Sepanjang jalan mengantar Calvin pulang, ponsel Andre berkali-kali berdering. Setibanya di rumah Calvin, Andre memeriksa panggilan tak terjawab yang berkali-kali itu di ponselnya ternyata dari Cindy. Langsung saja ia menelpon balik kekasihnya itu.
“Elo dimana aja sih?” tanya Cindy berang.
“Gue baru aja sampe di rumah Calvin,
honey ,” jawab Andre mencoba meredakan kemarahan Cindy.“Ngapain aja sih Elo dengan Calvin? Cewek Elo itu Gue apa Calvin? Kayaknya Elo lebih banyak punya waktu buat dia deh, dibandingin dengan Gue,” kata Cindy masih berang.
“Bukan gitu sayang. Gue kan harus belajar bareng Calvin supaya bisa lulus,” jawab Andre mencoba beralasan. Andre tak enak hati mendengar kata-kata kekasihnya itu.
“Terserah apa alasan Elo. Pokoknya Elo datang sekarang. Kalo enggak, Elo jangan pernah-pernah datangin Gue lagi! Klik!” kata Cindy mengakhiri pembicaraan sehingga Andre tak sempat menjawab lagi kata-kata kekasihnya itu.
“Kayaknya Gue harus segera ke rumah Cindy, Vin. Lo ikut ya,” kata Andre pada Calvin. Namun sahabat tersayangnya itu menolak dengan halus.
“Gue pengen tidur aja, Ndre. Rasanya kepala Gue puyeng banget,” katanya.
Sebenarnya Andre sama puyengnya dengan Calvin dan males untuk ngumpul-ngumpul bareng temannya saat ini. Rencananya tadi ia ingin beristirahat di rumah Calvin untuk menenangkan pikirannya.
“Kalo gitu, Gue berangkat sekarang ya Vin. Gue gak mau Cindy berpikiran macem-macem,” kata Andre lagi.
“Iya, Gue ngerti kok,” sahut Calvin kecewa. Saat itu ia berharap Andre bisa bersamanya.
“Selesai dari rumah Cindy, entar Gue kemari lagi deh atau sekalian Gue nginep disini aja entar malem sekalian kita ngobrolin soal kejadian tadi,” kata Andre. Ia tahu sahabat tersayangnya itu kecewa karena ia harus pergi ke rumah Cindy.
“Makasih banget Ndre,” sahut Calvin lirih.
“Kalo gitu, Gue berangkat sekarang,” kata Andre pamitan dan langsung melajukan sepeda motornya menuju ke rumah Cindy di kawasan Pondok Indah.
Di rumah Cindy tak ada kejadian istimewa. Cindy dan teman-temannya yang juga teman-teman Andre hanya ketawa-ketiwi sambil ngobrol-ngobrol ngalor-ngidul. Belum ada aktifitas sex berlebihan yang mereka lakukan meskipun saat itu kedua orang tua Cindy sedang tidak ada di rumah.
Paling-paling beberapa pasangan cuman sekadar kissing atau petting
doang.Silvia yang juga hadir di rumah Cindy menanyakan Calvin pada Andre. Terlihat ia kecewa saat Andre menjawab Calvin tidak bisa datang. Ia hanya duduk melihat-lihat tingkah teman-temannya yang kadang nakal dengan pasangan masing-masing.
Ajakan Ruben untuk bercumbu ditolaknya. Padahal Ruben ini nafsu banget dengan Silvia. Rupanya Silvia benar-benar sudah tak memberikan hatinya pada orang lain selain Calvin.
Cindy menyempatkan dirinya memuaskan kerinduan syahwatnya pada Andre. Wajah Andre yang ganteng diciumnya bertubi-tubi. Sambil tak lupa meremas-remas kontol cowok itu yang terbungkus rapi dalam celana abu-abunya.
Andre sebenarnya tak bersemangat. Namun dengan setengah hati ia melayani juga cumbuan gadis itu. Bibirnya mencium-cium lembut di bibir dan pipi Cindy.
Cindy sepertinya sudah sangat bergairah saat itu. Ia tak mempedulikan cumbuan-cumbuan Andre yang hanya setengah hati itu.
Cindy mengangkat roknya hingga pinggangnya yang ramping. Kemudian selangkangannya yang ditutupi celana dalam mungil itu digesek-gesekkannya ke paha Andre. Tubuhnya menggelinjang-gelinjang, menikmati gesekan selangkangannya itu. Andre kelabakan dengan kelakuan binal kekasihnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Andre & Calvin
RandomWARNING!!! CERITA DEWASA!!! ADULT ONLY!!! 17+ Created and Story by: NicoLast Edited by: Edy Cahyadi Cerita ini bukan hasil karangan gue. Ini cuma cerita hasil copas. Gue di sini cuma mau nge-repost karena suka sama cerita satu ini.