Wattpad Original
Ada 9 bab gratis lagi

Bagian 3.1 ; Egois

41.4K 3.4K 64
                                    

Tahu apa yang membuat Jelita suka sekaligus benci ketika bangun pagi?

Ya, dirinya yang begitu mudah sekali berposisi dalam rengkuhan Jeremy. Belakangan memang menjadi rutinitas yang tidak bisa Jelita hindari, karena yang namanya orang tidur tak akan bisa menentukan bagaimana posisinya secara sadar. Dan Jelita membenci bahwa tubuh tak dasarnya selalu bergantung pada Jeremy.

"Kapan juga nih orang balik? Kenapa selalu pede aja manjangin tangan begini!" gerutu Jelita sembari menyingkirkan tangan suaminya yang bertengger di perut.

Entah bagaimana, tapi keberadaan anaknya yang terkadang begitu memengaruhi Jelita untuk membenci melihat wajah Jeremy membuat perempuan itu was-was. Kata orang, jika perempuan hamil dan sering sekali benci melihat atau berdekatan dengan suami maka anak yang lahir nanti akan begitu dengan dengan ayahnya.

Duh, Sayang. Kamu jangan deket-deket amat sama Jeremy melon ini! Mama nggak suka.

Belum lahir saja, Jelita tak ragu untuk mengajarkan egoisme pada anaknya. Apalagi jika sudah kelihatan wujudnya? Mungkin Jelita dan Jeremy akan terus bertengkar untuk membuat anak mereka mengikuti salah di antara mereka.

"Heh! Bangun!" Jelita sengaja membangunkan pria itu.

Jeremy mengulet. Gerakan itu membuat Jelita menuruni ranjang, berjaga agar perutnya tak disentuh oleh Jeremy lagi.

"Jam berapa?" tanya Jeremy sembari menguap.

"Jam enam!"

Sontak mata Jeremy terjaga. "Ngapain kamu bangunin?! Saya nggak ada jadwal pagi ini!"

"Ya, mana saya tahu! Daripada kamu ngomel kayak kemarin! Bagus saya bangunin!" balasan Jelita dengan nada yang begitu ketus.

Bergerak cepat menuju kamar mandi, Jeremy melihat saja bagaimana Jelita dan tubuh tak kalah jelitanya bergoyang dan akhirnya menutup pintu kamar mandi.

Kenapa otak lo belakangan ngeres terus, sih Jer! Memaki dirinya sendiri yang tertarik menarik Jelita ke ranjangnya, Jeremy akhirnya memilih bangun dan mandi air dingin di kamar mandi bawah.

"Lho, Pak?"

Jeremy sedikit terkejut pagi-pagi sudah disapa oleh Rustini yang begitu saja muncul tanpa aba-aba.

"Kenapa?! Ngagetin aja kamu!"

Rustini meringis tak enak hati. Lalu tetap bertanya pada majikannya itu. "Kok ke bawah? Apa bapak mau nyuruh saya bawain bekal?"

"Nggak. Saya mau mandi!"

Rustini yang paham jika majikannya memang suka sekali berkata ketus pun tak ambil pusing.

"Memangnya kamar mandi atas rusak, Pak?"

Jeremy menggeram kesal. "Bisa nggak kamu jangan tanya terus? Saya mau mandi, Rustini!"

Akhirnya Rustini membiarkan Jeremy masuk ke dalam kamar mandi tamu dan menggiring langkah kembali ke dapur. Memiringkan kepala, Rustini hanya menggumam kata aneh dengan kelakuan majikannya itu.

*

Hujan yang mengguyur membuat Jelita yang baru menyelesaikan agenda mandinya mengerang sejuk. Dia matikan AC yang masih menyala, padahal seharusnya Jeremy mematikannya sebelum turun ke bawah. Toh pagi-pagi begini udara masih bagus dan tidak gerah.

Jendela yang sudah dibuka menimbulkan jejak percikan air hujan di sana. Seketika saja rasa kedinginannya hilang karena tenggelam dengan aliran hujan yang deras. Angin yang masuk menyipratkan sebagian kecilnya hingga masuk ke dalam membuat Jelita merasakan tenang.

Setelah beberapa lama, dia berdiri di depan cermin seluruh badan dengan mengenakan dalaman senada berwarna hitam. Tangannya meraba perut yang menyembul tanpa takut. Anaknya berusaha tumbuh di sana, Jelita sendiri tak menyangka jika akan mendapatkan kejutan dan tinggal bersama idolanya. Namun, apa pun yang selalu dibayangkan menyenangkan dan indah baginya dan banyak perempuan di luar sana ternyata tidak sama.

Berapa bulan dirinya sudah mengandung? Jelita bahkan tak memedulikannya seperti kebanyakan perempuan hamil yang sedang menanti kelahiran anaknya.

Apa perkembangannya sejauh ini? Selain bertambah besar dan bulat hingga menyebabkan berat badan Jelita ikut naik dan mulai merasa pengap ketika tidur.

"Ibu macam apa yang nggak tahu apa-apa soal anaknya?" gumam Jelita sendiri.

Meraba perutnya sendiri yang mulai bulat sempurna. Jelita mulai menghitung banyaknya usia sang anak.

"Hm. Empat bulan, ya. Tapi kamu gede banget. Kamu makan apa aja, sih di dalam sana? Emangnya nggak begah apa? Aku aja begah bawa kamu ke mana-mana." Jelita mulai bicara sendiri pada bayi di dalam perutnya.

Dia juga tersenyum sendiri dengan ucapannya sendiri. Tak menyadari bahwa ada orang lain yang sedang membuka pintu kamar dan mendapati perempuan itu sibuk sendiri. Tak percaya dengan penglihatannya karena Jelita terlihat cantik dan seksi sekali tanpa balutan gaun maupun baju mahal apa pun. Bahkan dalamannya tak begitu terlihat seperti merk mahal. Hanya kain biasa yang tak ada bentuk aneh-aneh seperti para model majalah dewasa pakai. Jeremy juga tak buta merk, Jelita tak menggunakan dalaman harga mahal atau... tak memiliki barang mahal.

"Kamu ngapain di situ?! Ngintip, ya?! Dasar mesum!"

The Wedding Dumb / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang