Rafael, Gery dan Willy melangkah sejajar dengan pasti mendekati sebuah bangunan lumayan megah dan luas. Tempat itu pernah Rafael kunjungi bersama keluarga dan calon istrinya, tempat itu adalah saksi bisu ikatan pertunangan nya. Menjadi tempat terakhir pula kemesraan antara dirinya dan Athaya, tempat itu adalah pondok pesantren keluarga Athaya.Leher Rafael terangkat ke atas melihat bangunan itu dari atas sampai bawah, dan tak banyak berubah dari bangunan itu, masih sama seperti empat tahun lalu.
"Mau cari siapa Mas?" tanya seorang pria bertubuh jangkung yang sepertinya adalah satpam.
"Kita mau cari Athaya Pak," jawab Rafael.
"Athaya anaknya Pak Kyai Ahmed?" tanyanya.
"Iya Pak," jawab Rafael.
"Tiga tahun lalu pesantren ini dijual olehnya pada bos saya yang sekarang mas, mereka sudah tidak tinggal disini lagi."
"Dijual? Kenapa? Pindah kemana?" tanya Rafael dengan pertanyaan yang merembet.
"Katanya untuk biaya pengobatan anaknya yang bernama Athaya, kalo pindah saya gak tahu mereka pindah kemana." satpam itu memperjelas.
"Pengobatan apa? Athaya sakit apa? Dulu kata ibu kost itu Athaya pindah karena mau berobat, sekarang Abi menjual pondok untuk biaya pengobatan. Sebenarnya Athaya sakit apa?" tanya Rafael anak sedikit berteriak.
"Aduh Mas saya juga gak tahu, permisi ya." satpam itu terlihat ketakutan karena melihat Rafael yang mulai mengamuk karena jawabannya, akhirnya dia lebih memilih pergi.
"El udah udah, tenang El." saran Gery.
"Gimana aku bisa tenang!"
"Kita cari Athaya sama-sama!" sentak Willy.
Entahlah, semenjak pertemuan pertama dengan Willy kemarin, Rafael merasa Willy sahabat lamanya. Ia juga care padanya, meskipun ia bersifat tegas dan galak, tapi itu malah membuatnya tenang.
"Thank you Wil, Ger." Rafael menjawab sendu.
"Kita ke Bandara sekarang, berdoa semoga aku bener." Willy menenangkan.
……
"Disini aku ketemu Athaya terakhir kali, kita nangis bersama disini. " Rafael mengingat masa-masa itu dan terlihat menahan tangis.
"Aku yakin teka-teki kedua ada di sekitar sini," yakin Willy.
"Kamu yakin Wil?" Gery meragukan.
"Semaleman aku udah pikirin lagi arti dari teka-teki kemarin, dan aku yakin." tegas Willy.
Saat itu bandara lumayan ramai, jadi mereka bertiga harus agak sedikit bersabar untuk mencari tebakan kedua itu. Vas bunga, sudut tembok, segalanya mereka periksa. Namun sudah hampir satu jam diantara mereka bertiga tidak menemukan tanda-tanda tebakan itu.
"Kayaknya kamu salah Wil," ucap Rafael.
"Nggak aku yakin pasti ada disini El, cari terus."
"Ketemu!!" teriak Gery yang membuat semua pengunjung menatap ke arah nya.
"Mana Ger mana!" teriak pula Rafael.
"Waw, berarti tebakanku bener? Wah Willy kamu benar-benar jenius!" bangga Willy saat melihat Gery menemukan teka-teki kedua persis yang ia tebak.
"Buka buka!!" seru Gery.
Teka-teki itu beramplop sederhana lagi, tapi kali ini agak tebal. Mungkin sekarang isinya akan lebih panjang dari sebelumnya. Rafael segera membuka amplop itu dengan cepat, dan terdapat dua kertas berukuran kecil di dalamnya. Dan isi dari kertas pertama adalah:
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam dan Hawa (About Athaya2)✔ #wattys2019
Historical Fiction"Ketika aku bukan menjadi diriku lagi, dan kau menemukanku!" Saat dimana kisah peradaban mesir kuno mampu membuat cinta kembali dipertemukan di peradaban modern. Petualangan, teka-teki, rahasia menjadi bumbu pemanis kisah cinta yang berlanjut. Sepe...