Setelah itu terdengar sebuah suara yang sangat nyaring menggebrak mereka, "yang dibilang Rere bener El, Fatimah adalah Athaya!"
"Willyam?_"
Semua orang didalam sana beranjak dari duduk mereka dengan mimik wajah yang sama, terkecuali... Rere! Wanita itu terlihat tersenyum getir saat melihat kepanikan dalam diri Fatimah, apa benar Fatimah adalah Athaya? Tapi jika memang benar, kenapa wajahnya sangat berbeda? Malam itu semakin menegangkan saat munculnya sosok Willyam yang mereka kira sudah meninggalkan Mesir beberapa minggu yang lalu. Ternyata masih berada diantara mereka namun tak disadari.
"Kamu bukannya di Indonesia Wil?" tanya Fatimah gugup.
"Selama ini aku tinggal di Aswan, karena aku tahu sesuatu tentang Athaya. Jadi aku putuskan untuk cari tahu sendiri, dan akhirnya aku udah menemukan tunangan kamu El!"
Aswan adalah kota di dekat sungai nil di Mesir, diapit oleh dua bendungan yang bernama bendungan tinggi Aswan dan bendungan rendah Aswan. Kota ini lumayan jauh dari Cairo, dan dekat dengan kota Luxor. Entah apa yang membawa Willyam sampai kesini, kenapa ia mencari tempat tinggal yang cukup jauh dari Alexandria? Mungkin karena ia tak mau keberadaannya ditemukan.
"Mana Athaya?" tanya Rafael.
"Seperti yang dibilang Rere, dia Athaya!" tunjuk Willyam pada sosok Fatimah.
"Mana buktinya?" tanya Gery nyolot.
"Kenapa kamu gak ajak aku buat cari tahu Wil?" Rafael bergumam.
"Karena aku takut prasangka aku salah dan mengecewakan kamu, jadi mending aku cari tahu sendiri." jawab Willyam.
"Aku udah ketemu Willyam dua hari lalu, kita saling bertukar informasi tentang kecurigaan kita terhadap kamu Fa. Mangkanya aku berani nuduh kamu Athaya karena bukti Willy kuat," seru Rere.
"Apa yang membuat kamu berpikiran kayak gitu Wil?" Rafael mulai penasaran.
"Pertama, aku mulai curiga saat Fatimah selalu gak mau bawa kita semua ke rumahnya, selalu saja ke butiknya. Kedua, dari awal aku selalu lihat Fatimah memperhatikan kamu El, setiap Fatimah menatap kamu ada rasa rindu yang tertahan dalam matanya." Willyam mulai bercerita.
"Lalu kita kaitkan sama semua teka-teki itu yang ternyata berhubungan dengan Fatimah. Kamu ingat teka-teki kedua, yang menyebutkan Athaya sedang berada di Alexandria? Itu sama dengan Fatimah yang berada di Alexandria. Kamu ingat teka-teki ketiga? Yang menyebutkan bahwa Athaya selalu berziarah ke mesjid Abu al-Abbas al-Mursi, dan pas kita sampe disana kita malah ketemu Fatimah." Willyam menghela nafas panjang sambil melihat tegas kearah Fatimah yang saat itu mulai menangis.
Memang waktu itu saat saat teka-teki ketiga adalah hal tersulit, dimana mereka salah tempat beberapa kali, malah pergi ke Cairo padahal tempat yang dimaksud masih di Alexandria. Yang mengakibatkan mereka ketinggalan kereta ke Alexandria, dan datang terlambat ke mesjid bersejarah itu. Dan iya juga sih, disana bukan Athaya yang mereka temukan, melainkan Fatimah.
"Dan teka-teki keempat yang menyebutkan bahwa Athaya seorang designer, bukankah Fatimah juga adalah designer?" Willyam tersenyum kecut, sementara Rafael berusaha mengingat-ingat dengan serius.
"Lalu di teka-teki keempat juga tertulis mubaligh pertama di tanah Jawa, dan kamu tahu siapa dia El? Namanya Fatimah binti Maimun. Aku kira itu artinya si penulis ingin memberitahu nama Athaya sekarang yaitu Fatimah!" lanjut Willyam.
"Terus teka-teki kelima yang menyuruh kamu untuk mengenal Fatimah Az-Zahra, dan teka-teki terakhir yang menyuruh kamu mengenal Fatimah bin Abdul Malik, emang kamu gak ngeuh El? Ketiga teka-teki terakhir itu sama-sama menyebutkan nama Fatimah! Fatimah binti Maimun, Fatimah Az-Zahra, dan Fatimah bin Abdul Malik. Menurut aku itu artinya, Athaya adalah Fatimah. Ketiga teka-teki itu menyuruh kamu mengenal Fatimah, karena emang Fatimah adalah Athaya. Kamu ngerti kan?" Willyam mengakhiri penjelasannya.
"Itu cuma kebetulan, aku bukan Athaya!" sela Fatimah.
"Semua yang dijelasin Willyam memang masuk logika, tapi pertanyaannya kenapa wajah kamu berubah?" tanya Rafael pada Fatimah.
"Aku bukan Athaya! Aku bukan Athaya_"
"Kalau kamu bukan Athaya, kenalin kita semua ke keluarga kamu!" sentak Willyam mengancam.
"Oh ya dan satu lagi El, ini adalah bukti terkuat. Apa kamu kenal dengan orang yang bernama Zahra?" tanya Rafael.
"Kak Zahra? Ya itu kakak Athaya. Dimana kamu ketemu dia?" jawab Rafael.
"Aku pergi ke rumahnya Fatimah, aku tahu alamat dia karena aku diam-diam ngikutin dia," jawab Willyam.
"Gak sopan kamu!" hardik Fatimah.
"Kalau gak gitu caranya, kamu gak bakal ngaku!" tegas Rere.
"Dan kak Zahra bilang dia kakaknya Fatimah," lanjut Willyam.
Mendengar itu langsung saja Rafael menggenggam erat kedua tangan Fatimah yang sudah berkeringat dingin, Rafael percaya Fatimah adalah Athaya karena jujur Rafael sudah mulai mencintai Fatimah entah dari kapan itu. El menatap Fatimah tajam dengan berkaca-kaca, ia sangat bahagia karena telah menemukan tunangan yang selama ini ia cari. Tapi ia masih bingung, kenapa Athaya yang ternyata Fatimah ini merahasiakan semuanya?
"Ay..." panggil Rafael lirih tak kuat menahan tangis.
"Kamu kenapa rahasiain semuanya dari aku? Kamu tahu betapa sedihnya aku kehilangan kamu selama hampir empat taun, kayak orang goblok yang sampe keluar negri pecahin teka-teki sialan dan berharap bisa ketemu kamu?" ucap Rafael sendu sambil memegang kedua pipi Fatimah.
"Yang berkali-kali hampir menyerah nyari kamu, sampe-sampe aku nerima dijodohin sama sahabat kamu karena saking menyerah nya aku. Aku cari kamu keluar kota, luar negri, sampe aku cari kamu ketempat diluar logika. Tapi kamu yang dicari malah seenaknya tersenyum tanpa dosa saat pertama kali kita ketemu seakan kamu memang bukan tunangan aku. " Rafael menangis mengeluarkan semua unek-uneknya.
"Maaf,," ucap Fatimah pelan.
"Kamu tahu, betapa kayak orang keterbelakangan mental nya aku saat aku tahu kamu udah gak ada di Jakarta dan Aceh. Betapa idiotnya aku yang selalu pusing pecahin teka-teki absurd yang kadang ngebuat aku kayak orang yang overdosis narkoba."
"Maaf,," ulang lirih Fatimah.
"Betapa semenyedihkannya aku yang terus aja berharap tiba-tiba kamu muncul sambil tersenyum meluk aku. Emang seduh, digantung dengan hubungan tunangan tapi raga tak saling menyentuh. Antara ada dan tiada!"
"Maaf El,,,"
"Nggak, gak apa-apa sayang. Aku yang harusnya minta maaf karena gak ngenalin kamu," Rafael mencium kening Fatimah.
"Maaf sudah merepotkanmu, maaf sudah menyengsarakan mu, maaf sudah buat kamu menangis berkali-kali. Maaf lagi,,maaf..." Fatimah terus saja mengulang kata maaf.
"Nggak, nggak sayang. Kamu gak salah, aku tahu kamu punya alasan kan?" Rafael menghapus air mata Fatimah.
"Aku kangen kamu Rafael,,, tadinya aku mau jujur, tapi aku gak mau ngerusak kebahagiaan Rere yang kayaknya udah mulai tertarik sama kamu."
"Jangan pikirin aku Tha, kamu juga berhak bahagia." Rere menjawab.
"Kita pulang ya sayang, kita ke orang tua aku. Ke Indonesia, kita nikah disana." ajak Rafael menyentuh kan dahinya ke dahi Fatimah.
"Nggak bisa El, ini dunia aku sekarang. Mesir telah melindungi aku dari mereka," ucap Fatimah.
"Mereka siapa?"
"Mereka yang ingin mencoba ngebunuh aku di Indonesia," jawab Fatimah atau Athaya
Udah deh sampe sini dulu ya semuaaaaaaa, maaf lama update soalnya capek kerja hehe. Semoga makin suka dan seru ya ceritanya. Jangan lupa vomment yak 😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Adam dan Hawa (About Athaya2)✔ #wattys2019
Ficción histórica"Ketika aku bukan menjadi diriku lagi, dan kau menemukanku!" Saat dimana kisah peradaban mesir kuno mampu membuat cinta kembali dipertemukan di peradaban modern. Petualangan, teka-teki, rahasia menjadi bumbu pemanis kisah cinta yang berlanjut. Sepe...