Wattpad Original
Ada 14 bab gratis lagi

Bagian 2.1 ; Terbiasa

52.5K 4.3K 64
                                    

Telentang.

Tengkurap.

Miring kanan.

Miring kiri.

Duduk.

Lampu mati.

Lampu nyala.

Mengecek ponsel.

Menyalakan TV.

Mendengarkan lagu.

Memaksa mata terpejam...

Semuanya tidak mempan.

Jeremy tidak bisa tidur tanpa mengelus perut Jelita. Semenjak ada perempuan itu di rumahnya—di kamarnya—Jeremy terbiasa mengelus permukaan perut Jelita hingga terlelap.

Sekarang?

Bagaimana dia akan mengelus perut Jelita jika perempuan itu sudah marah karena perdebatan mereka tadi?

Bagaimana dia akan tenang jika Jelita tidak kunjung masuk ke kamar dan tidur di sampingnya?

Bagaimana Jeremy tidak mampu mengatasi rasa terbiasa-nya dengan keberadaan Jelita?

"Bukan Jelita! Bukan Jelita! Lo cuma terbiasa sama anak diperutnya Jelita!" Berulang kali Jeremy mengatakannya entah untuk pembuktian apa. Padahal tidak ada Jelita juga di sana, tidak ada yang peduli dia terbiasa dengan siapa.

Jeremy Dilon bukan lelaki yang tidak bisa bersikap profesional, justru karena terlalu banyak memikirkan ini dan itu, dia lebih banyak menyembunyikan banyak hal.

Menikahi Jelita pun karena dia merasa perlu mengikat perempuan itu, padahal jika dia kembali memikirkan status anaknya nanti, Jeremy tidak memiliki andil hukum sama sekali. Ucapan Jelita memang berhasil menyentilnya, tetapi lagi dan lagi Jeremy sengaja menulikan telinga serta membutakan segalanya agar tidak melangkah lebih jauh untuk menikahi Jelita secara hukum. Karena Jeremy memiliki janji yang lain-nya yang mengharuskan dirinya tetap berstatus sendiri di kartu kependudukan.

*

Diam-diam dan sepelan yang dia bisa, Jeremy membuka pintu kamar tamu. Menyelinap seperti maling, melangkah sangat hati-hati, Jeremy berhasil duduk di lantai pada sisi di mana Jelita menghadap. Wajah perempuan itu kentara lelah sekali, Jeremy tahu dari banyak artikel kalau hamil bukanlah hal yang mudah, itu sebabnya dia marah karena ucapan Jelita tadi yang mengatakan bisa hidup sendiri dengan membawa bayi mereka.

Perlahan tangannya mengusap dengan lembut dan teratur permukaan perut Jelita. Kehidupan di dalam sana adalah bentuk anugerah lain yang tidak bisa Jeremy lepaskan begitu saja. Baginya, bayi itu miliknya. Tidak ada yang boleh mengambil atau membawa miliknya begitu saja. Sekalipun perempuan yang seperti Jelita, yang baru diketahuinya saat malam Jeremy menidurinya.

Senyuman samar Jeremy terbentuk di keremangan kamar tersebut. Matanya lambat laun memberat karena kegiatan rutinnya itu. Sebentar lagi, Jeremy akan jatuh terlelap dan dengan begitu tidurnya akan sangat lelap.

"Ngapain di sini?!"

Jeremy langsung terhenyak kaget. Dipikir Jelita tidak akan bangun, karena biasanya memang perempuan itu tidak akan bangun meski Jeremy memegangi perutnya hingga pagi.

"Ngapain di sini, aku tanya?!" ucap Jelita karena lelaki yang dengan santainya masuk tanpa menunjukkan wajah bersalah itu tidak menjawab juga.

Jelita melirik ke arah perutnya, telapak tangan Jeremy masih di sana walaupun tidak bergerak. Segera Jelita melepas tangan Jeremy, menyalakan lampu sehingga wajahnya yang memerah menahan emosi dapat terlihat.

Keduanya tidak mengeluarkan suara, Jelita sibuk mengendalikan dorongan menangis yang kuat sekali dalam dirinya. Dia tahu kalau sisi sensitif kehamilannya terlalu mendominasi.

Jeremy bergerak, hingga dia berdiri di hadapan Jelita dan memutar langkah hingga sisi kosong ranjang terisi oleh tubuh lelaki itu.

Tanpa berkata, Jeremy menarik pelan tubuh Jelita agar ikut berbaring di sampingnya. Memberikan dadanya agar Jelita bisa menangis sepuasnya.

"Maaf. Saya nggak bermaksud ngomong kasar tadi, saya cemas dengan kehamilan kamu makanya saya marah kamu pulang malam."

Tidak ada satu detik setelah Jeremy mengucapkan itu, Jelita langsung menangis tergugu. Dibiarkan oleh Jeremy karena tahu perempuan itu butuh pelampiasan emosi—menangis—tanpa menahan-nahan.

Mengusap pundak Jelita teratur, lalu suara tangisan si perempuan terganti dengan suara dengkuran.

Jeremy tanpa sadar sudah tersenyum. Dalam hatinya berbunga, tidur nyenyak malam ini.

The Wedding Dumb / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang