Wattpad Original
Ada 19 bab gratis lagi

Bagian 1.1 ; Perkara

97.2K 5K 58
                                    

Dalam tidurnya, Jeli tidak bisa terpejam dengan lelap. Sama sekali. Ada sesuatu yang usil menggerayangi bagian tubuhnya. Bahkan tidak jarang tangan itu meremas bagian yang memang... nikmat untuk diremas. Ketika ada aliran basah lain yang membentuk pulau dengan keras dan terasa agak perih setelahnya, Jeli semakin belingsatan dalam tidurnya.

Tidak ia sangka, tidurnya akan diiringi suara desahan begini. Bahkan Jeli bisa merasakannya sendiri. Untungnya, dia tidur sendiri...

"Hei, bangun!"

Kalau sendiri, kenapa ada suara lain yang mengganggu istirahatnya?

"Kalau kamu nggak bangun, saya gigit, ya, bagian tubuh kamu yang lain?! Biar kamu nggak bisa ke luar rumah sekalian!"

Oh, God?! Jeli menganggap itu sebagai suara dari awang-awang mimpinya. Hingga bukannya bangun, Jeli malah mengarahkan tangannya mengikuti tangan yang terasa menempel di pipinya. Jeli arahkan jemari itu ke dalam mulutnya, mengulum salah satu jari, membentuk gerakan sensual seolah Jeli sedang mengulum sesuatu yang lainnya.

"Oh, shit!"

Makian itu menghentikan gerakan Jeli dengan mata terpejam. Perempuan itu merasakan sesuatu yang aneh. Ada sesuatu yang lainnya yang menyodok bagian bawah tubuhnya, cukup keras dirasakan Jeli.

Perlahan, Jeli membuka matanya. Dia seolah terbangun untuk tidak melanjutkan mimpi lagi. Sebab ternyata, Jeli malah mendapati bayangan laki-laki tampan berada di atasnya, dengan jari yang masih berada di mulut Jeli.

"Puas mimpi erotisnya?" sapa suara itu.

Jeli yang masih menyesuaikan diri karena nyawanya belum seutuhnya terkumpul, hanya memandangi wajah si Tampan dengan saksama.

"Lo, tuh... mimpi yang jadi kenyataan." Jeli berucap setelah mengeluarkan jari si Tampan. "Hehe. Nikmat, ya gue kulum jari lo. Sampe tegang banget yang bawah," ucap Jeli lagi.

Si Tampan membelalak ngeri. Perempuan yang dinyatakan hamil karena perbuatannya itu malah semakin membuat takut. Jika susah dibangunkan, cara si Tampan memang menyentuh Jeli agar cepat menunjukkan tanda-tanda ia akan bangun. Tapi memang sudah seperti kebiasaan, Jeli malah seperti orang dungu ketika membuka mata.

Jeli menepuk-nepuk pipi si Tampan. Lalu, melingkarkan tangannya di leher si Tampan. Sontak saja si Tampan memekik karena langsung ditarik kencang untuk dipeluk oleh Jeli.

"Ganteng banget, siiiihhh. Kapan sih, lo nggak seganteng ini, Jer? Gue nggak nolak, deh kalo lo jadiin istri. Tapiii, masalahnya... kapan emangnya lo mau punya istri kayak gue? Cuma dalem mimpi doang, Jer, gue bisa kayak gini sama lo."

"Kamu... sinting, ya?!" suara si Tampan begitu menahan geram.

"Ya ampun, bahkan suara lo aja senyata ini." Jeli makin mengeratkan rengkuhannya pada tubuh si Tampan.

Jeli menyusurkan hidungnya guna meraup aroma tubuh si Tampan, tapi baru beberapa endusan, Jeli langsung mendorong tubuh si Tampan. Membuat lelaki itu terjerembab ke samping, dan menyentuh lantai.

Gerakan Jeli yang sangat cepat membuat si Tampan cemas juga. Bagaimanapun, dia punya tugas menjaga benihnya di dalam perut Jeli.

"Keluarin saja, saya bantu kamu," ucap si Tampan dengan suara pelan.

Jeli mendongak, baru sadar jika sosok itu adalah nyata. Lelaki itu memang sudah menjadikannya istri, meski hampir tidak ada pihak mana pun yang mengetahui, kecuali orang tua mereka. Tapi bagi Jeli semua itu hanya terasa bagai mimpi.

"Jer?"

"Sudah, mualnya?" tanya Jeremy.

Jeli merasa malu karena telah bersikap tidak senonoh di depan Jeremy, tadi.

"Maaf," ucap Jeli kemudian.

"Percuma. Kamu itu selalu melakukan kesalahan terus menerus menurut saya. Nggak perlu minta maaf, kamu nggak sepenting itu untuk mendapat maaf saya."

Telak.

Jelita memang tidak sepenting itu, hingga statusnya pun tidak perlu diumbar. Sebab, Jeremy menikahi Jelita saja sudah kesalahan. Jelita adalah kesalahan. Aku cuma kesalahan di hidupnya.

Hingga akhir pun, Jelita sudah menanamkan di alam bawah sadarnya. Putri Jelita hanya kesalahan bagi Jeremy dan kehidupannya yang sudah sempurna sejak awal, tapi Jelita datang menjadi pengacau dalam kesempurnaan itu.

"Nggak apa-apa. Yang penting saya sudah minta maaf," ujar Jeli mempertahankan ketenangannya.

The Wedding Dumb / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang