SCARS

4.6K 488 18
                                    

   Jisoo tengah menikmati acara televisi  untuk mengisi waktu luangnya. Hari ini dia tak ada jadwal pemotretan atau syuting iklan. Dia tengah menunggu Sehun yang berjanji akan mengajaknya untuk berbelanja. Jisoo mematikan televisinya saat dia mendengar bel apartemennya berbunyi.

“Kenapa juga dia harus membunyikan bel” gerutu Jisoo. Dengan langkah malas dia berjalan kearah pintu apartemennya. Kalimat umpatan yang akan keluar dari mulutnya seakan kembali tertelan saat melihat sosok pria yang kini berdiri di depan apartemennya.

“Boleh aku masuk?” tanya Taeyong kepada Jisoo yang masih tercengang akan kedatangan pria tersebut.

“Ah..silahkan masuk dokter Lee” Jisoo sedikit tergagap saat mempersilahkan Taeyong masuk kedalam apartemennya.

   Jisoo mempersilahkan Taeyong untuk duduk namun pria itu tak bergeming dari tempatnya kini berdiri. Jisoo sedikit heran dengan sikap Taeyong. Dia tak mengerti kenapa Taeyong mengunjunginya secara tiba-tiba setelah lama dia tak pernah mengunjunginya bahkan saat Jisoo pindahanpun Taeyong tak berkunjung ke apartemennya.

 Dia tak mengerti kenapa Taeyong mengunjunginya secara tiba-tiba setelah lama dia tak pernah mengunjunginya bahkan saat Jisoo pindahanpun Taeyong tak berkunjung ke apartemennya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Apa benar kau berhenti dari SPH?” nada dingin Taeyong membuat Jisoo bergidik. Jisoo membasahi bibirnya yang terasa kering. Menatap kearah Taeyong yang kini menatapnya dengan serius.

“Ya aku telah mengundurkan diri dari sana”

   Tanpa Jisoo duga, Taeyong yang selama ini terlihat tenang kini menjadi menyeramkan. Taeyong mencengkeram lengan Jisoo dengan cukup kuat. “TAPI KENAPA? KENAPA KAU BERHENTI DARI SANA? APA KAU AKAN BERHENTI BERHARAP DAN MENYERAH AKAN SEMUA INI?”.

“D-dokter Lee” Jisoo tersentak akan bentakan Taeyong. Ingin sekali dia menjawab namun tenggorokannya seakan tercekat oleh batu besar. Bukan itu alasan dia berhenti dari sana. Mana mungkin dia berhenti berharap dan menyerah setelah selama ini dia berjuang.

“Jisoo-ah..aku tak menghalangimu untuk melakukan apapun yang menurutmu itu terbaik hanya aku tak bisa jika aku tak berada didekatmu apalagi tak bisa melihatmu lagi” suara Taeyong melemah diikuti oleh cengkeramannya yang juga ikut melemah. Dengan wajahnya yang menunduk dia menyembunyikan kesedihannya dari Jisoo. Jisoo terkejut ketika melihat perubahan sikap Taeyong. Dia tak pernah melihat Taeyong yang seperti ini. Yang dia tahu selama ini Taeyong selalu bersikap dingin dan kaku.

“Tak bisakah kita-”

“Mi Amor” sebuah suara menginterupsi obrolan Taeyong dan Jisoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mi Amor” sebuah suara menginterupsi obrolan Taeyong dan Jisoo. Sontak saja Taeyong tak melanjutkan ucapannya. Jisoo dapat melihat kilatan amarah dimata Sehun. Terlebih arah pandang Sehun yang fokus kearah posisi tangan Taeyong yang masih berada dilengannya.

“Oh Sehun”

   Jisoo mengkerutkan keningnya saat melihat kedua pria yang kini berdiri disamping kanan kirinya terlihat saling mengenal satu sama lain. Meskipun mereka terlihat saling mengenal Jisoo dapat merasakan tegangan persaingan diantara keduanya.

“Kalian saling mengenal?” tanya Jisoo penasaran.

“Tentu karena kita adalah saudara. Bukankah begitu Oh Taeyong?” suara Sehun terdengar sarkastis dengan tatapan matanya masih terlihat sama seperti tadi saat dia datang. Raut wajah Jisoo masih memperlihatkan ketidak pahaman akan ucapan Sehun.

“Namaku Lee Taeyong dan aku tak sudi memakai marga Oh dinamaku” rahang Taeyong mengeras seolah menahan amarahnya. Namun Sehun seolah menikmati bagaimana dirinya dapat membuat pria itu merasa terluka.

“Kalau kau tak sudi memakai marga Oh dinamamu seharusnya kau bilang pada ibumu untuk tak menggoda ayahku hingga menghasilkanmu” Sehun tak dapat menahan nada bicaranya saat mengatakan hal tersebut. Bagaimanapun dia masih ingat saat ayahnya membawa seorang anak kecil yang beberapa tahun lebih tua darinya dan mengatakan kalau anak itu adalah hasil hubungan perselingkuhannya dengan salah seorang pegawainya. Semenjak saat itu ibunya menjadi sering menangis dalam diam. Namun karena rasa cintanya yang begitu besar kepada ayahnya, ibunya rela merawat anak itu meskipun dia sering diam-diam menangis saat ayahnya tak ada di rumah.

   Taeyong mengambil nafas dalam. Mencoba tetap bersikap tenang meskipun hatinya merasakan sakit yang amat sangat saat mendengar ucapan Sehun. Dia juga masih belum melupakan bagaimana ibu Sehun sering mengatakan kepada dirinya kalau dia adalah anak haram dan itu membuatnya tertekan hingga dia memutuskan untuk kembali ke rumah ibunya. Dirinya yang saat itu masih berumur 8 tahun hanya bermodalkan tekat yang kuat untuk melarikan diri, untung saja daya ingatnya cukup kuat untuk mengingat jalan menuju rumah ibunya. Saat dirinya telah sampai dirumah ibunya pemandangan yang dia lihat sangat mengiris hatinya. Dia melihat ibu Sehun memaki-maki ibunya dan bertindak kasar kepada ibunya. Semenjak saat itu ibunya mendapat hinaan dari para tetangganya hingga membuat ibunya menjadi depresi dan memutuskan untuk mengakhiri hidupnya. Dan semenjak saat itu dirinya hanya tinggal bersama neneknya di kampung halaman ibunya, Chuncheon.

“Seharusnya dari awal ibumu melakukan program bayi tabung sebelum ayahmu merasa putus asa dan memilih wanita lain untuk menghasilkan keturunannya”.

   Sehun menghantam wajah Taeyong cukup keras hingga membuat Taeyong tersungkur ke lantai. Ujung bibir Taeyong robek karena hantaman keras Sehun dan darah segar mengalir dari sana. Taeyong merasa puas karena merasa dapat merendahkan harga diri seorang Oh Sehun  terlebih didepan Jisoo. Dia tak membalas hantaman Sehun. Dia hanya tersenyum miring melihat Sehun yang akan berusaha mengahantamnya lagi namun ditahan oleh Jisoo.

 Dia hanya tersenyum miring melihat Sehun yang akan berusaha mengahantamnya lagi namun ditahan oleh Jisoo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Aku pergi dulu. Semoga harimu menyenangkan brother” Taeyong berdiri dan melangkah menuju pintu apartemen Jisoo. Jisoo tak bisa membela salah satu diantara mereka karena dia tidak mempunyai hak untuk itu. terlebih dia tidak ingin terlalu ikut campur dalam masalah yang dimiliki kedua pria yang baru saja menyebabkan keributan di apartemennya.

****************************
maaf fantasiku membawa cerita ini kearah yang seperti ini
Part ini sebenernya ada beberapa versi cuma entahlah aku lebih memilih yang ini dibanding versi lainnya.
hope you still enjoy my story!!

Xoxo,
NERDYWEIRD0

꽃길 Flower RoadTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang