"Kok bisa?" tanya Reno setelah mereka selesai menyantap hidangan di restoran yang baru dikunjunginya itu. Rasanya begitu cocok di lidahnya hingga tak ada yang tersisa di piringnya. Ia sudah tidak sabar mendengar penjelasan dari mami dan adiknya yang telah berhasil membodohinya dengan mini drama mereka. Pakai acara sok-sokan gak kenal Bila segala lagi si mami. Bikin dag dig dug.
"Apanya?" Maureen balik bertanya setelah menyeka mulutnya dengan tisu. Ia tersenyum puas bisa mengerjai kakaknya. Reno memelototi adiknya itu mendesak jawaban secepatnya. "Oke, oke. Aku jelasin. Awalnya aku cuma mau ngenalin mami sama kak Bila. Aku tahu kalau kak Reno udah jatuh hati sama dia, kasihan juga lihat kakak aku belum direstui mami. Dan kita janjianlah ketemu di sini. Mami sempat nolak gak mau ketemu. Eeeh tahunya pas ketemu malah mami yang kegirangan dan asyik ngobrol kayak gak ketemu puluhan tahun. Dan kak Bila adalah orang yang sama yang mau mami jodohin ke kakak. Mami tahunya namanya Chacha. Dikasih jalan mulus dulu malah milih jalan terjal. Pusing sendiri deh. Baik kan aku bisa menyatukan kalian sekarang." Maureen nyengir ke arah kakakya.
"Huuuh," Reno mencubit pipi adiknya gemas. Maunya sih nyubit yang di depan maminya, tapi gak bisa, ga boleh pula. Dia lebih gemas padanya karena bisa-bisanya dia memperkenalkan diri sebagai Chacha. Sama halnya pada ayahnya yang memperkenalkan dirinya dengan nama Sabil.
"Kenapa Chacha? Suka banget gonta ganti nama," kata Reno dengan tatapan mengintimidasinya membuat Bila tidak bisa menegakkan pandangannya.
"Mau Chacha, Sabil, Bila. Selama orangnya sama, mami mah gak masalah. Udah jangan ditanya yang macam-macam deh. Bukannya kamu gak suka calon mantu mami. Gak mau yang kayak security."
Yaah. Si mami masih inget aja omongan itu. Iya deh mami menang. Ayah menang. Kalian lebih dulu mengenal orang sebaik dia dan aku terlambat mengenalnya.
"Pulangnya ada yang jemput?" tanya Reno kemudian ia menyeruput lemon tea yang hanya tinggal seperempat gelas lagi. Ia jadi banyak makan dan minum hari ini.
"Pake ditanya. Langsung ajak pulang bareng aja," kata Maureen.
"Dia suka nolak kalau diajak bareng."
"Ya mungkin kalau berduaan. Mami pulang bareng kak Reno aja biar Uwin pulang sendiri."
"Ya sudah!" Bu Marini menyetujui usul Maureen.
"Bila pulang sama paman saja, Tante. Sebentar lagi juga pulang kerja."
"Pulang bareng tante aja. Masak iya kamu ditinggal di sini sendirian, yuk!"
"Kebetulan paman kerja di sini jadi Bila nggak sendirian," Bila tersenyum ke arah bu Marini. Restoran itu memang milik Akbar dan sang istri, mereka membangunnya bersama dari nol. Memang tak sebesar Restoran milik keluarga Reno. Perusahaan MK Group dengan hotel dan restoran tersebar dimana-mana juga bisnis kontraktor yang digagas Reno lima tahun lalu. Kali pertamanya kerja ia telah memenangkan tender milyaran rupiah. Tapi sayang semua terhenti hanya karena alasan sepele. Putus cinta membuatnya lupa segalanya.
"Kalau begitu tante mau ketemu." Bu Marini segera bangkit dari duduknya.
"Jangan sekarang, Mam!" Reno mencegah maminya.
"Kamu tu ya. Kamu harus lebih sigap dong!"
"Mam."
"Ya sudahlah terserah kamu. Jadi gimana sayang? Ikut tante?" Sekali lagi bu Marini bertanya pada Bila.
"Udah ikut pulang sekarang aja, Kak," bujuk Maureen.
Rasanya ia tidak enak menolak ajakan bu Marini. Bila akhirnya pulang bersama mereka dan mengabari pamannya kalau dia sudah pulang bersama istrinya pak Mario. Dengan begitu ia akan lebih tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tasabila
General Fiction#2 saudara (17/11/2018) "Kuakui aku sudah sering pacaran! Aku sering mengajak mereka makan malam romantis di tempat-tempat mewah. Tapi seorang wanita ajaib telah membuat satu hal yang tidak kusukai menjadi hal yang kutunggu-tunggu. Aku ingin sarapan...