Wattpad Original
Ada 8 bab gratis lagi

Bagian 3.2 ; Egois

39.7K 3.2K 46
                                    

Jeremy tak merasa perlu gugup untuk menanggapi tuduhan Jelita sama sekali. Dia tak peduli dianggap mesum atau bagaimana dengan perempuan itu, karena kenyataannya mereka memang pasangan suami istri.

"Bisa nggak, kamu itu kalo ngomong nggak usah teriak-teriak gitu?" kata Jeremy sembari memasuki kamar tanpa sungkan.

Jelita segera berlindung di balik pintu lemari yang memang besar milik pria itu. "Jangan gila kamu! Balik badan sana!" bentak Jelita tak mau semakin diperhatikan oleh Jeremy semakin dekat.

"Kenapa? Malu?" tanya Jeremy dengan gaya sombongnya. "Hei, kalo kamu lupa perut kamu bisa besar begitu juga karena saya. Apa, sih yang kamu pikirkan? Wajar kalo kita berpikiran mesum satu sama lain. Yang nggak wajar itu justru kalo nggak tertarik satu sama lain. Kita serumah, sekamar, bahkan tidur aja sukanya saling nempel. Oh! Jangan lupa, kamu suka mengerang juga sambil ngelus bagian bawahku waktu tidur! Ngapain malu?"

Jelita memang mengakui, dorongan untuk menyentuh Jeremy sangatlah besar. Semenjak perutnya semakin bertambah usia, dokter memang memperingatkan untuk menjaga hubungan intim dengan suami agar tidak berlebihan, sebab keinginan perempuan hamil itu biasanya lebih tinggi.

Memberanikan diri keluar dari balik pintu lemari, Jelita bertanya mengenai kebenaran dirinya yang suka mengelus kemaluan Jeremy tanpa sadar. "Itu beneran? Emang gimana kalo aku ngelus?"

Jeremy paham, perempuan yang dia beri tanggung jawab itu memang agaknya masih bodoh mengenai dunia perintiman. Sama sekali buta sepertinya. Karena setiap Jeremy iseng balik menyentuh ketika Jelita tertidur perempuan itu diam saja. Kalaupun sadar Jeremy menatap tubuhnya penuh gairah paling jauh Jelita hanya bisa berkata dasar mesum. Padahal, hubungan mereka sudah melewati hubungan intim.

"Kalo kamu ngelus? Masih tanya?" Jelita menggangguk.

"Aku, kan nggak sadar ngelakuin itu. Lagian kata dokter Yongka, wajar kalo hormon aku berubah, apalagi soal seks. Dokter Yongka yang jelasin sendiri gimana baiknya posisi sama waktu seks yang baik, karena aku pernah bilang, nggak sengaja lihat majalah kamu yang ada foto cowok sama cewek badannya nempel banget terus jadi gerah sendiri. Mungkin aku lakuin itu karena hormon aku yang tinggi buat menyentuh kamu—"

Jelita baru sadar jika dirinya sudah terlalu terbuka mengenai keinginannya. Penjelasannya terlalu gamblang sampai dia juga tak sadar masih berdiri tanpa pakaian.

Aduuuhhh! Ngapain bahas soal seks sama dia, sih?!

Si Melon kan bukan dokter!

Otaknya pasti ngeres!

Berulang kali Jelita membatin panjang sendiri. Mungkin dipengaruhi hormon kelakuannya yang banyak bicara menjadi muncul.

"Sori. Bicaraku ngaco." Jelita hendak buru-buru mengambil baju di lemari, tapi mood-nya tak mau memakai baju asal, jadilah dia memilih sembari membelakangi Jeremy yang sudah melangkah pelan ke arahnya.

"Eh?" Jelita terkesiap.

Tubuhnya dipeluk dari belakang. Tangan Jeremy melingkar hingga perutnya, pria itu mengusap pelan di sana. Tidak heran jika banyak perempuan hamil yang bersaksi di website yang Jelita baca, bahwa gairah mereka kebanyakan naik. Begitu pula penjelasan dokter Yongka. Jelita menyadarinya, sebab baru disentuh biasa saja reaksi tubuh Jelita sangat berlebihan. Kulitnya meremang, dan sudah pasti Jeremy menyadarinya.

"Hei. Mau buat kesepakatan baru?" tanya Jeremy dengan suara serak.

"Kes—kesepakatan apa?" ucap Jelita tergagap.

"Kamu bisa minta ke aku buat hal itu—seks—saat kamu butuh. Dan aku nggak perlu jajan di luar buat menuhin kebutuhanku juga. Gimana?"

Penawarannya begitu menarik. Jelita juga sudah sering menahan gairahnya sendiri. Banyak menahan membuatnya stres sendiri dan menjadi suka marah-marah pada apa pun yang memancing kepala peningnya.

"Terus... kalo aku setuju?"

"Ya, nggak apa-apa. Kita, kan pasangan suami istri. Wajarlah kalo sering—"

Jeremy terkejut begitu Jelita langsung membalikkan tubuhnya. Menyambar bibir pria itu dengan tergesa, menandakan bahwa dirinya begitu amatir sekali. Tak apa bagi Jeremy, dia suka dengan inisiatif Jelita yang cepat. Perempuan itu bahkan tidak menahan egonya untuk mendapatkan Jeremy. Tak peduli bahwa hari masih pagi, Jelita meminta suaminya kepuasan jiwa dan ragawi.

The Wedding Dumb / TamatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang