9; Haruskah?

5.7K 329 9
                                    

Alfan sedari tadi menatap ponselnya yang terus menerus menampilkan nama Nishrina disana,hampir dua puluh panggilan dia diamkan.

Reynard yang berada disampingnya hanya menggelengkan kepalanya dan menghela napas, sedari tadi pun dia meminta Alfan untuk mengangkat teleponnya namun Alfan hanya diam.

Perasaan Alfan tidak menentu saat Nishrina tak lagi meneleponnya. "Sebaiknya kamu pulang Fan,takutnya ada sesuatu dirumah"

Itu Reynard yang berbicara.

Alfan melihat jam yang menggantung diatas dinding,sudah pukul delapan. Dia menghela napas dan mengangguk, "Makasih Rey,saya pulang. Assalamu'alaikum"

"Iya inget lho,nggak ada kata pisah diantara kalian. Wa'alaikumsalam"

"InshaAllah"

Alfan pun sedikit tergesa keluar dari mesjid dan memakai sandalnya. Jarak antara mesjid dan rumahnya tidak terlalu jauh,hanya melewati beberapa rumah saja.

Dia pun sampai dan sedikit terperangah melihat pintu rumahnya terbuka,dirumahnya memang tidak ada pagar seperti dirumah orang tuanya,halaman pun hanya sedikit. Dia sedikit berlari dan mendapati pintu yang ternyata rusak. Dia menggelengkan kepalanya saat pikiran buruk memenuhi kepalanya, dia menutup pintunya meskipun itu sia-sia setidaknya pintu tetap tertutup. Sepanjang jalan menuju kamarnya pun dia melihat keadaan rumahnya benar-benar kacau. Dia juga menutup mulutnya saat melihat pintu kamarnya pun terbuka dan sedikit rusak,dia masuk dan benar-benar tertegun melihat Nishrina terbaring diatas dinginnya lantai. "Nishrina. Ya Allah" dia mengangkat tubuh Nishrina dan membaringkannya diatas ranjangnya. Dia menyelimutinya dan menelepon dokter. Juga menelepon tukang untuk membenahi pintu rumahnya. "Nishrina bangun,maafkan saya" ucapnya lirih. Dia membuka khimar yang masih dikenakan Nishrina. Dia dapat dengan jelas bulu mata Nishrina basah,bahkan pipinya pun sama. Lalu dia usap rambut Nishrina dengan lembut.

Alfan keluar dari kamar dan turun lalu menunggu dokter yang datang dipintu utama, tak lama justru tukang lah yang datang terlebih dahulu. "Assalamu'alaikum mas"

"Wa'alaikumsalam. Pa,tolong benarkan pintu ini ya. Dan bapak lihat-lihat saja pintu mana yang rusak dirumah ini. Terutama kamar saya yang diatas"

"Oh siap mas" Tukang itu pun masuk kedalam rumah,Alfan percaya karena orang ini orang andalan keluarganya jika mengurus rumah yang ada rusaknya.

Alfan melihat seorang dokter turun dari mobilnya dan berjalan hingga berhadapan dengan Alfan. "Silahkan masuk dok" Dokter itu mengangguk dan mengikuti langkah Alfan menuju kamarnya.

Setelah diperiksa ternyata Nishrina telat makan,jadilah tubuhnya lemas dan hingga pingsan seperti ini. Dokter itu pergi.

Alfan membuka kopiahnya dan menyimpannya dinakas dekat ranjang, "Nishrina bangun" ucapnya lagi. Dia mengacak rambutnya,seskali mengusap wajahnya dengan terus beristighfar. "Apa yang terjadi sama kamu?"

Tak lama dari itu Nishrina mulai membuka matanya,dis mendapati Alfan yang menatapnya dengan tatapan sayu. "Nishrina kamu sudah siuman"

Nishrina diam. Dia duduk dan menyandarkan kepalanya disandaran ranjangnya. Dia mengitarkan pandangannya dan mulai mengingat hal apa yang terjadi padanya beberapa menit lalu. Dia kembali menangis mengingat apa yang sudah pria itu lakukan tadi saat dia tak sadarkan diri,dia takut jikalau pria itu bermacam-macam padanya. Dia mengusap wajahnya dan pandangannya tertuju kepada kamera cctv diujung dinding atas.

"Nishrina maafkan saya. Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa kamu,"

Ucapannya terpotong saat Nishrina memanggil namanya. "Iya"

"Cctv itu aktif?"

Alfan menoleh dan mendongak, "Itu aktif"

"Dimana aku bisa lihat videonya?"

Alfan mengerutkan dahinya namun dia juga beranjak dan mengambil laptopnya,dia pun ingin tahu apa yang sudah terjadi tadi. Dia menyalakan laptopnya dan kembali duduk disamping Nishrina.

Nishrina menghela napas lega saat melihat pria tadi tidak melakukan apapun terhadapnya, Asedangkan Alfan benar-benar tertegun dengan apa yang terjadi terhadap Nishrina.

"Maaf Nishrina"gumam Alfan.

Nishrina mendongak menqtap Alfan yang menundukkan wajahnya, "Kenapa mas meminta maaf kepada Nishrina?"

"Maaf karena saya tidak bisa menjaga kamu sampai terjadi hal seperti ini sama kamu,saya tidak akan bisa menjagamu. Aku tidak ingin melukaimu lebih dalam lagi,jadi besok saya akan mengembalikanmu kepada orang tuamu"

Nishrina benar-benar tertegun,hatinya terasa remuk saat itu juga. Mengapa perkataan itu meluncur dengan mudahnya dimulut pria yang kini berada dihadapannya. Beberapa tetes air mata kembali membasahi pipinya,dia menyekanya dengan cepat. "Nishrina nggak akan pergi kemana-mana,mas. Nishrina akan tetap jadi istri mas. Tolong jangan pernah bicara seperti itu."ucapan Nishrina bergetar karena dia menangis.

Alfan menatap Nishrina yang memang sedari tadi menatapnya, dia menghela napas. "Dari pada kamu terus-menerus terluka karena ucapan saya,Nishrina. Lebih baik saya,"

"Nishrina mohon,mas" Nishrina tidak ingin mendengar Alfan mengucapkan  hal tadi lagi,dengan cepat dia memotongnya.

"Kita bicarakan besok saja,sekarang kamu sebaiknya tidur" Alfan beranjak,masuk kedalam kamar mandi dan mengganti pakaiannya. Dan kembali keluar dengan menggunakan pakaian yang lebih santai, "Saya mau kebawah dulu" Alfan pun keluar dan membiarkan Nishrina sendiri.

Nishrina menyandarkan kepalanya disandaran ranjang,dengan kaki yang dia tekuk keatas sehingga kedua tangannya memeluk kakinya. Dia menangis. "Ya Allah ,jangan biarkan perpisahan ini terjadi.. Hamba mohon"gumamnya dengan masih menangis. Beberapa menit kemudian saat dia masih menangis terlihat gagang pintu yang sedang dibuka dari luar. Dia dengan cepat menutupi tubuhnya dengan selimut dan berbaring lalu memejamkan matanya berpura-pura tertidur.

Alfan menatap Nishrina yang terlihat sudah tertidur, dia menghampirinya dan mengusap rambutnya. "Maaf,dari awal saya hanya membuat kamu nangis kayak gini. Ini alasan saya nggak mau mertahanin kamu karena saya nggak mau nambah penderitaan kamu karena saya"gumamnya. "Saya belum mencintai kamu atau mungkin tidak mungkin mencintai kamu,maafkan saya." Dia beranjak dan membawa bantal lalu menyimpannya diatas sofa,dia pun membaringkan tubuhnya disana.

Nishrina sedari awal sudah sangat sesak sekali mendengar ucapan-ucapan Alfan, dia berusaha untuk menahan tangisnya dan terbukti itu berhasil. Dan alhasil ketika Alfan sudah mulai menutup matanya Nishrina kembali membuka matanya,dan menangis tanpa suara. Dia menggigit bibir bawahnya mencegah suara isakannya agar tidak terdengar. Mengapa ini sungguh menyakitkan ya Allah.gumamnya dalam hati.  Dia berpikir apakah Alfan sebegitu tidak menyukainya sehingga dia memilih tidur disofa dibandingkan disampingnya. Nishrina memejamkan matanya dan tak lama dari itu rasa kantuk mulai menyerangnya,setelah membaca do'a dia pun mulai terlelap.

Pukul dua belas malam Nishrina kembali terjaga,dia menoleh menatap Alfan yang masih terlelap dengan nyenyaknya.

Nishrina mengusap wajahnya,lalu dengan cepat dia masuk kedalam kamar mandi. Berdiri didepan cermin wastafel dengan kembali menangis,dia membasuh wajahnya dengan air yang begitu dingin,sesekali menatap wajahnya dicermin.

----

Assalamu'alaikum.
Maaf seharusnya aku up kemarin tapi malah sekarang, semoga suka sama part ini💕 Makasih yang udh baca dan vote serta komen dipart kemarin,sayang kalian♡

ALFAN (Cinta Untuk Nishrina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang