Terburu-buru Dion menekan tombol terima panggilan di ponselnya. Dengan ini, sudah dua kali Desi menghubunginya. Dion tak mau rencananya untuk ngebor memek Desi batal hanya gara-gara sepupu Calvin itu ngambek karena Dion tidak menerima panggilan teleponnya.
“Halo sayang. Iya, sebentar. Sabar ya. Bentar lagi sepupu Elo kayaknya udah tidur deh,” sahut Dion menjawab Desi dengan suara berbisik-bisik melalui ponsel.
Aksi pura-pura, seolah-olah dengan suara berbisik-bisik seperti itu menunjukkan kepada Desi bahwa ia tak mau suaranya akan menyebabkan Calvin tak bisa tidur. Dasar. Hehehe.
Padahal saat itu Calvin sedang terbaring telentang di tengah ranjang sambil tertawa geli melihat kelakuan si Dion.
Dion meletakkan jari telunjuknya di bibir, isyarat kepada Calvin agar menghentikan tawanya. Ia tak mau suara tawa Calvin yang terkekeh-kekeh, meski pelan, itu terdengar oleh Desi. Bisa-bisa Desi curiga jadinya.
Melihat isyarat Dion, Calvin menutup mulutnya dengan telapak tangannya. Menahan suara tawanya agar tak terdengar.
“Bentar lagi Gue datang, tungguin ya,” Dion mengakhiri pembicaraan lalu meletakkan ponselnya kembali ke atas meja. “Masak Gue keluar sekarang. Bisa-bisa kejadian deh perang dunia ketiga kalo dia liat Gue dalam keadaan begini,” katanya sambil mengerlingkan matanya dengan nakal pada Calvin.
Dion segera menuju kamar mandi. Sementara itu Calvin mengambil handuk kecil dari lemari pakaiannya. Cowok itu mengelap keringat dan sperma yang belepotan di tubuhnya sambil tetap terkekeh-kekeh melihat kelakuan Dion.
Terdengar suara percikan air dari dalam kamar mandi. Dion mandi, membersihkan tubuhnya dari bau sperma yang belepotan ditubuhnya itu. Ia tidak mau Desi mencium bau sperma di tubuhnya itu. Selesai membersihkan diri, Dion menggenakan pakaiannya kembali.
“Calv, Gue ke kamar Desi dulu yah. Mau nyetor sperma ke memeknya dia. Entar Gue balik lagi,” kata Dion nyengir.
“Masih tahan beneran nih?” tanya Calvin mengkonfirmasi.
“Gak percaya ya? Entar deh, abis ngebor Desi, Elo Gue kerjain lagi. Mau?” tanya Dion menantang.
“Gila!”
“Udah ah. Gue cabut dulu, ya.”
“Eh, bentar.”
“Apa lagi sih?”
“Gue boleh ngintipin Elo berdua gak?”
“Ngintip?”
“Yoi.”
“Mmmm… terserah Elo, deh.”
“Entar gorden jendela kamar, Elo buka dikit ya, biar Gue leluasa ngintipnya dari luar.”
“Oke.”
Dion meninggalkan Calvin dan menuju ke kamar Desi yang letaknya juga di lantai dua, tak jauh dari kamar Calvin.
Ada empat kamar di lantai dua rumah besar milik keluarga Calvin. Satu kamar utama yang ditempati oleh papa dan Mama Calvin. Satu kamar Calvin. Dan dua kamar yang biasanya digunakan untuk tamu. Satu kamar untuk tamu adalah jatah khusus untuk Desi. Sedangkan satu kamar untuk tamu yang lain, jarang sekali digunakan.
Sepeninggal Dion, setelah mengelap keringat dan spermanya, Calvin melanjutkan acara membersihkan dirinya di kamar mandi. Tubuhnya yang tadi dirasakannya sangat lelah usai memacu birahi dengan Dion, kembali segar setelah diguyur air hangat dari shower.
Tersenyum-senyum sendiri ia membayangkan kenikmatan yang tadi diperolehnya. Sekitar lobang pantatnya masih terasa gatal akibat gempuran batang kontol Dion yang besar itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Serial Andre & Calvin
RandomWARNING!!! CERITA DEWASA!!! ADULT ONLY!!! 17+ Created and Story by: NicoLast Edited by: Edy Cahyadi Cerita ini bukan hasil karangan gue. Ini cuma cerita hasil copas. Gue di sini cuma mau nge-repost karena suka sama cerita satu ini.