"Dasar anak manja."
Nggak.
"Orang kaya, kan? Beli kaca yang gede sana!"
Diam.
"Jangan kepedean jadi orang!"
Please, diam.
"JANGAN BANYAK TINGKAH!"
STOP!!
Dengan satu tarikan napas yang masih tertahan, akhirnya gue berhasil bangun. Gue menerawang dengan peluh yang masih bercucuran dan napas yang masih tersengal-sengal.
Gue masih di rumah. Gue masih di kamar. Cuma mimpi. Cuma mimpi.
Gue memejamkan mata, berusaha mengontrol detak jantung gue yang masih gak karuan. Butuh waktu yang gak sebentar sampai akhirnya gue merasa agak baikan. Seenggaknya, gue bisa bangun sekarang.
Gue duduk merapat ke headboard sambil memeluk lutut. Entah kenapa, setelah sekian lama, bayangan-bayangan menyeramkan itu kembali datang. Gue gak tau apa sebabnya, gue gak tau apa pemicunya. Gue yakin bukan karena kecapekan karena selama ini gue baik-baik aja.
Mungkin karena thread random yang gue baca di twitter?
Mungkin karena cerita yang gak sengaja gue dengar di perpustakaan?
Atau, mungkin juga karena film yang belum lama ini gue tonton?
Gak tau. Gue gak tau. Yang jelas, gue gak suka ini.
Di saat-saat seperti ini biasanya gue bakalan ke kamar Kak Yuta dan minta ditemenin. Biasanya gue malah tidur di sana sekalian. Tapi sekarang gak bisa. Kak Yuta lagi-lagi gak di rumah. Mungkin di studio, atau mungkin juga gak. Yang jelas, dia gak ada di kamarnya.
Gue cepat-cepat mengambil hp gue dari atas meja, ngecek sekarang jam berapa.
02.00 AM
Pagi masih lama. Tapi gue juga gak bisa balik tidur lagi. Seenggaknya, belum.
Gue ngecek jadwal Kak Doyoung. Harusnya nanti pagi dia ada pleno dan kuis. Harusnya, dia masih bangun jam segini buat belajar.
Harusnya, gue gak ganggu dia.
Tapi sayangnya, saat ini gue cuma bisa berharap sama dia.
Gue menekan tombol 1 yang langsung membuat panggilan ke nomornya.
Angkat, Kak. Plis! Plis!
Lama, gue berharap-harap cemas. Kadang dia emang suka silent hpnya kalau lagi belajar. Dan kalau emang begitu keadaannya, gue gak tau lagi harus gimana. Paling parah mungkin gue akan ganggu Mami sama Papi.
Nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau—
Sial.
Panggilan itu gue ulangi sampai tiga kali. Dan selalu berakhir sama. Gak ada jawaban. Gue beneran mau nangis aja kalau begini ceritanya.
Gue menghirup napas panjang, lalu gue keluarin perlahan. Gak ada pilihan lain.
Semoga Mami sama Papi gak lagi aneh-aneh di kamar.
Gue kira dunia sedang gak berpihak sama gue malam ini, tapi ternyata gak. Tepat sebelum gue tutup pintu kamar dari luar, hp gue bunyi.
Refleks gue loncat ke tempat tidur. Semoga aja pernya gak rusak.
Kayaknya sih, gak.
Kan, kasur mahal.
Mata gue berbinar-binar pas tau yang telpon itu Kak Doyoung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Grumpy | Doyoung
FanfictionSUDAH TERSEDIA DI TOKO BUKU KESAYANGAN ANDA Gue gak marah, lo nya aja yang salah paham - Doyoung • Just for fun • Non baku • Tidak mengikuti kaidah penulisan yang baik dan benar ☆ Beberapa orang memutuskan berhenti membaca di tengah jalan. Itu pilih...