part 23

6.8K 408 0
                                    

Perut Reno bernyanyi riang,  segembira hatinya, tapi rasa sakit di ulu hatinya tak bisa membuatnya tersenyum.

Ia tidak pernah sarapan dan tidak suka sarapan. Satu-satunya acara makan yang paling ia suka adalah makan malam bersama pacar-pacarnya, itupun dulu. Sekarang tak ada yang seperti itu lagi. Zaqi yang biasanya memaksa dirinya untuk makan siang kini seolah menghilang ditelan bumi. Apa yang dia makan selama ini tergantung yang dimakan teman di sampingnya. Ia lebih suka mencomot makanan yang sedang dimakan temannya. Menurutnya itu lebih menarik dan menyenangkan. Semakin menarik, semakin banyak makanan yang masuk ke perutnya.

Bila melihat jam tangannya. Pukul 10.00 WIB. Sudah beberapa kali ia lewat di belakang Reno dan mendengar bunyi dari perutnya itu.

"Belum sarapan atau udah laper lagi mau makan siang?" Bila to the point.

"Dua-duanya," jawab Reno santai.

"Makan dulu mas, nanti smaput!" kata salah seorang pekerja.

"Nanti bareng aja, Mas."

"Mau dipesenin makan?" Bila menawarkan bantuan.

"Gak usah," Reno menggeleng masih dengan kesibukannya mengecat.

"Udah jangan dipaksain! Kalau pesan makanan sekarang datangnya gak tau kapan, keburu katering makan siang datang. Mending cuci tangan dulu! Aku ada sedikit makanan di tas!" Bila menuju tempat ia menyimpan tasnya.

"Ini makanan darurat aku," Bila mengeluarkan kotak nasinya dan memberikannya pada Reno. Itu menu sarapan kesukaannya. Telur asin atau telur ayam rebus. Sarapan pagi dengan telur baik untuk tubuh Bila yang aktivitasnya cukup berat.

Tangan Reno yang sudah bersih menerima pemberian Bila. Ia duduk bersila. Bila juga mempersilahkan pekerja beristirahat.

"Mari Mas saya makan duluan!"

"Monggo Mas," jawab pekerja lain.

"Aku tahu ini telur bebek tapi aku belum tahu dalamnya seperti apa," bisik Reno yang hanya memperhatikan telur berwarna biru muda itu. Ia belum pernah makan telur bebek rebus, telur asin atau telur yang masih terbungkus cangkang sebelumnya.

"Yang namanya telur ya sama,"

"Sorry bukannya menolak pemberian kamu tapi bayangan film yang aku tonton bikin aku jadi mual. Telur ini seperti telur busuk berisi embrio yang siap menetas...yuck. Aku lebih suka telur dadar. Putih dan kuningnya bercampur."

Prak.

Bila membelah telurnya menggunakan sendok.

"Jangan berkhayal! Ini makanan simpel, praktis bergizi terlezat yang gak ada bandingnya. Makanlah! Kalau gak mau aku yang makan."

"Bilang aja kamu yang kelaparan."

"Aku memang sering lapar, makanya aku selalu bawa makanan." Bila duduk agak jauh di depan Reno dan memandang telur yang kini terbelah dua membuat air liurnya hampir menetes.

Reno mengeluarkan isi telur dari cangkangnya dengan sendok dan mengamatinya.

"Kenapa dalamnya seperti ada minyaknya?" Rasa penasaran lebih besar daripada rasa laparnya. Kelakuannya sekarang mirip dengan Abit saat pertama kali makan telur asin. Reno hendak menyuapkan telur  ke dalam mulutnya namun sepertinya ada yang menggigit tangannya sehingga membuat tangannya goyah dan telur di tanganya terjatuh.

Hap.

Gerak refleks Bila berhasil menangkap telur yang hampir menyentuh lantai. Reno terkejut melihat kini jarak diantara mereka begitu dekat. Bila langsung menjauh dan segera memasukkan telur digenggamannya ke dalam mulutnya.

"Kenapa dimakan? Itu telurku."

Bila terdiam karena mulutnya penuh, ia mengingat kejadian dulu saat Reno seenaknya membuang-buang jeruk yang membuat mereka bertengkar, dan perbuatan mubazirnya yang lain.

"Sifat aslimu begitu cepat keluar, padahal kemarin aku mengagumimu karena kelembutanmu dan keanggunanmu, lihatlah sekarang! Begitu rakus," ungkap Reno jujur.

Bicara apa dia?

"Aku takut kamu akan membuang telur yang jatuh, makanya aku tangkap dan aku makan," katanya setelah makanan di mulutnya ditelan.

"Kenapa berpikiran seperti itu? Kalau berhasil ditangkap kenapa dimakan sendiri?"

"Karena tanganku sudah menyentuhnya."

"Memang kenapa kalau kamu sentuh?"

"Aku pikir kamu akan jijik atau...."

"Aku pikir kamu akan menyuapkannya ke mulutku,"

"Ngawur."

Bila mengambil air minum dan meninggalkan Reno sendirian.
Reno begitu menikmati makanannya padahal itu hanyalah telur asin biasa, tapi terasa istimewa karena Bila yang  memberikannya.

Bila membutuhkan konfirmasi langsung dari Windy yang  telah menyuruh Reno datang ke tempat itu dan melakukan semua pekerjaan yang diperintahkan Bila dengan tanpa sanggahan apapun, dan ternyata sahabatnya itu tak tahu kalau itu Reno. Kakaknya hanya memberikan nomor temannya yang kebetulan seorang arsitek yang mungkin bisa membantunya sedangkan yang dua orang lagi membatalkannya.

Rasanya terlalu berlebihan menyuruh seorang arsitek melakukan pekerjaan pertukangan seperti itu. Bila tak banyak bertanya lagi, ia tahu bahwa Reno bisa melakukan apapun yang ia inginkan. Apapun.

Hari-hari berlalu, rumah yang semula kosong dan polos itu sedikit demi sedikit diisi dan dihiasi dengan furniture dan artwork bergaya scandinavian.

Reno tak pernah absen dari hobi barunya, bukan sebagai tukang bangunan atau tukang cat tetapi hobinya mengamati Bila. Setiap kali Reno mengajak pulang bersama Bila selalu menolak, ia memilih menunggu Windy atau pamannya menjemput dan selama  itu Reno tidak membiarkannya sendiri, ia menunggu dan mengamati dari dalam mobilnya, pada saat kendaraan  yang menjemput Bila datang ia segera tancap gas mengawal kendaraan yang ditumpanginya sampai di rumah dengan selamat.

Tiga hari ini dilalui Reno penuh antusias. Ia bahkan tidak mau terlambat mengawali harinya, setiap pagi tanpa malu-malu ia meminta sisa sarapan Bila, padahal dulu ia paling anti dengan makanan yang sudah disentuh orang apalagi sisa. Bila tahu itu dari mang Ucun, penjaga kantin di sekolahnya dulu. Begitu banyak hal yang tidak dia sukai.

Hari keempat. Dari penjaga rumah Bila mendapat kabar bahwa si pemilik rumah akan melihat perkembangan desain interior rumahnya. Pemilik rumah yang bernama Ersya itu tidak mau kalau sampai hari H rumahnya masih berantakan. Bila memberikan semangat pada seluruh pekerja. Yang ia lakukan kini menata kamar tidur utama dimana terdapat kamar mandi dan ruang wardrobe di dalamnya.

"LEPASIN GAK!"

Suara teriakan dari luar membuat Bila lari menghambur ke luar kamar.
Dilihatnya seseorang tengah memeluk Reno dari belakang.

Kenapa rasanya banyak sekali yang tiba-tiba memeluknya seperti itu.

"Ini tidak seperti yang kamu pikirkan." Reno mencoba menjelaskan pada Bila tanpa diminta.

Apa yang dia tahu tentang pikirannya?

"Kenapa tidak menolongku?" Reno meminta bantuan Bila.

"Kenapa tidak berusaha melepaskannya sendiri!" Bila memperhatikan kedua tangan Reno yang diangkat ke atas seolah pasrah.

Reno baru menyadari hal itu, ia mencoba melepaskan diri tapi tangannya sulit dilepaskan.

"Mohon maaf Mbak Ersya. Rekan saya tidak bisa bekerja kalau Mbak Ersya seperti itu."

Reno terkesiap dengan penuturan Bila. Kalau benar yang memeluknya adalah Ersya dia berada dalam masalah besar.

💗💗💗

TBC

Enjoy reading, keep smiling,



















TasabilaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang