part 30

7.1K 404 16
                                    

Acara kali ini tidak berjalan dengan lancar. Beberapa orang yang disebutkan ustadz Hanafi harus pulang dengan pertimbangan kesehatan dan keselamatan. Sebenarnya Bila masih ingin melanjutkan perjalanan tapi terpaksa pulang karena Pasien Raka yang tak lain adalah Maureen, adiknya Moreno itu sekarang tidak mau pulang kalau tidak bersamanya. Dia seperti Maryam kedua yang terus menempel padanya.

Sekilas pandang saja Bila sudah bisa memastikan tak ada Reno dalam rombongan yang baru bisa menyeberangi sungai dengan perahu sekitar pukul sembilan itu.

Dimana dia?

Apa yang terjadi?

Yaa Allah lindungilah dimanapun dia berada.

Hatinya terus melantunkan do'a.

"Kemarin malam dia pulang diantar warga dengan motor, Abdul menemaninya. Aku tahu itu dari Ustadz Hanafi," terang Raka. Dia memang ahli membaca pikiran Bila.

Napasnya yang tertahan sudah bisa ia lepaskan sekarang.

Abdul mengirimkan pesan bahwa ia membawa Reno ke PUSKESMAS karena rumah sakit terlau jauh. Katanya pria itu terus merengek minta diantar ke titik start kemarin karena mobilnya berada di sana. Dia juga marah karena Raka meninggalkannya dalam keadaan sekarat dan tersesat.

Merekapun pulang dibonceng warga baik hati menuju tempat Reno dan Abdul berada.

💗💗💗

"Hati-hati! Mungkin sekarang dia sudah mengingatmu," bisik Raka saat Kaki Bila hendak memasuki ruangan tempat Reno dirawat.

"Amor!" ketiga teman Maureen memanggil sebutan yang ditujukkan kepada Reno. Mereka mengelilingi pasien yang sedang menekuk wajahnya karena merasa bosan. Penggemarnya semakin hari semakin banyak.

Maureen mendekat tapi tak berkata apapun. Kakaknya mungkin sudah tahu dia pergi kemping hanya untuk mengejar cinta pria yang di tengah jalan meninggalkannya.

"Kunci mobilnya mana? Biar aku saja yang ke sana, kalian tunggu di sini," pinta Raka. Reno merogoh kantung celananya dan melemparkan kunci mobil pada Raka. Dia berlalu dengan cepat sebelum Reno sempat mengungkapkan kemarahannya.

"Kenapa wajahnya memar?" tanya Bila pada Abdul.

"Dia tersesat dan tak sengaja mendatangi kelompok pemuda yang sedang mabuk. Dia dikeroyok, kami mencarinya cukup lama, warga menemukannya tergeletak pingsan di hilir sungai," bisik Abdul.

"Kamu tahu aku seperti ini karena mencarimu Maureen!" ujar Reno.

Adiknya berada di sebelah kirinya tapi pandangannya lurus ke depan memandang Bila. Bila menghindar, mencari titik yang tidak terjangkau oleh matanya. Mendengar tangisan pasien bayi di sebelah kanannya Reno merasa terganggu, ia tak kuasa menahan untuk tidak memandang ke arah kanannya karena terdengar Bila sedang menenangkan bayi itu di sana.

Ia ingin segera melampiaskan kekesalannya, melontarkan banyak pertanyaan pada wanita yang selalu membuat hatinya tidak tenang. Dalam rasa gengsinya yang berkepanjangan ia merasakan rindu yang tak berujung, rindu berebut makanan dengannya, makan apa saja terasa enak jika bersamanya, apalagi makanan buatannya memang sangat enak, kecuali telur rebus yang memang tidak berasa. Seandainya saja ia bisa sarapan setiap pagi bersamanya, harinya akan bertenaga, tidak lemah seperti hari-hari yang sudah ia jalani, apalagi kemarin. Ia juga telah mewarnai hidupnya yang semula suram dengan cat warna-warni yang hanya dimiliki olehnya.

Saat sang ayah memberitahu adiknya pergi kemping dan tidak ada kabar seharian ia langsung memutuskan menyusul mencarinya, tak disangka itu justru mempertemukannya dengan Bila. Lelahnya terbayar sudah dengan kehadirannya. Tapi itu tak berlangsung lama. Sebuah kenyataan lain baru saja ia ketahui dari Raka.

TasabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang