telpon dia,”
Doni lalu menelpon Silvia dengan menggunakan ponselnya. Beberapa kali Doni menghubungi tapi Silvia tidak membalas panggilannya. Andre dan Doni tidak tahu saat itu Silvia sedang menikmati gocekan batang kontol Calvin di dalam memeknya.
“Gak diangkat,” kata Doni.
“Jangan-jangan mereka berdua lagi ngentot,” sahut Andre.
“Sial! Ke rumah Elo aja gimana? Kontol Gue dah ngaceng banget nih. Pondok Indah kan gak terlalu jauh dari sini,”
“Boleh aja sih. Tapi kalo orang tua Gue pulang berabe Don,”
“Emang kenapa?”
“Gue belon ketemu mereka beberapa hari ini. Kalau mereka tau Gue udah pulang, entar Gue dipanggil mereka dan diajak ngobrol, acara kita jadi terganggu dong,”
“Gitu ya. Sebenernya di Pondok Indah ada rumah nenek Gue Ndre. Sepi sih disitu. Nenek Gue tinggal berdua doang dengan pengasuhnya. Tapi Gue males banget kesana,”
“Emang kenapa?”
“Nenek Gue suka ngomel-ngomel kalo Gue atau Silvia kesana. Dia selalu nyalahin Bokap Gue. Katanya Bokap yang menyebabkan Nyokap Gue meninggal. Kalo Silvia masih tahan dengerin omelannya dia. Kalo Gue gak tahan Ndre,”
“Ya udah, kalo gitu gak usah kesitu dong Don,”
“Jadi kemana?”
“Lo inget sama David gak?”
“Inget, kenapa dia?”
“David tinggalnya di Pondok Indah sini juga Don. Tapi Gue lagi males aja ke rumahnya dia,”
“Kenapa Lo males ke rumahnya dia?”
“Ada sesuatu Don. Gue belon bisa ceritainnya ke Elo sekarang, entar deh kalo masalahnya kelar,”
“Oke. Lagian juga Gue gak hobi ngurusin urusan orang. Yang penting sekarang gimana urusan kita berdua nih?”
“Kok susah banget ya nyari tempat ngentot?” gumam Andre.
“Astaga!”
“Kenapa Don?”
“Kok Gue jadi lupa sih. Si Ichsan kan rumahnya di Bintaro sini,”
“Ichsan?! Yang mantan Ketua Rohis?”
“Yoi,”
“Gila Lo. Apa mau dia ngasih tempat buat kita?”
“Pasti dong. Kan Elo udah pernah Gue ceritain kalo dia juga pernah ngentot sama Gue,”
“Iya. Gue inget. Tapikan setelah itu dia tobat,”
“Tobat apaan? Tamat SMA si Ichsan malah jadi Lonte Lanang, Ndre. Spesialis memuaskan laki-laki bejat yang doyan dengan cowok tampang baek-baek kayak dia,”
“Kok bisa? Gimana ceritanya?”
“Entar deh Gue ceritain di jalan. Ayo kita ke rumahnya sekarang!” kata Doni kemudian bergegas melangkah menuju mobilnya.
“Don, motor Gue gimana dong?” tanya Andre.
“Lo bawa dong, gimana sih,”
“Terus cerita tentang Ichsan gimana?”
“Ceritanya ditunda aja dulu. Yang penting sekarang kita ke rumah Ichsan,”
“Oke, bos,”
***
Di apartemen, pesta ulang tahun Papa Calvin berlanjut semakin cabul. Semua yang hadir di apartemen itu telah menanggalkan baju dan celana mereka masing-masing. Tubuh-tubuh cowok-cowok ganteng dan jantan-jantan itu kini hanya tinggal dibalut celana dalam saja.
Papa Calvin sedang menikmati kue ulang tahunnya. Ia menyantap potongan kue ulang tahun itu dengan menggunakan sendok khusus yaitu batang kontol milik para cowok virgin. Satu per satu para cowok virgin itu mencolek dengan ujung kontol mereka kue ulang tahun yang terletak di meja dan kemudian menyuapkannya ke mulut Papa Calvin.
Sebelumnya, tepatnya siang tadi, Papa Calvin sudah menyuruh sekretarisnya—yaitu Sonya—untuk mempersiapkan segala keperluan pesta di apartemennya itu, termasuk kue ulang tahun dan berbagai makanan serta minuman lainnya. Seandainya saja Sonya mengetahui acara ulang tahun atasannya itu adalah pesta sex dengan para lelaki termasuk dengan ketiga adiknya sendiri tentu akan membuat hati Sonya semakin pilu.
Sementara Papa Calvin menikmati kue ulang tahunnya, para cowok yang lain menyanyikan lagu ‘Selamat Ulang Tahun’ dipandu oleh Antonius. Cowok-cowok itu menyanyi sambil bertepuk tangan dan juga bersorak-sorak. Suasana ruang tamu apartemen benar-benar riuh. Untng saja ruang tamu aprtemen itu kedap suara sehingga keriuhan di dalam ruangan tidak sampai terdengar keluar.
Papa Calvin sedang menerima suapan kue ulang tahun dari batang kontol milik Delfi. Sambil melahap kue, tentu saja Papa Calvin tak lupa menyelomoti batang kontol Delfi yang besar itu. Bentuknya secara visual sangat indah dilihat, gemuk panjang dan berurat-urat. Bukan saja Papa calvin, cowok-cowok yang lain pun sangat berselera menikmati batang kontol milik Delfi itu.
Setelah semua cowok virgin itu selesai menyuapi Papa Calvin, cowok-cowok yang lain menyudahi nyanyian lagu ‘Selamat Ulang Tahun’ mereka. Antonius lalu meminta para cowok virgin untuk menyuguhkan tarian erotis dihadapan Papa Calvin sebagai hadiah ulang tahun. Para cowok itu langsung melaksanakan apa yang diminta oleh Antonius itu. Meskipun pada dasarnya mereka tak ada yang pandai menari, namun liukan-liukan erotis yang mereka lakukan sudah cukup untuk membangkitkan birahi siapa saja yang menyaksikannya.
Para cowok itu kemudian melakukan gerakan-gerakan erotis berpasangan. Hendra dengan Alfonsus, Dino dengan Angga, Tody dengan Delfi, sedangkan Rafael dengan Thomas. Mereka melakukan gerakan-gerakan seolah-olah sedang bersenggama satu sama lain. Apa yang dilakukan para cowok virgin itu membuat Papa Calvin tak sabar untuk segera mengecap kenikmatan dari mereka. Papa Calvin bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah pasangan Rafael dan Thomas. Ia berdiri di depan Rafael yang sedang dipeluk Thomas dari belakang. Thomas sedang asik menggesek-gesekkan batang kontolnya yang sudah tegak di belahan buah pantat Rafael.
Papa Calvin meraba-raba perut Rafael yang cukup berotot. Mulutnya mendekati dada bidang cowok itu dan kemudian mulai meleletkan lidahnya menjilati pentil Rafael. Hendra dan Alfonus mendekati Papa Calvin. Alfonsus lalu memeluk tubuh atletis Papa Calvin dari belakang. Kedua telapak tangannya meremas-remas dada bidang Papa Calvin. Dibelakang Alfonsus, Hendra asik menjilati punggung putih mulus milik sepupu Stefanus itu.
Pasangan cowok virgin yang lain juga ikut mendekat ke arah Papa Calvin. Kini Papa Calvin dikelilingi delapan cowok virgin itu. Papa Calvin sibuk mengerjai tubuh-tubuh ramping, kekar, dan atletis milik cowok-cowok muda itu dengan lidah, tangan, dan juga tubuhnya. Satu per satu celah lobang pantat cowok virgin itu digelitik oleh Papa Calvin dengan jar-jarinya.
Tak puas menggelitik dengan jari, Papa Calvin lalu berjongkok di lantai dan mulai menggarap lobang pantat milik cowok virgin itu satu per satu dengan mulut dan lidahnya. Bergantian ia menjilati lobang pantat para cowok virgin itu satu per satu.
Antonius kemudian memberikan sebuah botol berisi pelumas kepada Papa Calvin. Ia sudah memaklumi keinginan Papa Calvin yang sudah tak sabar untuk menancapkan batang kontolnya di celah sempit milik para cowok virgin itu. Papa Calvin menuang pelumas ke jarinya. Ia lalu menyodokkan jarinya ke lobang pantat cowok yang terdekat posisi berdirinya dengannya saat itu. Cowok yang mendapat kesempatan pertama itu adalah Tody.
Tody tersentak saat merasakan jari telunjuk yang licin karena berpelumas milik Papa Calvin memasuki lobang pantatnya yang masih sempit. Ada sakit yang dirasakan Tody, namun ditahannya rasa sakit itu. Tody melebarkan pahanya. Kedua tangannya membuka belahan pantatnya yang putih. Papa Calvin menyodokkan jari telunjuknya semakin dalam ke celah lobang pantat Tody. Papa Calvin merasakan jepitan yang erat di jarinya oleh lingkaran cincin lobang pantat Tody.
Jari tengah Papa Calvin mulai ikut masuk kedalam lobang pantat Tody menyusul jari telunjuknya yang sudah masuk duluan. Tody merasakan sakit yang makin bertambah di celah lobang pantatnya ketika jari tengah Papa Calvin akhirnya masuk kedalam lobang pantatnya bergandengan jari telunjuk. Kemudian Papa Calvin mulai menggerakkan kedua jari tangannya itu maju mundur perlahan-lahan di dalam lorong sempit lobang pantat Tody.
Berkali-kali gerakan maju mundur itu dilakukan Papa Calvin. Seiring dengan itu Tody mulai merasakan timbulnya rasa nikmat diantara rasa sakit yang ada. Tanpa bisa ditahannya, erangan meluncur dari bibir tipis Tody. Papa Calvin mulai meningkatkan tempo gerakan maju mundur kedua jari tangannya di dalam lobang pantat Tody. Jari tengah dan jari telunjuk Papa Calvin kini bergerak cepat dan semakin cepat di dalam sana. Erangan Tody pun semakin keras.
Dengan menggunakan tangannya yang lain, Papa Calvin menuangkan isi pelumas dari dalam botol ke batang kontolnya yang sudah mengacung tegak sekeras kayu. Setelah botol diletakkannya ke lantai ia meratakan pelumas itu ke seluruh batang kontolnya dengan tangannya sambil terus merojok celah lobang pantat Tody dengan kedua jari tangannya yang lain.
Beberapa saat kemudian Papa Calvin berdiri dari jongkoknya. Tubuh Tody yang ramping atletis dipeluknya dari belakang sambil jemarinya meremas-remas liar dada dan perut Tody. Papa Calvin mendorong tubuh Tody ke depan dan mengarahkan agar remaja itu membungkuk dengan kedua tangannya berpegangan di sofa tempat Papa Calvin duduk tadi. Posisi Tody kini benar-benar sudah pasrah dan siap untuk diperjakai oleh Papa Calvin.
Papa Calvin lalu berdiri di belakang tubuh Tody yang mengangkang. Papa Calvin memegang batang kontolnya yang mengkilap karena pelumas dengan tangannya dan kemudian mengarahkannya ke celah lobang pantat Tody. Ketujuh cowok virgin yang lain menatap dengan serius apa yang Papa Calvin lakukan. Mereka menahan nafas menyaksikan detik demi detik saat kepala batang kontol Papa Calvin menyusup pelan-pelan ke celah lobang pantat Tody.
Papa Calvin menekan pantatnya memasukkan kepala kontolnya ke lobang pantat sempit Tody itu sedikit demi sedikit. Setiap tekanan yang dilakukan Papa Calvin membuat Tody mengerang. Senti demi senti kepala kontol Papa Calvin menyusup ke dalam rongga lobang pantat Tody yang mulai menganga semakin lebar. Semakin dalam batang kontol itu masuk ke celah lobang pantatnya semakin keras pula erangan Tody menahan sakit. Secara refleks jemarinya mencengkeram sofa semakin kuat.
“Ohhh…, sempitnyahh…,” rintih Papa Calvin.
Batang kontol Papa Calvin kini sudah menancap seluruhnya di dalam lobang pantat Tody. Ketujuh cowok virgin itu menatap tak percaya melihat batang kontol Papa Calvin yang gemuk dan panjang itu bisa ditelan seluruhnya oleh lobang pantat Tody yang sempit. Papa Calvin kemudian mulai menggerakkan pantatnya pelan maju mundur. Tody menengandahkan kepalanya menahan sakit akibat gesekan batang kontol Papa Calvin di dalam lorong lobang pantatnya.
Sementara itu cowok-cowok yang lain mulai mencari pasangan masing-masing. Sony berjalan mendekati David yang sedang duduk dengan Robin dan Ruben. Reserse ganteng itu dari tadi memang sudah memperhatikan remaja ganteng berwajah mirip Ekin Cheng itu. Sony ingat bahwa David adalah salah satu teman sekolah Andre yang foto dan biodatanya ia peroleh dari Pak Simangunsong. Selain memperhatikan david, Sony juga memperhatikan Rafael juga. Ia tak menyangka akan bertemu dengan kedua remaja ganteng itu dalam situasi seperti ini.
“Kenalkan, saya Sony,” kata Sony memperkenalkan namanya dan mengulurkan tangannya kepada David.
“David,” sahut David ramah dan menjabat tangan Sony.
Sony kemudian menjabat tangan Robin dan Ruben juga bergantian sambil saling memperkenalkan nama mereka.
“Boleh dong saya ‘main’ dengan kalian,” kata Sony sambil mengerling nakal pada ketiga remaja ganteng itu.
“Tentu boleh Om,” sahut David.
“Om? Emangnya saya kelihatan udah tua bangte ya,” kata Sony sambil nyengir.
“Enggak sih. Cuman entar dibilang gak sopan kalo saya nyebut nama langsung,” sahut David ngeles.
“Hehehe, panggil mas aja,” sambung Sony.
“Oke, Mas maunya main apaan nih?”
“Gimana kalau kita mulai dengan istol?” tanya Sony sambil menurunkan celana ketatnya. Sebonggol kontol gemuk panjang berjembut lebat yang belum ngaceng langsung terpampang di hadapan David, Robin, dan Ruben.
David langsung menyambut batang kontol Sony dengan mulutnya. Kepala kontol Sony langsung dilumatnya.
“Ohhh…,” rintih Sony.
Robin mendatangi belakang Sony. Kepalanya langsung menyerbu belahan pantat reserse ganteng itu. Sementara Ruben menjilati perut dan menjalar sampai ke dada bidang Sony.
“Kalian benar-benar lonte lanang profesional, ohhh…,” kata Sony sambil merintih.
***
Andre dan Doni tiba di rumah Ichsan yang sederhana terletak di pinggiran kompleks perumahan Bintaro.
“Ichsan tinggal sendirian sekarang di rumah ini, sejak kedua orang tuanya meninggal dunia,” kata Doni menerangkan.
“Kok Elo bisa tau banyak soal Ichsan Don?” tanya Andre.
“Ichsan jadi sangat terbuka sama Gue Ndre sejak Gue perjakai dia,”
“Ichsan anak tunggal?”
“Enggak, kedua adiknya masih kecil-kecil. Sekarang tinggal di kampung sama neneknya. Ichsan selalu mengirimkan uang belanja untuk kedua adiknya di kampung dari hasil kerja dan hasil ngElontenya, hehehe,” kata Doni nyengir.
“Emang Ichsan kerja apa Don?”
“Dia kerja jadi bartender di karaoke. Buat nambah penghasilan dia jadi lonte. Konsumennya ya tamu-tamu di karaokenya itu. Dia ngelayanin tante-tante dan om-om, tapi katanya lebih banyak om-om yang makai dia sekarang daripada tante-tante. Soalnya yang sering ke karaoke kan emang om-om,”
“Bukannya om-om kalo ke karaoke suka bawa perek Don?’
“Yoi. Kata Ichsan banyak om-om yang bawa perek ke karaoke cuman kamuflase doang. Selesai karaoke si om malah janjian sama bartender yang ganteng-ganteng terus check-in ke hotel deh,”
“Jangan-jangan Ichsan gak ada di rumah Don. Siapa tau dia lagi check-in sama om-om,”
“Tadi Gue udah nelpon dia waktu kita jalan kemari. Katanya dia lagi off malam ini Ndre,” sahut Doni dan berjalan ke pintu rumah Ichsan. Taruna Akmil itu kemudian mengetuk pintu rumah Ichsan. Tak lama pintu membuka dari dalam. Ichsan muncul di depan pintu dan langsung mengembangkan senyum melihata kedatangan Doni.
“Ayo masuk Don,” katanya akrab.
Andre melihat gaya Ichsan masih tetap seperti dulu. Janggut tipis di dagunya masih tetap ada menghiasi wajahnya yang tampan.
“Ayo Ndre, masuk! Ngapain bengong disitu,” kata Ichsan pada Andre yang sedang menatapnya.
“Oke San,” sahut Andre.
Setelah Doni dan Andre masuk kedalam rumah, Ichsan langsung menutup pintu dan menguncinya dari dalam.
“Duduk dulu deh, Gue bikin minum dulu ya,” kata Ichsan mempersilakan tamunya duduk di sofa tua yang adadi ruang tamu rumahnya. Cowok itu kemudian menuju dapur yang terletak di bagian belakang rumahnya.
Tak lama Ichsan nongol dengan membawa dua gelas kosong dan satu botol air dingin.
“Yang ada cuman ini doang. Diminum ya,” kata Ichsan ramah. Cowok itu kemudian ikut duduk di sofa.
“San, Gue pingin numpang tempat nih,” kata Doni tembak langsung sambil menuang air ke dalam gelas dan kemudian meneguknya.
“Tempat buat apaan?” tanya Ichsan tersenyum. Sebenarnya Ichsan sudah tahu maksud Doni karena tadi Doni menceritakannya maksudnya pada Ichsan ditelepon saat dalam perjalanan menuju ke rumah Ichsan ini. Namun cowok itu rupanya ingin menggoda Doni.
“Ya buat ngentot,” sahut Doni kalem.
Ichsan terbahak, “Hehehehe, dengan siapa? Kok gak ada ceweknya?” tanya Ichsan lagi. Matanya melirik nakal pada Andre. Entah kenapa Andre merasa kikuk di depan Ichsan. Ada perasaan malu hati karena Ichsan mengetahui rahasianya.
“Udah deh, gak usah pake basa-basi segala. Lo kalau mau ikutan ayo. Kalau gak mau ikutan ya terserah,” kata Doni. Cowok itu kemudian bangkit dari duduknya dan menarik tangan Andre untuk kemudian membawa cowok itu menuju sebuah kamar yang pintunya terbuka.
Andre mengikuti langkah Doni masuk kedalam kamar itu. Begitu tiba di kamar Doni langsung memeluk tubuh Andre. Keduanya kemudian berpagutan dengan buas. Ichsan berdiri di depan pintu dan memandangi perbuatan Doni dan Andre dengan senyum lebar. Doni dan Andre tak mempedulikan Ichsan. Keduanya sibuk saling melumat bibir dan saling meraba tubuh satu sama lain. Doni tergesa-gesa melepaskan sabuk dan kemudian menurunkan celana panjang sekaligus celana dalamnya kebawah. Batang kontolnya sudah sekeras kayu. Cowok itu rupanya sudah bernafsu sekali.
Doni menyuruh Andre berjongkok dihadapannya. Andre segera mengerjakan apa yang disuruh Doni. Mulut Andre segera menerkam batang kontol Doni. Ichsan mendekati keduanya, cowok itu kemudian melepaskan celana pendek yang tadi dikenakannya. Dibalik celana pendek itu tak adalagi celana dalam. Sambil mengoral Doni, Andre melihat batang kontol Ichsan yang gemuk panjang dan berwarna kuning langsat kemerahan. Bentuknya sangat indah pada pangkalnya seonggok jembut lebat terlihat mengelilingi.
Mulut Ichsan langsung berpagutan dengan mulut Doni. Sambil berpagutan, Ichsan memegang kontolnya dan mengarahkannya ke mulut Andre. Cowok itu rupanya pingin dioral juga oleh Andre. Dengan sigap Andre menyambut batang kontol Ichsan. Untuk pertama kalinya ia memasukkan batang kontol cowok ganteng bertampang alim itu kedalam mulutnya.
***
Papa Calvin mencabut batang kontolnya dari lobang pantat Tody. Cowok itu terlihat meringis menahan sisa-sisa rasa sakit plus nikmat di lobang pantatnya akibat sodokan-sodokan batang kontol Papa Calvin tadi. Papa Calvin kemudian beralih menuju Rafael. Dengan sigap cowok berwajah oriental itu langsung duduk di sofa, mengangkangkan pahanya lebar-lebar. Tangannya segera melumuri lobang pantatnya dengan pelumas sebanyak-banyaknya. Papa Calvin tersenyum cabul menyaksikan kesigapan Rafael itu.
Papa Calvin kemudian mengambil posisi didepan Rafael. Batang kontolnya segera diarahkannya ke lobang pantat Rafael yang masih sempit itu. Tanpa foreplay terlebih dahulu Papa Calvin menyusupkan kontolnya ke lobang pantat Rafael.
“Ooohhhhh…,” erang Rafael sambil menutup matanya saat bibir lobang pantatnya dirasakannya menyambut kedatangan kepala kontol Papa Calvin.
Papa Calvin mendorong kontolnya terus masuk kedalam lobang pantat Rafael. Dorongan yang kuat dan mantap sehingga batang kontol itu masuk semakin dalam ke lorong sempit milik Rafael yang licin karena pelumas. Rafael terus mengerang. Wajahnya memerah, otot-otot tubuhnya menegang menahan sakit. Papa Calvin terus mendorong, melihat ekspresi Rafael yang menahan sakit semakin menambah semangat Papa Calvin mendorong kontolnya makin kedalam hingga akhirnya seluruh batang kontolnya tertanam di lobang pantat Rafael.
Rafael membuka matanya ketika merasakan di sekitar lobang pantatnya terasa geli oleh sentuhan bulu-bulu jembut Papa Calvin. Ia sadar bahwa lobang pantatnya sudah menelan seluruh batang kontol Papa Calvin yang gemuk dan panjang itu.
“Udah masuk semua Om?” tanya Rafael sambil memandang dengan tatapan sayu pada Papa Calvin.
“Udah, liat aja sendiri,” kata Papa Calvin sambil tersenyum cabul.
Rafael kemudian memandang ke arah selangkangannya. Disekitar lobang pantatnya terlihat semak jembut Papa Calvin yang lebat.
“Gimana rasanya? Enakkan?” tanya Papa Calvin.
“Perih Om. Tapi gak papa kok,” sahut Rafael.
“Om goyang ya,”
“He eh,”
Papa Calvin mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur. Sambil menggoyang kedua tangannya memegang pinggang ramping Rafael kuat sebagai penumpu. Tak lama goyangan itu berubah cepat dan menghentak-hentak. Rafael mengerang-erang kuat menahan sakit diantara sedikit rasa nikmat.
Dion melirik ke arah sofa tempat Papa Calvin sedang mengentoti Rafael. Ada perasaan iba di hatinya melihat adik bungsunya yang harus melayani nafsu bejat Papa Calvin. Dion tiba-tiba teringat masa lalunya saat pertama kali ia merasakan disenggamai oleh seorang laki-laki. Saat itu ia juga mengerang-erang keras menahan sakit seperti yang sedang dialami Rafael saat ini.
***
Alam fikiran Dion menjelajah ke masa lalunya. Saat itu Dion masih duduk di bangku kelas dua SMP. Bersama dengan Sonya, David, dan Rafael, mereka tinggal di sebuah rumah kontrakan yang sangat sederhana. Rumah itu hanya terdiri dari dua kamar. Satu kamar untuk Sonya dan satu lagi untuk Dion, David, dan Rafael. Sejak mama mereka meninggal setahun yang lalu setelah sebelumnya sang papa meninggal dua tahun sebelumnya Sonyalah yang membiayai hidup mereka berempat.
Sonya saat itu masih SMA. Gadis itu mencari uang dengan bekerja rangkap sebagai buruh cuci di rumah tetangga mereka yang kaya sekaligus jadi lonte di malam hari. Tak banyak orang yang tahu tentang pekerjaan Sonya sebagai lonte ini selain Dion dan pemakai jasa Sonya. Tetangga mereka sebagian besar hanya tahu Sonya menjadi buruh cuci untuk membiayai hidupnya dan adik-adiknya.
Dion mengetahui profesi Sonya sebagai lonte juga secara kebetulan. Satu malam saat ia terbangun dari tidur karena ingin pipis ia mendengar dari dalam kamar Sonya yang hanya ditutup dengan tirai seperti juga kamarnya ada suara-suara aneh. Sebagai anak laki-laki yang paling tua maka Dion langsung sigap mengambil parang dari dapur maksudnya akan melakukan tindakan apabila di kamar Sonya ada maling. Saat ia kembali ke kamar Sonya didengarnya kakaknya itu menjerit tertahan. Mendengar jeritan tertahan sang kakak Dion langsung membuka tirai dan bermaksud akan menyerbu kedalam kamar.
Saat tirai kamar Sonya terbuka lebar Dion langsung kaget melihat apa yang terjadi di dalam kamar kakaknya itu. Di atas kasur yang diletakkan di atas lantai dilihatnya kakaknya yang cantik itu dalam keadaan telanjang bulat dengan tubuh bersimbah keringat sedang menungging seperti anjing dengan kedua tangan dan kakinya menjadi tumpuan. Dibelakang tubuh sang kakak dengan kakai menekuk dilihatnya Ketua RT mereka juga dalam keadaan telanjang bulat dan tubuh bersimbah keringat sedang menggoyang-goyangkan pantatnya maju mundur dengan cepat dan keras. Mata Dion jelas melihat batang kontol Pak RT yang mengkilap karena lendir keluar masuk memek kakaknya.
“Dion? Kamu ngapain malam-malam masuk kamar kakak?!” tanya Sonya marah. Gadis itu segera melepaskan dirinya dari Pak RT dan mengambil bajunya yang berserakan di lantai kemudian ditutupkannya pada tubuhnya yang telanjang. Sementara Pak RT dengan wajah mupengnya menatap Dion kesal. Pak RT tak berusaha menutupi tubuhnya yang telanjang itu dengan apapun. Dengan santai ia memamerkan tubuhnya yang gembrot dan berkontol mungil itu ke hadapan Dion.
“Kakak ngapain ngentot dengan Pak RT?” tanya Dion antara bingung dan marah.
“Kamu tidak sopan Yon,” kata Sonya.
“Pak RT kan punya istri, ngapain ngentot dengan kakak?” tanya Dion lagi.
“Sudah, kamu tidur sana,” kata Sonya.
Dion tak beringsut juga dari tempatnya berdiri.
“Dion, kamu tidur sana!” kata Sonya lagi memerintah.
Akhirnya meski bingung dan kesal Dion menurut perintah kakaknya. Ia kembali ke kamar dan Dion jadi lupa kalau tadi sebenarnya dia mau pipis. Semalaman itu Dion tak bisa tidur. Ia bingung melihat apa yang dilakukan kakaknya tadi dengan pak RT. Sebagai bocah SMP yang sudah mulai puber Dion pernah baca buku stensilan porno dengan teman-temannya karena itu Dion tahu apa yang dilakukan kakaknya dengan Pak RT tadi itu adalah ngentot. Sebagai bocah yang masih lugu Dion hanya tahu orang ngentot itu hanya kalau suami istri. Kalau ngentot dengan orang lain itu dosa. Tapi kenapa kakaknya mau melakukan dosa? Pikir Dion.
Besok paginya Dion tidak mau berangkat sekolah. Ia masih kesal pada kakaknya. Sonya rupanya mengerti dengan kekesalan Dion. Setelah selesai mencuci dari rumah tetangga Sonya lalu mengajak adiknya itu berbicara. Sonya mengatakan bahwa ia mau melakukan itu dengan Pak RT karena uang. Sonya meminta adiknya itu untuk mengerti dengan apa yang terjadi.
Dion akhirnya mau tak mau menerima alasan Sonya. Ia sadar mereka punya kebutuhan yang harus dipenuhi dengan uang. Sejak itu Dion tak peduli lagi bila Sonya membawa laki-laki ke rumah. Dion malah membantu kakaknya itu agar kedua adik mereka tidak perlu tahu apa yang dilakukan oleh Sonya.
Bermula dari lonte kampung kecil-kecilan, lama kelamaan Sonya naik daun jadi lonte kelas tinggi. Sonya sering dibooking Om-om banyak duit dan ngentotnya di hotel. Sonya tak mau lagi melayani permintaan ngentot di rumah kecuali yang meminta Pak RT karena ia merasa punya kepentingan dengannya seperti urusan KTP atau yang lain.
Apa yang dilakukan oleh Sonya akhirnya diikuti juga oleh Dion. Ketika ada tante-tante yang tertarik padanya saat bertemu di mal, Dion langsung menanggapi. Di usianya yang masih tiga belas tahun saat itu untuk pertama kalinya Dion mengentot dengan seorang tante-tante kesepian yang sering ditinggal suaminya melaut. Pulang mengentot dengan sang tante Dion dengan sumringah mempersembahkan uang hasil melacurnya itu pada sang kakak. Meskipun batinnya perih namun Sonya mau tak mau menerima uang itu dari Dion. Sejak itulah Dion membantu Sonya mencari uang untuk membiayai hidup mereka.
Dion yang ganteng dan imut tentu saja sangat gampang menjaring konsumen. Banyak tante-tante yang ketemu di mal menjadi pelanggannya. Bahkan tante-tante itu saling menginformasikan dari mulut ke mulut tentang Dion. Tak sampai sebulan penghasilan Dion dari melacur melebihi dari penghasilan Sonya.
Pada suatu hari saat sedang mangkal di mal mencari pelanggan, Dion bertemu dengan seorang pria berumur sekitar tiga puluhan tahun di stan pakaian pria. Saat itu Dion kebetulan sedang memilih-milih baju kaos dan tanpa sengaja bertubrukan dengan pria itu.
“Maaf Om,” kata Dion buru-buru,
“Gak papa. Lagi cari baju?” tanya pria itu ramah.
“Iya Om,” sahut Dion sambil menatap pria itu. Perawakan pria itu tinggi dengan tubuh ramping atletis. Wajahnya sangat tampan dan berkesan jantan.
“Kok jam segini gak sekolah?’ tanya pria itu sambil melirik jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangannya yang berbulu. Saat itu memang masih pukul sebelas siang dan Dion bolos dari sekolah. Pria itu memperhatikan celana biru SMP Dion dan kemudian ke atas ke baju kaos warna hitam yang dipakai Dion membalut tubuhnya yang ramping. “Masih SMP?” tanya pria itu.
“Iya Om,” sahut Dion malu-malu.
“Tinggi banget kamu,” kata pria itu lagi. Dion nyengir. “Baju sekolahnya kok gak dipake?” tanyanya lagi.
“Disimpan didalam tas Om. Kalo dipake entar dilarang masuk sama satpam,” sahut Dion.
“Gitu ya. Kamu bolos ya?”
“Iya Om,” sahut Dion malu-malu.
“Jangan dibiasain bolos dong, kasiankan orang tua kamu udah biayai sekolah kamu,”
“Orang tua saya udah meninggal Om,”
“Sorry, saya gak tau,”
“Gak papa Om,”
“Trus tinggal sama siapa?”
“Sama kakak saya Om,”
“Kalo gitu kasian dong kakak kamu udah capek-capek cari uang membiayai sekolah kamu,”
“Saya sekolah biaya sendiri Om,”
“Maksud kamu?”
“Saya cari uang sendiri,”
“O ya? Salut saya sama kamu masih umur segini udah cari uang sendiri. Kerja apa?”
“Enggg…, kerja…, malu bilangnya Om,”
“Kok malu?”
“Iya, malu,”
“Oke deh. Kamu mau temani saya makan? Ini udah siang lo, kebetulan saya mau makan siang,” kata pria itu lagi.
“Enggak usah Om. Terima kasih,”
“Jangan nolak. Saya senang kenal sama kamu yang meski masih kecil tapi sudah hidup mandiri,”
“Iya Om, tapi …,”
“Ayo dong. Jangan nolak rejeki,”
Akhirnya Dion menerima ajakan pria itu. Keduanya kemudian berjalan ke restoran cepat saji yang ada di mal itu.
“O ya kita belum kenalan. Kenalkan nama saya Handoko,”
“Nama saya Dion, Om,” sahut Dion.
Handoko mentraktir makan di restoran cepat saji itu. Mereka makan sambil berbincang-bincang berbagai hal. Dion merasa sangat nyaman bersama Handoko. Ia merasa menemukan sosok ayah pada diri Handoko. Selesai makan dan ketika Handoko menawarkan untuk mengantar pulang dengan mobilnya, Dion tak menolak. Handoko mengantar Dion sampai ke persimpangan jalan menuju rumah Dion. Sebelum berpisah Handoko mengajak Dion untuk bertemu lagi besok. Dion setuju.
Sejak itu Dion sering pergi bersama Handoko. Dion merasa senang karena Handoko memperlakukannya seperti anaknya sendiri. Handoko sering memberi Dion uang dan membawanya jalan-jalan seperti ke Ancol dan Dufan. Dionpun mulai melupakan kegiatan melacurnya bersama tante-tante.
Suatu hari, tepatnya hari Minggu, Handoko mengajak Dion jalan-jalan ke Bogor. Mereka berangkat siang hari setelah makan siang dan sampai di Bogor hari sudah hampir sore. Handoko membawa Dion jalan-jalan ke Kebun Raya Bogor. Setelah puas melihat-lihat kebun raya peninggalan Belanda itu Handoko mengajak Dion jalan-jalan melihat Istana Bogor. Tak terasa karena asiknya jalan-jalan mereka belum pulang ke Jakarta padahal waktu sudah menunjukkan pukul delapan malam.
“Yon, kita nginap di Bogor aja ya. Udah kemaleman nih. Badan Om capek banget rasanya. Kalo kita pulang malam ini ke Jakarta Om kuatir nanti ngantuk di jalan, entar malah bahaya,” kata Handoko.
“Tapi besok hari Senin Om. Besok saya sekolah,” sahut Dion.
“Sekali-kali bolos kan gak papa,” kata Handoko.
“Terserah aja sih. Tapi bukannya Om malah yang bilang Dion jangan bolos?” kata Dion menggoda.
“Kalau sekali-kali kan gak papa,” sahut Handoko tersenyum mendengar godaan Dion.
“Ya udah, kalau Om udah ngijinin Dion bolos, ya Dion ikut aja,” sahut Dion. “Tapi Doion harus nelpon kakak dulu Om. Nanti dia kuatir kalau Dion gak pulang malam ini,”
“Boleh. Kita cari hotel dulu. Nanti dari hotel kamu bisa menelpon ke kakakmu. Tapi kamu nelponnya kemana? Kan kalian gak punya telpon?”
“Ke rumah Pak RT, Om, dia punya telpon di rumahnya. Dion titip pesan aja ke Pak RT. Biasanya pesannya pasti disampaikan,”
“Terus kamu bilang ke kakakmu nginap sama Om?”
“Ya enggak dong Om, entar kakak malah bingung lagi. Dion bilang aja ada tugas kelompok jadi nginap di rumah teman. Besok berangkat sekolahnya dari rumah teman itu,”
“Pinter. Ayo kita cari hotel,” kata Handoko.
Handoko kemudian mengemudikan mobilnya menuju sebuah hotel yang cukup mewah di Kota Bogor. Setelah chek-in mereka langsung menuju kamar hotel. Sesampainya di kamar Dion langsung menelpon Pak RT-nya dari telpon yang ada di kamar hotel dan menyampaikan pesan ke kakaknya. Tentu saja Pak RT bersedia menyampaikan pesan Dion ke Sonya, karena dengan begitu ia punya alasan pada istrinya untuk ke rumah Sonya dan menikmati tubuh gadis cantik itu barang beberapa menit.
“Kamu masih mau makan lagi Yon?’ tanya Handoko.
“Udah kenyang Om, tadi kitakan udah makan,” sahut Dion sambil mengehidupkan televisi yang ada di kamar hotel.
“Kalau gitu mendingan kita mandi supaya badan segar,” kata Handoko.
“Silakan Om mandi duluan. Nanti selesai Om mandi, Dion mandi,”
“Maksud saya kita mandinya bareng aja,”
“Enggg…,” Dion bingung menjawab ajakan Handoko itu. Mandi sama Om Handoko? Ada-ada aja, pikir Dion.
“Kok bingung? Sama-sama laki-laki juga ngapain malu-malu. Ayo mandi, biar cepat istirahat,” kata Handoko.
Akhirnya meski bingung Dion menurut. Keduanya kemudian memasuki kamar mandi. Dengan santai Handoko melepaskan seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat dan memamerkannya tubuhnya yang atletis pada Dion. Seonggok jembut lebat terlihat menghiasi pangkal batang kontolnya yang meski masih lemas namun terlihat besar.
“Kok belum buka baju Yon?” tanya Handoko.
Dengan malu-malu Dion melepaskan seluruh pakaiannya hingga telanjang bulat juga. Handoko menatap Dion dengan serius. Matanya menatap selangkangan Dion yang ditengah-tengahnya menggantung sebatang kontol lemas dengan bulu-bulu jembut dipangkalnya yang masih pendek-pendek dan halus karena baru tumbuh.
“Kontol kamu besar sekali Yon,” kata Handoko tersenyum. Dion tak bisa memahami arti senyum Handoko itu. Namun untuk pertama kalinya Dion merasa tak nyaman berdua dengan Handoko. “Ayo kita mandi di bath-tub,” ajak Handoko sambil masuk kedalam bath-tub yang airnya mulai mengalir dari keran.
Handoko langsung berbaring di bath-tub. Dion bingung, bath tub itu ukurannya kecil, kalau Handoko mengajaknya ikut masuk ke bath tub dimana lagi dirinya harus berbaring?
“Kok bengong? Ayo masuk kesini Yon,” kata Handoko lagi.
“Bath tub-nya kecil Om. Saya biar mandi di shower aja,” sahut Dion jengah.
“Kamu mandi sama saya disini. Kamu kan sudah menganggap saya ayah kok masih malu-malu begitu. Ayo kemari,” kata Handoko lagi.
Meski jengah dan bingung, Dion menurut. Ia masuk kedalam bath-tub. Tubuhnya langsung berbaring diatas tubuh Handoko. Punggung Dion menghimpit dada bidang Handoko dan buah pantat Dion menghimpit batang kontol berjembut lebat milik Handoko.
“Enakkan mandi di bath-tub Yon?” tanya Handoko berbisik di telinga Dion. Kedua tangan Handko langsung memeluk tubuh Dion.
“He eh,”
“Saya sudah membayangkan memeluk tubuh kamu sejak kita pertama kali bertemu Yon,” bisik Handoko lagi. Kali ini suaranya terdengar bergetar.
Dion merasakan buah pantatnya mulai didesak batang kontol Handoko yang mengeras. Jantung Dion berdegup kencang. Handoko ternyata seorang pria yang menyukai pria secara seksual. Dion tak tahu harus berbuat apa saat itu. Ia merasa terperangkap oleh jebakan Handoko yang selama ini selalu barlaku baik padanya.
Tangan Handoko mulai menjalar ke perut Dion yang rata hingga terus turun ke batang kontolnya. Kemudian dengan mantap tangan Handoko menggenggam batang kontol Dion dan melakukan remasan-remasan halus disana.
“Oohhhh, Yon besarnya kontol kamuhh…,” serak suara Handoko. Suara itu persis dengan suara tante-tante yang selalu didengar Dion saat terangsang dan menggenggam batang kontolnya selama ini.
Dion terdiam seribu bahasa. Dion jengah namun tak berani untuk menolak perlakuan Handoko padanya. Handoko pun makin meningkatkan aktifitasnya, pria itu kini mulai menggesek-gesekkan batang kontolnya yang sudah sangat keras di buah pantat Dion sambil berbisik di telinga Dion, mengatakan, “Saya pengen ngentot sama kamu Yon,”
Dion terpana mendengar kalimat yang dibisikkan Handoko itu di telinganya. Dion akhirnya hanya bisa pasrah. Remaja abege itu kemudian menutup matanya dan membiarkan Handoko melakukan segala kehendaknya. Dion menangis tak kuasa mennhan keperihan hatinya yang seolah tersayat-sayat sembilu.
“Jangan menangis Yon. Saya tidak akan menyakiti kamu. Saya hanya akan menjadikanmu lonte lanang seutuhnya. Kalau selama ini kamu mendapatkan uang hanya dari kontolmu saja, kini kamu akan mengerti bahwa bukan hanya kontolmu saja yang bisa menghasilkan uang. Pantatmu juga bisa. Lebih banyak malah,” kata Handoko santai. Pria itu ternyata mengetahui bahwa Dion sedang menangis saat itu.
“Apa maksud Om? Dion bukan lonte Om,” sahut Dion. Cowok itu merasa kesal dengan kata-kata Handoko. Tiba-tiba dengan paksa ia melepaskan diri dari pelukan Handoko dan kemudian keluar dari bath tub.
Handoko segera menangkap lengan Dion dan menahan remaja abege itu pergi.
“Saya sudah tahu tentang kamu Yon. Tanpa kamu ketahui saya sudah lama memperhatikan gerak-gerikmu. Yon, salah satu pelangganmu adalah istri saya. Kamu kenal dengan Yosefa?”
“Apa? Tante Yosefa?”
“Kaget Yon? Yosefa adalah istri saya. Kamu lupa kalau sudah berkali-kali kamu menumpahkan sperma remajamu itu di memeknya?”
Dion menunduk mendengar kata-kata Handoko. Tentu saja Dion sangat mengenal nama itu. Yosefa adalah tante cantik blasteran Manado-Belanda yang sangat menggiurkan. Dion mengenalnya pertama kali saat bertemu di mal. Pada tante cantik itulah Dion pertama kali menjual kejantanan sekaligus keperjakaannya. Sejak itu Dion berkali-kali mengentoti Yosefa dan memperoleh uang darinya. Bahkan kemudian Yosefa mengenalkannya pada teman-temannya yang lain dan Dion memperoleh uang banyak dari mereka.
“Tante Yosefa adalah istri Om?” tanya Dion lirih.
“Ya!”
“Kenapa Om membiarkannya mengentot dengan Dion, padahal Om mengetahuinya,”
“Untuk apa saya melarangnya? Toh kami punya hobi yang sama, hehehehe,” sahut Handoko tergelak.
“Om, Dion belum pernah mengentot dengan laki-laki. Dion takut,”
“Kenapa takut?”
“Pantat Dion pasti akan sakit sekali dimasuki kontol Om yang besar itu,”
“Sakitnya cuman sebentar. Setelah itu kamu pasti keenakan. Om udah nyiapin pelumas kok. Kamu gak akan merasa sakit seperti yang kamu takutkan,”
“Bener Om?”
“Bener,”
“Kalau Dion ngerasa sakit, gak usah dilanjutin ya Om,”
“Gak bisa dong. Om soalnya udah lama banget pingin ngerasain pantat kamu Yon,”
“Om jahat,”
“Kok jahat? Apa selama ini saya jahat sama kamu?”
“Enggak sih. Cuman kalau Om tetap maksa padahal Dion kesakitan, itu artinya Om jahat,”
“Om mau ngelakuinnya ini dengan kamu, karena Om sayang sama kamu,”
“Om bohong. Om pasti sudah sering ngentot dengan laki-laki lain sebelum dengan Dion,”
“Benar. Om gak akan bohong kalau udah pernah ngentot dengan laki-laki lain sebelum dengan kamu, tapi itu hanya karena nafsu. Selesai itu Om gak mikirin dia. Tapi kalau dengan kamu beda. Om pasti akan mengurus kamu,”
“Om gak bohong?”
“Iya,”
“Janji?”
“Janji!”
Janji Handoko tentu saja tidak jujur seratus persen. Pria itu hanya mau membiayai Dion sebelum ia merasa bosan pada remaja abege itu. Setelah kebosanannya mulai datang ia memperkenalkan Dion pada teman-temannya yang lain. Dion pun menjadi pemuas nafsu teman-teman Handoko yang lain. Sejak itu Handoko mulai menghindar dan Dion tak pernah bertemu lagi dengan Handoko. Dion kemudian menjalani kehidupannya sebagai lonte lanang yang memiliki banyak pelanggan. Ia melayani nafsu cabul laki-laki dan wanita yang bersedia membayarnya tak peduli tua dan muda.
***
Tubuh Rafael basah bersimbah keringat. Remaja itu memejamkan matanya sambil mengerang-erang dan sesekali menggigit bibirnya menahan sakit diantara kenikmatan yang dirasakannya oleh kentotan batang kontol Papa Calvin alias Gunawan di lobang pantatnya. Dion memandang adik bungsunya itu lekat. Ia kembali teringat saat Handoko memperjakai lobang pantatnya di samping bath tub kamar hotel.
***
Dion menungging di samping bath tub sambil berpegangan kuat pada pinggiran bath tub. Tubuh remajanya yang ramping basah kuyup bersimbah keringat. Dion mengerang-erang keras sementara Handoko mengentotinya tanpa ampun dari belakang.
“Ohhh… ohhh…, fuckk…., fuckk…, enak banget pantmuhhh… Yonhhh…,” racau Handoko. Buah pantatnya bergerak cepat maju mundur dengan menghentak-hentak. Batang kontolnya yang mengkilap oleh lumuran pelumas terlihat bercampur dengan noda darah. Lobang pantat Dion yang masih sangat sempit itu rupanya terluka oleh gesekan batang kontol Handoko yang gemuk dan panjang di dalam lobang pantatnya.
“Omm… ommm…, sakit ommm… sakit…,” erang Dion.
“Ahhhh…., tahan dong Yonhhh…, ah…., enak bangethhh…,”
“Dion gak tahan Om…, Gak… tahhh…. han…,”
“Dikit lagihh… dikit lagihhh…, ohhhh…,”
Handoko terus menggenjot tanpa sedikitpun ada rasa kasihan melihat Dion yang kesakitan.
***
Sementara itu di kamar Calvin persenggaman baru saja usai. Silvia dan Calvin berpelukan di balik selimut. Tubuh keduanya masih berkeringat usai persenggamaan kasar yang dilakukan Calvin di memek Silvia.
Silvia memeluk tubuh Calvin. Silvia merebahkan kepalanya di dada Calvin. Ia bisa mendengar degup jantung Calvin yang mulai berdetak normal. “Silvia sayang banget sama Mas Calvin,” bisik gadis itu lembut.
Calvin diam. Ia tak menyahuti kalimat Silvia. Tangannya membelai lembut rambut Silvia yang basah karena keringat sambil berpikir bagaimana caranya untuk mengusir Silvia dari rumahnya sekarang dan setelah itu menelepon Andre untuk datang. Meski baru saja menuntaskan nafsunya dengan mengentoti memek Silvia, Calvin masih belum merasa puas sebelum merasakan kentotan batang kontol Andre yang sangat dirindukannya di lobang pantatnya. Membayangkan kentotan Batang kontol Andre di lobang pantatnya membuat Calvin kembali terangsang. Tanpa bisa ditahannya batang kontolnya mengeras kembali dan membentuk sebuah gundukan di balik selimut yang menutupi tubuhnya.
Silvia rupanya memperhatikan gundukan di balik selimut itu. Serta merta gadis itu mengangkat kepalanya dari dada Calvin dan kemudian Silvia memandang Calvin sambil tersenyum. Silvia mengira Calvin terangsang lagi karena dirinya. Silvia langsung menyibak selimut yang menutupi tubuh mereka berdua. Segera saja batang kontol Calvin yang sedang tegak itu terpampang. Silvia langsung bangkit dari tidurnya dan tanpa sempat dicegah oleh Calvin gadis cantik itu langsung menduduki selangkangan Calvin. Sesaat saja batang kontol Calvin ambles kedalam memek Silvia yang masih basah oleh percampuran lendir kenikmatannya dan sperma Calvin. Silvia kemudian menggoyang pantatnya naik turun dengan liar.
“Mas Calvin, betapa bahagianya Silvia, ohhhhh….,” racau Silvia keenakan.
Calvin bengong.
***
Saat yang sama tubuh kekar Andre yang basah kuyup karena keringat sedang bergoyang cepat mengeluar masukkan batang kontol Doni di lobang pantatnya. Posisi Andre menduduki Doni berlawanan arah. Kakak kelasnya yang kini Taruna Akmil itu membalas goyangan pantat Andre dengan goyangan pantat naik turun yang sama cepatnya. Sementara mereka berdua ngentot, Ichsan berdiri di samping Andre dan menyerahkan batang kontolnya untuk disElomoti oleh mulut Andre.
“Ohhh…, Ndrehhh…, enak banget pantat Lohhh…. Ndrehhhh…,” racau Doni.
“Sisain Gue Don,” kata Ichsan sambil nyengir.
“Masukin ajah… duah-duahnyah…, sekaligushhh…, okhhh…,” sahut Andre.
Doni dan Ichsan kaget mendegar kata-kata Andre itu.
“Beneran nih Ndre?” tanya Ichsan.
“He eh..,” sahut Andre.
Ichsan segera melepaskan kontolnya dari mulut Andre. Terburu-buru cowok itu segera mengambil posisi di depan Andre. Ia tak sabar ingin merasakan kentotan ganda yang dilakukannya bersama Doni di lobang pantat Andre, sang jagoan basket yang ganteng ini.
“Apa bisa Ndre?” tanya Doni. Ia menghentikan kentotannya dan memberikan kesempatan pada Ichsan untuk mengarahkan kontolnya ke lobang pantat Andre.
“Bisa, udah pernah dicoba kok,” sahut Andre.
“Gila! Makin berkembang aja ilmu ngentot Lo, sejak Gue tinggalin Ndre,” kata Doni.
Andre nyengir.
Ichsan memasukkan batang kontolnya perlahan-lahan kedalam lobang pantat Andre. Agak sulit diawalnya namun akhirnya berhasil juga.
“Sadis! Benar-benar bisa Don,” kata Ichsan.
“Kok bisa ya?” tanya Doni.
“Udah gak usah banyak komentar, mulain aja ngentotnya,” kata Andre.
Doni dan Ichsan tak berkomentar lagi, keduanya mulai bergerak mengentoti Andre bersamaan.
“Ohhhhh…., sempit banget…, enak banget…,” racau Doni.
“Ya Allahhhhh…, enaknyahh….,” racau Ichsan.
“Setan! Kentot Gue keras dan cepat!” kata Andre menghardik.
Doni dan Ichsan langsung nurut, keduanya langsung menggerakkan pantat mereka dengan cepat dan keras mengentoti Andre.
“Ohhhh…ohhhh…ohhhh…,” erang Andre keenakan.
***
Dion remaja menangis sesenggukan di pinggir bath tub. Ia merasakan pantatnya perih sekali. Dari lobang pantatnya keluar lelehan sperma Handoko bercampur dengan darah. Handoko duduk disebelahnya sambil merangkul bahu Dion berusaha membujuk remaja itu untuk menghentikan tangisnya.
“Diam dong Yon. Masak anak laki-laki cengeng,” katanya.
“Om jahat,” kata Dion.
“Saya gak jahat,”
“Om jahat. Om bilang gak akan sakit, ternyata rasanya sakit sekali,”
“Itu cuman sebentar. Nanti juga hilang,”
“Om bohong,”
“Saya gak bohong. Percaya deh, sebentar lagi sakitnya pasti hilang,”
“Dion gak percaya lagi sama Om,”
“Jangan gitu dong Yon. Atau gini deh, supaya kita sama-sama ngerasainnya, Dion kentot pantat saya sekarang,”
“Dion gak mau ngentotin lobang pantat laki-laki,”
“Kok gak mau?”
“Dion bukan bencong,”
“Lho? Emangnya menurut Dion saya bencong ya?”
“Enggak sih. Tapi Om kok mau ngentotin pantat laki-laki?”
“Habisnya enak sih. Makanya sekarang Dion rasain sendiri. Dion ngentotin pantat saya,”
“Enggg…,”
“Ayo, sini deh saya kocok dulu kontol Dion biar keras. Kalau udah keras nanti Dion masukin kontolnya ke pantat saya,”
Handoko lalu melumuri tangannya dengan pelumas. Kemudian ia mengocok batang kontol Dion. Tak lama kemudian batang kontol Dion mengeras.
“Sekarang saya dudukin kontol Dion nih,” kata Handoko sambil mengangkangi selangkangan Dion.
Handoko mengarahkan kepala kontol Dion memasuki lobang pantatnya. Pelan-pelan kepala kontol Dion menyusup ke lobang pantat Handoko. Tak lama seluruh batang kontol Dion masuk kedalam lobang pantat Handoko. Setelah itu Handoko menggerakkan pantatnya naik turun pelan-pelan. Dion mulai bereaksi. Ia merasakan batang kontolnya seperti diperas kuat sekali. Ia merasakan sebuah kenikmatan yang tak pernah dirasakannya dari memek perempuan yang pernah dikentotnya.
“Enak banget Om,” kata Dion parau.
“Tuh, benerkanhhh…,” kata Handoko.
Dion pun melupakan sakit di lobang pantatnya. Ia kemudian mengentoti Handoko dengan penuh gairah. Berkali-kali mereka berdua berganti posisi ngentot. Dion seolah-olah tak hendak menyudahi mengentot lobang pantat Handoko. Remaja ganteng itu mengobok-obok lobang pantat Handoko hingga hampir satu jam tanpa orgasme.
“Yon, udahan dong… ahhhh…,” kata Handoko saat dikentot Dion dalam posisi telentang. Handoko sudah merasa capek.
“Belum Om.. ohhh…ohhh… enak banget….,”
“Saya udah capek Yon…,”
“Biarin! Ini hukuman untuk Om yang udah ngentotin lobang pantat Dion tadi,” kata Dion.
***
“Oooohhhhhhhhhh…, alhamdulillahhhhhkkkhhh…,” jerit Ichsan keras menyudahi orgasmenya didalam lobang pantat Andre.
Setelah itu Ichsan segera melepaskan batang kontolnya dari jepitan lobang pantat Andre dan langsung ambruk di atas kasur. Cowok itu berbaring telentang dengan nafas memburu.
Beberapa saat kemudian Doni juga orgasme di dalam lobang pantat Andre. Cowok itu membenamkan kontolnya dalam-dalam di lobang pantat adik kelasnya yang ganteng itu. Usai Doni menyemprotkan spermanya, Andre mencabut kontol Doni dari lobang pantatnya. Ia kemudian mendekati Ichsan yang berbaring telentang dengan kedua tangan terentang. Andre langsung menindih tubuh atletis Ichsan. Mulutnya menyerbu ketiak Ichsan yang putih mulus tanpa bulu. Dengan penuh nafsu Andre menjilati ketiak Ichsan yang basah berkeringat itu.
“Gue pengen ngentotin lobang pantat Elo, San,” kata Andre.
Ichsan mengangguk. Andre segera mengangkat kedua kaki Ichsan dan meletakkannya di bahu Andre. Lobang pantat Ichsan dikuakkannya. Tangannya mengambil botol pelumas dan melumuri pelumas itu di batang kontolnya. Setelah itu Andre mengarahkan batang kontolnya ke lobang pantat mantan Ketua Rohis itu. Ternyata lobang pantat Ichsan cukup sempit.
“Kok masih sempit San?” tanya Andre.
“Gue jarang banget dianal Ndre,” sahut Ichsan.
“Pantes,”
Andre mencoba beberapa kali hingga akhirnya batang kontolnya terbenam di lobang kenikmatan milik Ichsan.
“Ohhh…, enak banget San,” kata Andre.
Ichsan mengerang.
Andre mulai menggoyangkan pantatnya maju mundur.
***
Rafael ternyata lebih bisa menikmati kentotan pertama di lobang pantatnya oleh Papa Calvin dibandingkan Dion ketika dikentoti Handoko dulu. Remaja itu kini asik menduduki batang kontol Papa Calvin sambil menggoyang-goyangkan pantatnya mengeluar masukkan batang kontol gemuk panjang itu di lobang pantatnya. Ada bercak darah di batang kontol Papa Calvin menandakan lobang pantat Rafael telah terluka. Namun luka itu tak separah luka yang dialami Dion ketika diperjakai Handoko.
Perbedaan ini terjadi karena Rafael berusaha merelakskan dirinya menikmati kentotan Papa Calvin sedangkan Dion tidak. Saat Dion diperjakai oleh Handoko dulu ia merasa ketakutan dan tidak relaks sehingga kontraksi otot-otot lobang pantatnya sangat kuat. Akibatnya lobang pantat itu menjepit sangat kuat dan ketika digesek oleh batang kontol menjadi terluka cukup parah.
Puas merasakan lobang pantat Rafael, Papa Calvin kemudian menarik tangan Delfi. Kini giliran cowok berkontol besar itu dikentot oleh Papa Calvin. Delfi yang selama ini biasanya menggilir cewek, kini harus rela digilir oleh Papa Calvin.
Setelah itu Papa Calvin beralih pada Dino, lalu ke Angga, Thomas, Alfonsus, dan diakhiri dengan mengentot Hendra sang gigolo. Usai merasakan kedelapan lobang pantat cowok virgin itu Papa Calvin menyudahi sesi ngentot pertamanya dengan menyemburkan spermanya ke wajah delapan cowok yang tak lagi virgin itu.
“Sekarang, kalian boleh menikmati delapan cowok ini bergantian,” kata Papa Calvin pada cowok-cowok yang lain usai menuntaskan orgasmenya.
Mendengar kata-kata Papa Calvin tentu saja kedelapan cowok itu langsung jadi rebutan. Albert langsung mendekati Dino. Cowok ini memang sangat ingin merasakan nikmatnya lobang pantat Dino yang adalah sahabat lamanya itu. Sedangkan Stefanus langsung mendekati sepupunya, Alfonsus. Tody didatangi oleh Devon. Ricky mendatangi Delfi. Christian mendatangi Rafael. Asep mendatangi Angga. Sedangkan Hendra didatangi oleh Indra. Sementara Sony yang sedang asik mengentoti David tentu saja tak dapat jatah. Begitu juga Antonius yang sedang mengentoti Dion. Ruben dan Robin yang belum punya pasangan lalu mendatangi Thomas.
Pesta sex pun berlanjut. Para cowok itu mengentot rame-rame di ruang tamu apartemen disaksikan oleh Papa Calvin yang sedang duduk di sofa beristirahat memulihkan tenaganya.
***
Ichsan telungkup di atas kasur membiarkan Andre mengentotinya dari atas dengan kepasrahan total. Goyangan pantat Andre naik turun mengeluarmasukkan batang kontolnya kedalam lobang pantat Ichsan dengan cepat dan keras. Keduanya mengerang-erang keenakan.
Doni rupanya kembali bangkit birahinya melihat pertunjukan ngentot yang disuguhkan oleh Andre dan Ichsan. Taruna Akmil itu kemudian mendatangi Andre dari belakang. Ia menghentikan gerakan pantat Andre sejenak dan mengarahkan batang kontolnya kedalam lobang pantat adik kelasnya itu. Setelah batang kontolnya terbenam di lobang kenikmatan Andre, Doni mulai menggoyangkan pantatnya naik turun. Andre pun melakukan gerakan pantat membalas. Kini ketiga cowok ganteng itu ngentot bertiga berhimpitan merengkuh kenikmatan sorga dunia.
***
Calvin menyemburkan spermanya kedalam memek Silvia. Setelah menuntaskan orgasmenya, Calvin langsung melepaskan dirinya dari Silvia dan turun dari ranjang. Tanpa permisi dan berbicara sepatah katapun pada Silvia, Calvin langsung menuju kamar mandi yang terdapat di dalam kamarnya.
Calvin lalu mandi dibawah shower yang memancarkan air hangat menyiram tubuhnya. Sambil mandi, Calvin berpikir bagaimana caranya untuk mengusir Silvia dari rumahnya saat ini. Cowok itu merasa suguhan memek Silvia tidak dapat memuaskannya karena yang sangat diinginkannya sekarang adalah kenikmatan mengentoti lobang pantat sekaligus kentotan batang kontol di dalam lobang pantatnya.
Pembaca yang budiman, apa yang diinginkan oleh Calvin adalah hal yang wajar buat cowok seperti kita yang doyan memek namun sudah ketagihan dengan kontol dan lobang pantat. Gue yakin, Elo-Elo juga pernah bahkan bukan tidak mungkin sering mengalami keadaan seperti ini. Saat keinginan untuk ngentot dengan sesama cowok datang maka selegit apapun memek yang disajikan oleh cewek atau istri kita tetap saja tidak dapat mengimbangi kenikmatan mengobok-obok lobang pantat cowok. Bener gak?
Calvin akhirnya menemukan alasan yang tepat untuk mengusir Silvia saat menikmati siraman air di bawah shower. Dengan segera Calvin menyudahi mandinya dan mengambil handuk untuk mengelap tubuhnya. Setelah itu mengelap tubuhnya Calvin lalu menutupi auratnya dengan handuk itu dan keluar dari kamar mandi untuk menemui Silvia. Di atas ranjang Calvin melihat Silvia masih berbaring dengan menutupi tubuh indahnya dengan selimut.
“Sil, kok belon pake baju?” tegor Calvin sambil mengambil pakaian dari dalam lemarinya.
“Silvia capek Mas,” sahut Silvia manja.
“Makanya cepet pake baju biar Mas anter pulang sekarang, jadi cepet istirahat,” kata Calvin sambil menggenakan kaos warna biru lalu membungkus tubuhnya yang ramping.
“Silvia istirahat disini aja ya Mas,”
“Mas sih benernya seneng banget kalo Silvia istirahat disini, tapi gimana nanti kalo mama bangun terus singgah ke kamar ini dan nemuin kalo Silvia ada di dalam sini. Mas gak bisa bayangin apa yang bakalan terjadi,”
“Tapi Mas,”
“Silvia sayang, jangan gitu dong. Tolong jangan buat keadaan jadi kacau,”
Silvia terdiam. Alasan yang disampaikan oleh Calvin benar-benar tepat dan tidak bisa disanggahnya. Meski hatinya merasa tidak enak namun Silvia mau tak mau mengikuti apa yang dikatakan oleh Calvin. Dengan berat hati gadis cantik itu kemudian bangkit dari ranjang dan mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai lalu menggenakannya.
Calvin tersenyum dalam hati. Ia merasa senang karena Silvia tak bisa menolak alasan yang diutarakannya. Setelah Silvia selesai berpakaian Calvin menggandeng tangan gadis itu dan membawanya keluar dari kamar. Tak lupa sebuah ciuman mesra di kening dihadiahkannya pada gadis cantik itu sebelum mereka keluar kamar.
***
“Pantat Lo enak banget San,” komentar Andre sambil mengelap sisa-sisa sperma yang menempel di batang kontolnya usai orgasme di dalam lobang pantat Ichsan.
“Kontol Lo juga enak Ndre,” sahut Ichsan.
“Enakan mana sama kontol Gue?” tanya Doni. Cowok itu cuek bertanya sambil berbaring di atas kasur, membiarkan sisa-sisa spermanya menempel di batang kontolnya yang tak lagi ngaceng.
“Sama aja sih,” sahut Ichsan. “Lagian juga Gue sebenernya kurang suka dikentot. Gue lebih suka ngentotin. Ini karena sama Elo berdua aja makanya Gue mau,”
“Gue jadi tersanjung nih San,” kata Andre.
“Hehehe,”
“Ngomong-ngomong Lo apa gak merasa berdosa San?,” tanya Andre.
“Ya, mau gimana lagi Ndre. Inilah hidup. Udah deh gak usah ngebahas soal dosa sekarang. Lagian juga apa bedanya sama Elo? Apa Elo gak ngerasa dosa?”
“Iya juga sih. Sering juga Gue ngerasa kalo ini dosa, tapi pas ngelakuinnya tetap aja lupa, abisnya enak banget sih,”
“Dasar Lo,”
“Gue malah kadang suka mikir, jangan-jangan ini anugerah Tuhan untuk kita para cowok,” kata Doni.
“Maksud Lo?” tanya Ichsan.
“Kitakan punya kontol dan pantat, dua-duanya bisa digunain untuk cari enak. Bandingin dengan cewek yang gak bisa seperti kita. Kalau mereka mau enak harus pake kontol atau paling enggak pake timun, hahahahaha,” kata Doni tergelak.
“Ada-ada aja Lo,” kata Ichsan lalu ikutan tergelak dan kemudian disusul pula oleh Andre.
***
Papa Calvin beristirahat sambil memandangi cowok-cowok disekitarnya yang sedang memuaskan nafsu. Ia melihat Albert yang sedang menghajar lobang pantat Dino sepuas-puasnya. Batang kontol Albert yang gemuk dan panjang itu tanpa henti keluar masuk mengobok-obok lobang pantat Dino yang sempit. Dino sendiri merasakan kenikmatan yang luar biasa menjadi bottom untuk sahabat sekampungnya itu. Dino merasa sangat bergairah dikentot oleh Albert yang ganteng dan bertubuh kekar itu. Gairah seperti ini tak pernah dirasakannya saat ngentot dengan Prisila, kekasihnya sendiri.
Dino tak menyangka bisa menikmati dikentot. Padahal selama ini ia tak pernah terpikir untuk ngentot dengan sesama cowok apalagi menjadi bottom. Dino kini sadar, ternyata kenikmatan syahwat bukan hanya bisa diraih saat mengentoti memek namun juga saat lobang pantat dikentot oleh batang kontol.
“Bert, kentot akuh lebih kerashhhhh… ohhhhh…,” erang Dino keras.
“Aku kasih yang kau mauh Din, Nih…!” sahut Albert dan menghentakkan pantatnya semakin keras dan cepat berkali-kali.
Pandangan Papa Calvin beralih pada Alfonsus yang sedang merasakan kenikmatan yang sama seperti dirasakan oleh Dino. Menungging pasrah di lantai, Alfonsus mengerang-erang keras keenakan dikentoti oleh Stefanus yang tak lain adalah sepupunya sendiri. Stefanus mengentoti Alfonsus bak kesetanan. Nafsunya meluap-luap memuaskan segala nafsu syahwatnya yang selama ini terpendam untuk menggagahi adik sepupunya yang ganteng itu. Pantat Stefanus bergerak cepat maju mundur mengeluarmasukkan batang kontolnya ke lobang pantat Alfonsus yang sempit dan berbulu-bulu halus.
Papa Calvin kemudian mengalihkan pandangannya ke arah meja bar. Dilihatnya disana Dion sedang dikentot dalam posisi berdiri oleh Antonius. Dion mengangkat kaki kirinya ke atas meja bar sehingga memberikan ruang yang luas buat Antonius merojok lobang pantatnya.
Batang kontol Antonius yang berwarna hitam itu sungguh sangat besar. Daging batangnya terlihat pejal berotot dengan rimbunan jembut yang tumbuh menjalar di pangkal kontolnya dan menyebar ke atas hingga ke perut dan ke bawah mulai dari buah peler sampai lobang pantatnya.
Tahu gak Lo, kalo bentuk kontol seperti itu bisa memberikan kenikmatan luar biasa saat merojok memek atau lobang pantat? Kalau Elo gak percaya, cobain aja sendiri. Meskipun Elo bElon pernah dianal, Gue yakin Elo bakalan ketagihan setelah ngerasain kontol yang bentuknya seperti milik Antonius itu.
Papa Calvin melihat, Dion sedang merasakan kenikmatan yang luar biasa dikentotin oleh Antonius. Mata cowok ganteng itu merem melek keenakan dan mulutnya mendesah-desah seperti orang kepedasan. Seluruh otot tubuhnya yang kekar meregang. Kulitnya yang mengkilap karena bersimbah keringat terlihat jadi memerah.
Antonius mengentoti Dion semakin cepat dan semakin keras. Batang kontol Dion terlihat semakin tegang dan membengkak keras. Tiba-tiba tanpa bisa ditahan lagi Dion orgasme. Dari lobang kencingnya terpancar sperma kental beberapa kali dan menempel membasahi meja bar. Saat orgasme, tubuh Dion terlihat bergetar kuat. Dion merasakan orgasme yang sangat luar biasa dan belum pernah dirasakannya saat mengentot dengan cowok manapun juga. Wajah ganteng Dion refleks menengadah ke atas dan dari mulutnya terdengar jeritan keras, “Oooooooookhhhhhhhhhhhhhh…….,”
Antonius tiba-tiba memeluk pinggang Dion sekuat-kuatnya. Buah pantatnya terlihat menekan keras membenamkan batang kontolnya sedalam-dalam di lobang pantat Dion. Antonius rupanya orgasme juga beberapa saat setelah Dion orgasme. Hal ini terjadi karena efek cengkeraman keras di batang kontolnya oleh dinding-dinding lorong lobang pantat Dion saat cowok ganteng itu orgasme. Rupanya saking nikmatnya cengkeraman itu membuat Antonius tak lagi sanggup menahan orgasmenya.
“Setanhhh…, Errghhhhh….,” lenguh Antonius tertahan saat kedutan sperma terakhirnya memancar kedalam lobang pantat Dion.
Antonius kemudian menciumi punggung kekar Dion yang basah. Ciumannya terus menjalar sampai ke samping wajah Dion dan disana Antonius menggelitiki telinga Dion dengan lidahnya. Dion menyambut wajah Antonius dengan wajahnya. Lalu kedua cowok jantan itu berciuman penuh nafsu.
***
Andre, Doni, dan Ichsan baru saja selesai mandi bertiga di kamar mandi sempit yang ada di rumah Ichsan. Ketika sedang mengelap tubuh masing-masing dengan handuk, tiba-tiba Ichsan nyeletuk, “Eh, Lo berdua udah pada ngelihat bokep gay Indonesia baru dari internet gak?”
“Belon tuh, emang ada?” tanya Doni sambil mengelap ketiaknya yang berbulu lebat.
“Masak Elo gak tau sih? Lagi rame banget di internet. Obrolan cowok homo di internet ya banyakan tentang itu semua,”
“Lo sering ngobrol di internet dengan homo San?” tanya Andre.
“Ya iyalah Ndre, namanya juga jualan, hehehe,” sahut Doni terkekeh.
“Sial Lo,” sahut Ichsan nyengir.
“Mana bokepnya, Gue liat dong,” kata Doni.
“Iya, iya, Gue juga pengen liat San,” sambung Andre.
“Ayok, gambarnya kurang bagus sih. Pecah gitu, kayaknya direkam pake kamera ponsel. Tapi asik juga, seru banget. Anak SMA sepantaran Elo gitu Ndre,” kata Ichsan.
Ketiga cowok itu kemudian keluar dari kamar mandi. Ketiganya hanya menggenakan handuk menutupi aurat kejantanan mereka dan berjalan menuju ke ruang tamu rumah Ichsan.
“Sebentar, Gue ambil flash disk dulu,” kata Ichsan. Cowok itu kemudian masuk ke kamarnya dan tak lama keluar membawa sebuah flash disk kecil di tangannya.
Ichsan lalu memasang flash disk ke dvd player buatan Cina miliknya. Meski buatan Cina dvd player itu ternyata cukup canggih karena dapat memutar rekaman dari flash disk. Beberapa saat kemudian terpampanglah di layar televisi ukuran empat belas inci milik Ichsan, adegan ngentot dua remaja SMA di dalam sebuah kelas. Jantung Andre langsung berdegup kencang melihat adegan itu. Rekaman adegan ngentot kedua cowok SMA di dalam kelas yang sedang ditontonnya bersama dengan Doni dan Ichsan itu tak lain dan tak bukan adalah rekaman ngentotnya bersama Calvin. Rupanya sang peneror benar-benar mengedarkannya di internet.
“Kalau diperhatiin kayaknya cowok yang sedang ngentot itu mirip Elo Ndre,” celetuk Doni.
Jantung Andre berdegup semakin kencang. Wajahnya serta-merta pucat pasi.

Serial Andre & CalvinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang