part 25

7.2K 391 11
                                    

Windy telah membawa segala sesuatu yang mungkin Bila butuhkan, dari baju ganti sampai peralatan mandi. Ia memang sering diingatkan bahwa jika sesuatu terjadi pada Bila, sahabatnya yang kerap menyelamatkan orang lain tanpa peduli keselamatannya itu, ia harus siap siaga dengan segalanya.

"Makasih ya, Win. kamu memang the best, after Dinda tapinya," Bila menggoda sahabatnya yang sekarang terlihat begitu melankolis.

"Gak papa yang penting kamu gak kecelakaan yang ngeluarin banyak darah. Kamu kan belum pernah sampai sakit yang harus dirawat di rumah sakit, aku mulu yang selalu nyusahin kamu," mata Windy kini berkaca-kaca.

"Owwh! Udah ah gak usah akting sedih kayak gitu, aku tahu kamu seneng gak harus donorin darah buat aku, ya kan? Secara takut disuntik," canda Bila seraya menarik ujung bibir sahabatnya hingga membentuk senyuman. Ia merasakan kurang nyaman dengan adanya infusan kemudian perlahan ia menariknya.

"Main copot aja sih! Kan bisa panggil suster."

"Orang aku gak apa-apa pakai diinfus segala. Pada lebay. Mau nyuci ah."

"Nyuci apaan sih udah biarin toh yang ngelahirin juga gak diminta nyuci sendiri."

"Itu kan yang ngelahirin."

"Kamu lagi sakit."

"Gak apa-apa, Raka aja yang lebay pake bawa aku ke rumah sakit segala. Biasanya juga kalau pingsan dikasih minyak kayu putih langsung siuman."

"Gak juga, aku pingsan diciumin kaos kaki buluk tujuh hari tujuh malem belum dicuci kagak bangun."

"Ya wajar lah itu kan kaos kaki kamu."

"Enak aja. Au ah kata Raka tulang hidung kamu ada yang retak. Kalau kamu maksa mau nyuci sendiri mending aku aja yang nyuciin."

"Kan tulang hidung bukan jari-jari, Windyku sayang. Jadi gak apa-apa lah."

"Jangan ngeyel! Aku aja yang mukanya pernah kena smash bola voli puyengnya minta ampun apalagi ditonjok sampai bonyok gitu."

Keduanya sedang berdebat dan saling menarik seprai saat Pak Mario datang masuk ruangan.

"Assalamualaikum! Bila gak apa-apa, Nak?" pak Mario terlihat begitu cemas dikuti Reno yang merasa penasaran karena ayahnya tak mempedulikannya dan malah mengkhawatirkan orang lain yang baru dikenalnya. Ah tapi dia tahu namanya.

"Waalaikumusalam," jawab keduanya, seprei terlepas dari tangan Bila dan Windy segera membawanya ke kamar mandi.

"Bila gak apa-apa, Om."

"Lebam gitu kok gak apa-apa sih."

"Yang dua orang lebih parah tu, Om!"

Raka yang baru masuk melengkapi perkumpulan muka bonyok.

"Ayah kok bisa kenal Bila?" selidik Reno.

Pak Mario duduk di kursi samping ranjang Bila.

"Ah udah ketahuan jadi gak seru ni," keluh pak Mario. "Om gak tahu ada dia," ucapnya lagi seraya menunjuk Reno dengan lirikan matanya.

"Apaan sih?" Reno semakin penasaran.

"Lagian kamu tu ya, bikin masalah terus. Sekarang berani mukul perempuan!"

"Gak sengaja, Yah."

"Ngeles aja."

"Ayah yang lagi ngeles dari pertanyaan Reno."

"Ini siapa?" tunjuk pak Mario pada Raka. Raka mendekat dan menyalaminya.

Mulai ngeles lagi dia, tinggal jawab apa susahnya sih. Gerutu Reno dalam hatinya.

TasabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang