Nishrina menuruni anak tangga dengan langkah lunglai, pikirannya benar- benar kosong. Hingga pada akhirnya dia berada dianak tangga terakhir,dia duduk disana menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Kembali menangis seperti beberapa menit lalu sebelum Alfan datang. Sedari tadi pun memang hidungnya sudah terlihat merah dan Alfan mengetahui itu,terlebih matanya yang sudah terlihat sembap namun tak terlalu.
Dia menghela napas panjang,seolah permasalahan ini memang benar-benar menyesakkan baginya. "Astaghfirullah"gumamnya. Dia menyeka air matanya,lalu bangkit dan kembali melenggang memasuki area dapur,mulai berkutat dengan segala bahan makanan yang akan dia masak untuk siang ini.
Beberapa menit kemudian dia merasakan kehadiran seseorang dibelakangnya, dia sudah yakin bahwa itu adalah Alfan jadi dia terus saja memfokuskan dirinya kepada masakan yang sedang dia masak.
"Nish, bunda nelepon"
Mendengar hal itu Nishrina langsung menoleh dan membalikkan tubuhnya, menatap ponsel miliknya yang sedang Alfan genggam tanpa menatap pria yang sedang menggenggamnya, dia meraih ponselnya dan mengecilkan api kompornya. "Assalamu'alaikum, bunda"
"Wa'alaikumsalam putri shalihahnya bunda,istri shalihahnya Alfan. Apa kabar kamu?"
Nishrina tersenyum mendengar nada riang dari bundanya, namun tetap saja hatinya terasa kembali sesak saat bundanya mengucapkan dia istri shalihahnya Alfan. "Alhamdulillah Nishrina baik-baik aja, bunda gimana kabarnya?"
"Alhamdulillah bunda juga baik sayang"
"Alhamdulillah kalau gitu"
"Tadi Santi kerumah Nish, nanyain kamu. Katanya kirain kamu masih tinggal disini sama Alfan"
"Oh iya makasih bun,nanti Nishrina telepon dia. Nishrina lupa kasih tahu" Nishrina berbicara namun tangannya tetap berkutat dengan wajan dihadapannya.
Alfan memperhatikan Nishrina lekat-lekat, Nishrina begitu pandai menutupi kesakitannya dihadapan keluarganya. Alfan menghela napas, "Aku udah buat kamu nangis lagi Nish,padahal tadi pagi aku bilang sama kamu kalau kamu nggak boleh nangis lagi" gumamnya dalam hati. Dia mengusap wajahnya.
"Wa'alaikumsalam warrahamtullah, iya bunda" Nishrina menyimpan ponselnya diatas meja makan,tanpa menatap Alfan yang dia ketahui sedari tadi menatapnya. Dia perlahan menghidangkan makanannya dan menyimpannya diatas meja makan. "Kamu mau makan sekarang?"
Alfan mengerjap,Nishrina berbicara benar-benar tidak melakukan kontak mata dengan dirinya. "Iya,sekarang aja Nish"
Nishrina mengangguk pelan,dia meraih piring kosong lalu mengisinya dengan nasi dan lauk pauk lainnya setelahnya menyimpannya dihadapan Alfan,lalu dia duduk dan ikut makan dengan hening.
Setelah beberapa menit,ketika Nishrina hendak membereskan meja makan Alfan menahannya dan meminta Nishrina untuk kembali duduk denan alasan Alfan ingin bicara. "Ada apa?"ucap Nishrina dengan dingin,namun tetap terdengar sopan.
"Kita perlu bicara Nish"
"Aku harus beresin ini semua dulu,maaf ya" Nishrina bangkit dan hendak membawa piring kotor namun lagi-lagi Alfan menahannya,Nishrina menatap Alfan dengan tatapan yang tak pernah dia berikan kepada siapapun. Ya,tatapan tajam namun terlihat penuh luka dan kesakitan disana. "Lepasin!" Ucapnya,menarik tangannya dan pergi meninggalkan ruang makan menuju kamar,dengan lagi-lagi menangis.

KAMU SEDANG MEMBACA
ALFAN (Cinta Untuk Nishrina)
Spiritual-Ambil hal positifnya dan tinggalkan hal negatifnya- Second story of Cinta Sabilla. •••• "Setiap saat aku akan meminta kepada Allah agar dengan cepat menghadirkan perasaan dihatimu untuk diriku. Kamu,sudah Dia takdirkan menjadi pria yang akan selal...