"Dulu om pikir Sabil itu lelaki, sama seperti yang dipikirkan anak om selama ini. Baru dua tahun lalu om tahu dari nak Akbar dan atas permintaan pamanmu om tidak memberitahukannya pada anak om. Mungkin ayahmu Anwar punya alasannya tersendiri. Jadi meski pada akhirnya om tahu kalau Sabil atau Bila ini perempuan yang cantik dan shaleha seperti yang om lihat,om sengaja tidak menceritakannya dulu pada anak om. Baru kemarin om beritahu dia."
"Nama lengkapnya Tasabila Anwar. Sabil itu panggilan saya untuk ponakan saya, Pak. Dulu saya suka panggil Sabil karena kelakuannya dulu yang suka berkelahi, gak ada anggun-anggunnya."
"Waktu dulu di sekolah juga saya panggil dia Nyai Sembrani,saking sembrononya itu Pak, tapi berani nya salut deh." Dinda menimpali.
Pamannya yang terpaut usia empat tahun dan Dinda yang seumuran dengan Sabil membuat acara formal itu berubah jadi sesi curhat. Mereka malah bercerita tetang kenakalan remaja Bila dan tak segan menertawakannya."Sejujurnya memang Bila yang minta ayah merahasiakannya Om. Itu adalah alasan yang bodoh jika dipikirkan saat ini. Tidak ada niat yang buruk. Mohon maaf sekali, tapi waktu itu Bila hanya ingin menghindar dari hal-hal yang tidak diinginkan saja." Ada perasaan yang masih mengganjal di hatinya. Apakah saat ini saat yang tepat untuk mengakui kesalahannya yang menyembunyikan jati dirinya. Rasanya sudah tak terbendung lagi."Dan hal itu adalah putra om." Ungkapnya. Kejujuran bila membuat semua heran.
"Bila sudah kenal dengan putra Om?"
Dinda memandang ke arah Bila seolah tak percaya, bibirnya bergumam."Siapa?"
"Reno teman satu sekolah Bila om."
Dinda terbelalak seolah tak percaya. Bagaimana mungkin ia tak tahu hal sebesar ini."Jadi bagaimana menurutmu tentang dia waktu sekolah dulu?"
"Dulu dan sekarang itu hanya tentang waktu om. Jika orang bisa berubah seiring berjalannya waktu maka orang terdekatnya yang seharusnya lebih tahu karena banyaknya waktu yang mereka habiskan bersama. Yang saya tahu tentang Reno mungkin hanya sebagian kecil saja om,apalagi sudah sekian tahun kami tidak bertemu."
Pak Mario hanya mengangguk-angguk.
"Pantas saja Bila tumbuh menjadi pribadi yang seperti ini jika di sampingnya ada orang yang selalu mendorong dia menuju kebaikan tanpa menghakiminya. Om harus banyak belajar dari anak muda seperti kalian. Om jadi malu mengutarakan maksud om tapi om begitu ingin Sabila ini menjadi menantu om. Biar Allah yang membalas pengorbanan Anwar ayahmu untuk om. Jangan jadikan bantuan dari om beban buat Bila sehingga terpaksa menerima permintaan om."
Keduanya larut dalam perbincangan yang begitu seru.
💗💗💗
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasabila
General Fiction#2 saudara (17/11/2018) "Kuakui aku sudah sering pacaran! Aku sering mengajak mereka makan malam romantis di tempat-tempat mewah. Tapi seorang wanita ajaib telah membuat satu hal yang tidak kusukai menjadi hal yang kutunggu-tunggu. Aku ingin sarapan...