15; Haruskah saya mencintai?

6.1K 345 23
                                    

Nishrina menangis, bukan karena masalahnya dengan Alfan melainkan dia merasakan sakit yang teramat diarea perut bagian bawahnya.

Alfan yang melihat itu langsung beranjak, menggenggam tangan Nishrina. "Apa yang sakit?"

"Pe..perut Nishrina mas.. Aaaahh"

Alfan melepas genggamannya dan lari keluar untuk memanggil dokter lalu kembali masuk, Sabilla dan Akmal sudah kembali pulang. Karena memang Akmal harus tetap bekerja dan Sabilla terpaksa pulang karena Alfan yang memintanya. Alfan kembali berdiri disamping Nishrina, dia begitu merasa kasihan saat melihat Nishrina yang tengah ditangani oleh dokter dan perawat tersebut, entah sejak kapan Nishrina sudah kehilangan kesadarannya. "Bagaimana keadaan istri saya dok?"

"Istri anda baik-baik saja, dia hanya tidak bisa menahan rasa sakit akibat benturan tadi. Anda tenang saja, inshaallah tidak akan terjadi apapun kepada calon bayi dengan istri anda"

"Baik dok,terima kasih"

"Saya permisi,Assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam" Alfan mengusap kepala Nishrina dengan lembut, setetes air mata keluar dari pelupuk matanya. "Maafkan saya"gumamnya lirih. .

Alfan memilih untuk mengambil wudhu,lalu kembali duduk disamping Nishrina. Lalu bermuroja'ah disana.

Nishrina mulai tersadar,dia menatap Alfan yang menundukkan pandangannya namun berada disampingnya. Setelah dirasa Alfan sudah selesai bermuroja'ah dia kembali menatap Alfan. "Mas"

Alfan mendongak,dia tersenyum sangat tipis "Iya?"

"Mas marah sama Nishrina? Nishrina minta maaf"

Alfan menggelengkan kepalanya, "Saya yang minta maaf karena saya udah salah paham sama kamu, udah bertingkah kayak anak kecil,lari dari masalah dan ninggalin kamu. Saya minta maaf"

"Tapi mas kayak gitu pun karena kesalahan Nishrina"

"Nggak,itu bukan salah kamu.. Udah ya,kita jangan bahas ini lagi. Bisa?"

Nishrina mengangguk dan tersenyum, "Mas tahu nggak?"

Alfan melipat kedua tangannya diatas tempat tidur Nishrina,tatapannya dia fokuskan kewajah Nishrina. "Apa?"

"Nishrina kangen banget"

Alfan mengerjapkan matanya, "Kangen? Kok bisa?"

"Lha kok?"

"Ya bisa lah mas,kenapa nggak bisa"

Alfan terkekeh pelan,ini benar-benar langka sekali. "Maksud saya kenapa bisa kangen? Kan kita nggak ada hal spesial yang pernah kita lakuin bareng-bareng. Kamu kangen apanya coba?"

"Nishrina kangen pas Nishrina bangun tidur ngeliat mas lagi tidur atau udah rapi, Nishrina kangen nyiapin pakaian sama sarapan buat mas meskipun jarang banget dimakan,Nishrina kangen denger mas ngaji. Nishrina kangen banget sama semuanya mas"

"Hey.. Sssttt.. Udah dong kamu jangan nangis" Alfan mengusap pipi Nishrina menggunakan ibu jarinya. "Maafin saya"

Nishrina menyentuh permukaan perutnya yang masih datar, "Mas bahagia nggak dengan datangnya calon buah hati kita?"

Alfan diam sejenak,dia memperhatikan gerak-gerik Nishrina yang kini mulai menyandarkan tubuhnya didinding. "Saya bahagia,semoga kamu sama calon bayinya sehat terus ya" Alfan memberanikan diri menyentuh permukaan perut istrinya ini, dia mendo'akan sesuatu didalam hatinya. Tentunya do'a yang baik. Memiliki anak adalah mimpinya,dia benar-benar bahagia dengan berita bahwa Nishrina yang tak lain adalah istrinya tengah mengandung anaknya. Namun sangat disayangkan,dia sama sekali belum mencintai Nishrina.

ALFAN (Cinta Untuk Nishrina)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang