part 36

7.3K 382 32
                                    

"Assalamualaikum, Ta. Alhamdulillah, berkat do'amu aku sudah sampai di rumah."

"Wa'alaikumusalam. Syukur alhamdulillah. Tapi Ta siapa ya? Tita, Rita, Sita, Gita, Cita? SIAPA LAGI? Salah kirim."

Bila membalas pesan dari Reno. Ia tidak pernah meminta Reno untuk memberinya kabar kalau dia sudah sampai di rumahnya. Tidak ada yang memanggilnya Ta sekaliun itu bagian dari namanya. Mungkin Reno salah ketik. Jarinya terlalu besar hingga niatnya mengetik huruf F terlalu ke atas dan menyentuh huruf T. Mungkin seharusnya 'Fa' atau memang dia masih suka bermain-main dengan pacarnya yang kebanyakan itu.

"Yang terakhir hampir tu. Yang benar CINTA. Dan itu untukmu. Namamu juga diawali 'Ta' kan? Aku tidak salah kirim. Cemburu ya? Jutek amat bilang SIAPA LAGI-nya."

Kata orang kelemahan wanita ada pada pendengarannya hingga mudah terlena dengan gombalan para pria. Seringnya menyaksikan dan mendengar Reno mengucapkan kata-kata manis dan puitis untuk gadis lain dulu justru membuatnya lebih kebal dengan semua itu. Ingatan Bila bergulir ke beberapa hari yang lalu. Selama seminggu ini Bila merasa seperti ada yang mengikuti, ia dibuntuti oleh dua orang pria berbadan tegap kemanapun ia pergi.  Setelah Bila menangkap basah mereka, akhirnya salah satunya mengaku kalau mereka adalah orang suruhan Reno yang ditugaskan untuk menjaganya. Katanya Reno tidak mau kalau kejadian di toilet itu terulang lagi. Sungguh hal itu membuat Bila tersentuh namun ia segera menepisnya lagi. Mungkin Reno berbaik hati melakukan semua itu karena Bila adalah saudara Fahira. Dia masih saja berpikiran seperti itu sekalipun Dinda dan Windy sering mengatakan kalau Reno benar-benar serius dengan perasaannya.

"Aku cuma gak mau kamu mempermainkan hati kakakku. Hentikan semua petualanganmu dengan gadis-gadis itu." Bila membalas lagi pesan Reno.

"Aku tidak mempermainkanmu."

"Kita tidak bicara tentang aku."

"Tapi yang aku pikirkan hanya kamu. Dan aku lebih tertarik bicara tentang kamu. Fahi belum cerita kalau hubungan kami sudah berakhir lima tahun lalu? Aku harap kamu lega mendengarnya. Sungguh aku telah berhenti melakukan petualangan yang kamu bilang sejak aku mengenalmu. Demi kamu."

Satu Rasa menyeruak dalam dadanya. Yang diharapkan Reno kini telah terjadi.

Terima kasih pada Dzat Yang Maha Pengasih karena telah menitipkan rasa ini di dalam hati. Benih yang pernah ku tabur itu tidak tumbuh, tapi sebuah kehangatan mampu membuatnya lebih indah dari mekarnya bunga. Bahkan panas yang kian menjalar membuatnya terasa seperti  popcorn yang terus meletup-letup di hatiku. Ah! Kini aku begitu egois karena mengingat rasa ini sudah menjadi milikku. Yaa Allah jangan biarkan perasaan kami terikat oleh sesuatu yang tidak Engkau Ridhai!  Jadikan kami hamba yang senantiasa berada di jalan-Mu! Jalan terang seperti nama yang disematkan ayah untukku. Dan 'Ta' di awal namaku yang akan selalu mengingatkanku pada nasihat almarhum. 'Ta' adalah huruf hijaiyah ketiga, selain aku memang cucu ketiga dari pihak ayah, itu mewakili tiga perananku sebagai manusia, yang ayah harapkan aku bisa memberi terang sebagai anak, sebagai istri, dan sebagai orang tua kelak.

'Yaa Allah terangi jalan putri kami agar kelak ia menjadi penerang bagi orang lain di sekitarnya, penerang orang tuanya dan penerang dalam rumah tangganya kelak hingga bisa melahirkan generasi-generasi muslim  yang senantiasa berada di bawah naungan cahaya terang-Mu. Aamiin Yaa Rabbal Alaamiin.' Itu sepenggal do'a Ayah saat aqiqahanku yang diabadikan dalam sebuah kertas yang dilaminating dan masih ku simpan  hingga sekarang.

Rasa kantuk mulai membebani kelopak mata indahnya. Ia menahan diri untuk menguap. Ia menutup mulut dengan punggung tangannya.

Rasulullah SAW bersabda: "Bersin itu dari Allah dan menguap itu dari setan. Jika salah seorang kalian menguap maka tutuplah mulutnya dengan tangannya dan jika ia katakan 'aaah...' maka setan tertawa dalam perutnya. Sesungguhnya Allah menyukai bersin dan membenci menguap."

TasabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang