Wattpad Original
Ada 16 bab gratis lagi

Bagian 1.4 ; Perkara

52.5K 4.1K 58
                                    

Jeremy menunggu sesuatu yang... dia inginkan masuk ke notifikasi aplikasi ponselnya. Dia menunggu, hingga rasanya kesal karena tak kunjung mendapatkan apa yang dia mau. Menilik terus menerus, dia tidak juga mendapati chat masuk.

"Inisiatiflah duluan," celetuk Memi.

Jeremy berdecak. "Take-nya masih lama?" tanya Jeremy mengalihkan pembicaraan.

"Hm. Ada salah satu artis yang dialognya ngaco mulu."

"Halah! Kalo nggak profesional jadi artis, ngapain syuting layar lebar begini. Mendingan off aja."

Memi tertawa saja mendapati Jeremy ketus. "Tampangnya menjual, Jer. Meskipun aktingnya kayak ta*k juga, si pak eksprod tetep bakal pake dia. Bayar mahal tuh buat dapetin penonton piyik-piyik biar film-nya jutaan yang mantengin."

Tersenyum sinis, Jeremy membawa ponselnya mendekat untuk tidak lagi bertengger di meja.

"Gue heran, Mem. Kenapa jaman sekarang, yang orang-orangnya udah percaya nonton film negara sendiri, malah dijadiin ajang buat munculin film kualitas rendah."

Oh, ya. Tentu. Seorang Jeremy tidak akan mau membintangi film yang asal ada cerita tanpa makna dan tim yang tidak kompak. Peran yang Jeremy terima pun adalah yang paling pelik tentunya. Dia tidak pernah masalah jika hanya sebagai pemeran tambahan, second lead, atau hanya sekadar cameo. Yang terpenting adalah penting tidaknya peran tersebut.

"Lo bikinlah PH sendiri. Lo produsernya, sutradaranya, penulisnya. Mantab dah, tuh. Gue yakin kualitasnya setara sama yang lo mau."

Jeremy menegakkan punggungnya lalu membalas, "Itu namanya gue bikin film sendiri. Sekalian aja gue DOP-nya, lighting, wardrobe, PU sekalian!"

Memi menertawakan balasan sensitif artisnya itu. "Kok jadi sewot lo? Pasti gara-gara nungguin chat bini lo, ya?"

"Berisik!"

Lagi-lagi tanggapan Jeremy membuat Memi tertawa keras dibuatnya.

"Udah, ah, sana! Gue lagi nggak pengen diganggu."

Kalau sudah mengusir seperti itu, Memi tahu pasti kadar candaannya tidak mempan membuat Jeremy bertingkah baik. Laki-laki itu memang sudah terkenal sulit berbagi masalah pribadi. Lebih mudah bagi Jeremy tentu saja, untuk menanggapi berita miring. Sebab Jeremy tidak suka membuat skandal. Ya, gara-gara kecelakaan bersama Putri Jelita saja dia kelabakan seperti ini.

"Buruan sadar, Jer. Pikirin anak lo, bukan cuma bertanggung jawab mengikat cewek itu secara agama aja." Sekali lagi Memi mengingatkan.

Bukannya apa-apa, Jeremy tidak mau berurusan terlalu rumit dengan wartawan. Jika menikah resmi secara hukum juga, maka besar kemungkinan pemberitahuan mengenai dirinya dan Jelita akan diketahui banyak pihak. Bagi Jeremy perempuan itu belum memiliki tingkat penting sampai sana. Jeremy masih merasa nikah siri saja sudah bagus.

Mencoba menahan rasa ingin tahunya mengenai apa yang dilakukan perempuan itu sekarang, Jeremy malah tidak bisa istirahat sama sekali sebelum take-nya berlanjut.

"Sialan Jelita!"

*

Pulang dari rutinitas syuting, Jeremy tidak menutupi sikap buru-burunya untuk mengecek apakah Jelita baik-baik saja atau tidak. Karena seharian perempuan itu tidak mengirim chat atau apa pun untuk izin padanya. Padahal biasanya Jelita tetap akan memberitahu keberadaannya pada Jeremy.

"Pelan-pelan, woy!" marah Memi saat Jeremy menutup pintu mobil. Manajernya itu langsung melesat pergi saat Jeremy tak lagi menggubris.

Begitu pintu dibukakan untuk Jeremy, dan yang lelaki itu lihat adalah asisten rumah tangga, rasa marahnya naik.

"Jelita ke mana?" tanya Jeremy menekan suaranya agar tidak membentak.

"Ibu keluar, Pak. Tadi katanya kepingin bubur."

Jeremy mengernyit. "Seharian ini dia ke mana?"

"Setahu saya nggak ke mana-mana, Pak. Baru keluar lima belas menit lalu seinget saya," jawaban Rustini menjelaskan pada Jeremy kalau istrinya itu memang tidak pergi ke mana-mana.

"Beli bubur sama siapa dia?"

Rustini berpikir sejenak. "Kayaknya tadi dijemput temennya, Pak."

"Cewek atau cowok?"

Rustini kembali berpikir. Wanita berusia kisaran 42-an itu bingung harus menjawab apa, karena istri majikannya itu tidak dia ketahui dijemput teman perempuan atau laki-laki.

"Saya... kurang tahu, Pak. Soalnya pas ibu keluar, saya masih gosok baju."

Jeremy mendecak. "Lain kali lihat dulu dia pergi sama siapa! Jangan dibiarin gitu aja, anterin dan bukain pintu mobilnya kalau perlu! Saya mau kamu tahu semua kegiatan Jelita juga!"

Merasa salah dan sudah mendapat bentakan dari Jeremy, Rustini memilih diam serta menunduk. Begitu majikannya masuk kamar dia baru bernapas lega.

"Itu orang kenapa, sih? Tumben marah-marah nggak jelas."

The Wedding Dumb / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang