6; Sah

6.2K 392 11
                                    

Setelah merencanakan pernikahan kini hari itu benar-benar sudah didepan mata,bahkan hanya tinggal menghitung detik saja. Nishrina terdiam ditempatnya,dia sudah sangat cantik dengan balutan gaun syar'i disertai wajahnya yang masih memakai niqab berwarna putih serasi dengan gaun yang dia pakai.

Dia berulang kali mengucap istighfar dan bismillah dengan terus menatap pantulan dirinya didepan cermin. Istighfar karena dia takut juga gugup,dan bismillah karena sebentar lagi hidupnya akan berubah. Benar-benar berubah.

Alfan yang sudah duduk didepan penghulu terlihat tampan dengan balutan kemeja yang ditutupi jas berwarna hitam,kopiah yang dia pakai berwarna hitam. Dia terlihat tenang namun sebenarnya dia sangat gugup. Seorang gadis akan menjadi tanggung jawabnya setelah ini.

Penghulunya sudah mulai menjabat tangan Alfan, dalam pernikahan ini Akmal lah yang sebagai wali menggantikan almarhum ayahnya. Penghulu itu mulai mengucapkan akad tersebut. Hingga datang saatnya Alfan mengucap, "Qabiltu Nikahahaa wa Tazwijaha alal Mahril Madzkuur wa Radhiitu bihi, Wallahu Waliyut Taufiq"

Alfan mengangkat kedua telapak tangannya,semua orang berdo'a.

Nishrina yang berada disebuah ruangan yang tak jauh dari tempat acara akad mendengar semuanya, beberapa tetes air mata mengalir dari matanya. Dia yang ditemani Humaira menatap Humaira dengan tatapan gembira sekaligus sedih, Humaira memeluk Nishrina. "Selamat de! Kamu sekarang sudah sah menjadi istri Alfan,kamu juga sudah menjadi adiknya kakak"

"Terima kasih"

Humaira mengurai pelukannya, "Sudah jangan menangis,ini" Dia menyerahkan beberapa lembar tisu,dan Nishrina menerimanya lalu menghapus jejak air matanya. "Sudah yuk" Humaira melingkarkan tangannya dilengan Nishrina dan berjalan keluar dari kamar tersebut,langkah mereka terhenti saat Anita dan Sabilla sama-sama datang menghampirinya,mereka memeluk Nishrina sehingga Nishrina kembali menangis,Anita juga sempat memberikan wejangan-wejangan untuk dirinya dan Nishrina hanya mengangguk. Mereka kembali berjalan,hingga Anita mengantarkan Nishrina duduk disamping Alfan. Lalu krmbali pergi ketempatnya.

Alfan mendongak dan menoleh mengikuti pergerakan Nishrina yang hendak duduk,dia membantunya dan Nishrina tersenyum tipis dibalik niqabnya. Nishrina meraih salah satu tangan Alfan dan menciumnya, lalu Alfan mencium dahi Nishrina. Lalu dia menyentuh ubun-ubun Nishrina dengan telapak tangan kanannya dan tangan satunya lagi dia angkat untuk berdo'a.

"اللهم اني اسا لك خيرها وخيرما جبلتها عليه واعوذبك من شرها ومن شرما جبلتها عليه"

Ya Allah sesungguhnya aku memohon kebaikannya dan kebaikan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya. Dan aku memohon perlindungan kepadamu dari keburukannya dan keburukan apa yang Engkau ciptakan pada dirinya.

Semua yang melihat itu tersenyum haru terutama Akmal dan Anita mereka bahagia melihat Nishrina menikah dan bahagia setelahnya,setidaknya itu yang diharapkan keduanya.

Nishrina menunduk dan mengamini do'a Alfan. Alfan juga mengamininya dan kembali mencium dahi Nishrina. Lalu Alfan meraih mikrofon dan mulai membacakan surah Ar-Rahman untuk Nishrina. Hal ini merupakan mimpinya sejak dulu,meskipun ternyata yang dinikahinya bukanlah orang yang dia cintai namun dia akan tetap melakukannya.

Nishrina terharu,dia menangis bersamaan dengan tangisan saat dia mendrngar ayat demi ayat terlantunkan dengan indahnya oleh Alfan.

Acara pun masih berlanjut,tukar cincin,penandatanganan beberapa berkas dan yang lainnya.

Acara selesai tepat sebelum Ashar,Alfan dan Nishrina memutuskan untuk pulang kerumah Nishrina terlebih dahulu. Namun nanti sekitar pukul lima mereka akan pergi kerumah Alfan,rumah itu sudah Alfan siapkan dari jauh-jauh hari,rumah yang dia khususkan dipakai setelah dia menikah dan sekaranglah dia akan memakainya.

Nishrina membuka pintu kamarnya perlahan hingga terbuka seluruhnya,dia masuk diikuti Alfan. "Kamarnya nyaman,rapi" komentar Alfan dengan tatapan masih mengitari keseluruhan ruangan tersebut.

Nishrina tidak menggubris,dia mengeluarkan sebuah handuk yang belum pernah dia pakai semenjak dia membelinya, "Mas mau kekamar mandi?"

Alfan menoleh dan menatap Nishrina, "Kamu dulu aja, dari tadi kamu nangis jadi kamu duluan aja yang mandi. Saya setelahnya" ucapnya tanpa ekspresi.

Nishrina ber-oh saja. Dia menyimpan handuknya ditepi ranjang, lalu dia kembali kelemari,membawa gamisnya. Setelahnya dia masuk kedalam kamar mandi dan membersihkan tubuhnya.

Alfan duduk diranjang dan mengeluarkan ponselnya yang sedari tadi bergetar,satu persatu dia membaca isi pesan yang masuk dan rata-rata semua mengucapkan selamat atas pernikahannya dan berharap hubungan Alfan dan Nishrina bisa bertahan lama. Alfan hanya membalas beberapa pesan saja dan mengamini lewat lisannya. Dia tersenyum dan berpikir mengapa dia bisa dengan cepat menikah,dan itu dengan gadis yang menyelamatkan dompetnya saat itu,gadis yang tak dia kenali,bahkan dia tidak tahu wajah Nishrina. Namun Alfan tidak mempermasalahkan karena faktanya dia tidak terlalu tertarik dengan wanita yang cantik namun hanya cantik fisik saja. Biarlah dia menjalani semuanya dengan perlahan,sebentar lagi dia akan tahu segalanya mengenai Nishrina.

Fokus Alfan teralihkan saat terdengar pintu kamar mandi terbuka dan menampakkan sosok Nishrina keluar dari sana. Dia tersenyum tipis saat melihat Nishrina terus menundukkan wajahnya,terlihat rona merah dipipinya. Jujur saja,baru kali ini dia melihat rambut Nishrina,apalagi wajahnya. Dan ternyata Nishrina luar biasa cantik bahkan jika menurut orang lain Nishrina lebih cantik dari pada Sabilla.

Nishrina berjalan tergesa hingga akhirnya gamisnya sedikit terinjak sehingga dia hampir saja terjatuh. "Eh,hati-hati" ucap Alfan yang kaget melihat Nishrina hampir jatuh.

Nishrina memejamkan matanya lalu berdiri didepan cermin, "Mas kalau mau mandi silahkan,aku udah menyiapkannya"

"Iya terima kasih" Alfan pun masuk kedalam kamar mandi. Dan itu bisa membuat Nishrina bernapas lega. Jujur saja sedari tadi jantungnya berdetak semakin cepat saat melihat Alfan memperhatikannya ketika keluar dari kamar mandi,ditambah saat dia hampir terjatuh. Dia malu,sungguh.

"Sebaiknya kamu bersiap,kita akan pergi setelah ashar" Ucap Alfan saat dia baru saja keluar dari kamar mandi dan mendapati Nishrina tengah mengerjakan sesuatu dilaptopnya.

Nishrina menoleh, "Setelah ashar?"

"Iya,itu perintah kakak kamu bukan?"

"Iya" Nishrina menutup laptopnya dan beranjak dari tempatnya duduk,lalu dia mendongak menatap kopernya yang berada diatas lemari yang lumayan tinggi, dia menggeserkan kursi yang berada didepan meja rias. Dia naik dan berusaha mengambil kopernya namun sulit,dia membenarkan khimarnya dan kembali berusaha.

Alfan terkekeh pelan,dia menarik lengan Nishrina pelan "Kemari"

Nishrina mengerutkan dahinya, "Apa?"

"Kemari"

Nishrina pun turun dengan lengannya masih dicekal oleh Alfan,jantungnya kembali berdetak tak normal. Nishrina menundukkan wajahnya saat dia sudah berada dibawah. "Biar saya yang membawanya"

Nishrina mengangguk,Alfan pun mengambilnya tanpa menggunakan kursi. "Ini"

"Terima kasih mas" ucap Nishrina yang diangguki Alfan.

"Iya. Cepat ya,kita bentar lagi salat ashar"

"Iya mas" Nishrina pun mulai membenahi pakaiannya,tidak semua. Hanya pakaian yang dia rasa masih layak dipakai.

Tepat ketika dia mejutup koper adzan ashar berkumandang. Dia menyimpan kopernya didekat ranjang. Dia menatap Alfan yang ternyata tengah memperhatikannya. "Mas duluan yang wudhu? Atau mau dimesjid?"

"Kan saya udah bicara,kita salat ashar ya berarti saya salat disini"

Nishrina menundukkan wajahnya,berbicara dengan Alfan memang selalu dirinya yang salah. "Mau mas atau aku yang duluan?"

"Kamu saja"

Nishrina mengangguk, dia pun masuk kedalam kamar mandi untuk berwudhu.

Alfan menggelengkan kepalanya, Nishrina sudah sah dengannya namun masih saja dia memakai khimarnya didepannya.

ALFAN (Cinta Untuk Nishrina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang